Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Penambahan Kikil terhadap Kualitas Fisik Bakso Daging Sapi Harapin Hafid; Andi Satna Sari; Fitrianingsih Fitrianingsih; Siti Hadrayanti Ananda
JURNAL TRITON Vol 15 No 2 (2024): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v15i2.773

Abstract

Bakso merupakan jenis makanan olahan hasil ternak yang digemari oleh masyarakat baik tua terlebih muda dan anak-anak. Bakso yang berkualitas adalah bakso bersifat kenyal namun mudah dikunyah dengan rasa yang gurih. Menghasilkan bakso kenyal menginspirasi banyak upaya penambahan bahan pengenyal alamiah, seperti kikil sapi yang selain dapat memberikan tekstur kenyal karena sifatnya yang kenyal dan lembut juga dapat memberikan tambahan kandungan nutrisi pada bakso berupa protein berbentuk kolagen yang bermanfaat bagi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penambahan kikil terhadap kualitas fisik bakso daging sapi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari pada bulan November sampai dengan Desember tahun 2022. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan untuk uji kualitas fisik. Perlakuan yang digunakan adalah P0: 100 % daging Sapi, P1: 95% daging sapi dan 5% kikil, P2: 90% daging sapi dan 10% kikil, P3: 85% daging sapi dan 15% kikil serta P4: 80% daging sapi dan 20% kikil. Variabel penelitian yaitu uji kualitas fisik meliputi derajat keasaman (pH), susut masak (SM), daya ikat air (DIA) dan rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas fisik bakso daging sapi berpengaruh nyata terhadap derajat keasaman (pH) yakni 6,36 sampai 6,48, susut masak (SM) yakni 1,60 sampai 2,8% dan rendemen 70,80 sampai 76,94%, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap daya ikat air (DIA). Dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik adalah bakso daging sapi dengan penambahan kikil sebesar 20% (P4).
Evaluasi Mutu Sensori Daging Ayam Kampung Super yang Dimarinasi Air Kelapa Terfermentasi pada Lama Perendaman yang Berbeda Harapin Hafid; Wa Ode Fatmawati; Fadli Ma’mun Pancar; Siti Hadrayanti Ananda
JURNAL TRITON Vol 16 No 1 (2025): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v16i1.1337

Abstract

Daging ayam kampung super mempunyai cita rasa yang khas sehingga banyak diminati masyarakat. Pengolahan secara marinasi dapat meningkatkan kualitas sensori daging dengan salah satu bahan alami yang dapat dimanfaatkan dalam proses perendaman adalah air kelapa yang telah mengalami fermentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh proses marinasi daging ayam kampung super menggunakan air kelapa terfermentasi terhadap peningkatan kualitas sensori daging. Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu Teknologi Hasil Ternak serta Laboratorium Unit Analisis Pakan Ternak. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini mencakup empat kelompok, yaitu: P0 (daging ayam kampung tanpa perlakuan marinasi), P1 (daging ayam kampung yang direndam dalam air kelapa non-fermentasi), P2 (daging ayam kampung yang dimarinasi dalam air kelapa terfermentasi selama 30 menit), dan P3 (daging ayam kampung yang dimarinasi dalam air kelapa terfermentasi selama 60 menit). Penilaian kualitas sensori menggunakan sebanyak 25 panelis semi terlatih dengan skala hedonik 1-5. Data yang diperoleh dianalis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) empat perlakuan dan lima kali ulangan. Parameter yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup aspek sensori, meliputi aroma, rasa, tekstur, warna, dan tingkat keempukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi marinasi dalam air kelapa terfermentasi tidak memberikan perbedaan signifikan (P>0,05) pada karakteristik sensori daging ayam kampung super, termasuk warna, aroma, tekstur, cita rasa, serta keempukan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas sensori marinasi daging ayam kampung super tidak menunjukkan pengaruh berbeda namun pada perlakuan P3 dengan durasi marinasi 60 menit pada air kelapa terfermentasi menunjukkan rataan yang terbaik pada cita rasa dan tekstur.
Kualitas Organoleptik Bakso Daging Entok dengan Penambahan Tepung Biji Nangka pada Level Berbeda Harapin Hafid; Cici Puspitasari; Fadli Ma’mun Pancar; Siti Hadrayanti Ananda
JURNAL TRITON Vol 16 No 2 (2025): JURNAL TRITON (Issue in Progress)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v16i2.1375

Abstract

Bakso adalah produk olahan daging yang terknenal di Indonesia, memiliki tekstur kenyal, cita rasa yang gurih, terbuat dari kombinasi daging giling, tepung dan bumbu yang dibentuk bulat, direbus hingga matang dengan variasi bahan dasar seperti daging ayam, sapi, ikan hingga daging entok. Upaya meningkatkan kualitas dan nilai gizi bakso yaitu dengan memanfaatkan bahan potensial yang mengandung bahan pengikat pati amilosa yakni tepung biji nangka. Tujuan studi ini yaitu untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kualitas organoleptik bakso entok yang ditambahkan tepung biji nangka dengan level yang berbeda-beda. Pelaksanaan studi ini yaitu di Laboratorium Unit Teknologi Hasil Ternak pada bulan Mei - Juni 2024. Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan pada studi ini, melalui 4 perlakuan dan 4 ulangan. P0= tanpa penambahan tepung biji nangka; P1= 10% penambahan tepung biji nangka; P2= 15% penambahan tepung biji nangka; P3= 20% penambahan tepung biji nangka. Temuan studi menunjukkan bahwasanya penambahan tepung biji nangka pada kualitas organoleptik bakso daging entok mempengaruhi (P<0,05) bentuk, warna, tekstur, aroma, kekenyalan, rasa dan penerimaan umum secara nyata. Hal tersebut terlihat dari perlakuan terbaik pada uji kualitas organoleptik terdapat pada perlakuan P1 yang merupakan campuran 10% tepung tapioka dan 10% tepung biji nangka. Kualitas ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan nilai gizi produk akhir serta memberikan variasi baru yang dapat diterima oleh konsumen.
PENGARUH UMUR SEMBELIH TERHADAP KARAKTERISTIK KARKAS MUSCOPY DUCK (CAIRINIA MOSCHATA) Harapin Hafid; ENGKIZELPINA, Engki; Siti Hadrayanti Ananda
Jurnal Peternakan Nusantara Vol. 11 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jpn.v11i2.16577

Abstract

This study aims to determine the effect of slaughter age on the carcass characteristics of Muscovy ducks (Cairina moschata). The research at the Laboratory of Animal Science and Production Technology, Faculty of Animal Husbandry, Halu Oleo University. A total of 20 male Muscovy ducks were randomly selected from a farm in Cialam Jaya Village, Konda Sub-district, South Konawe Regency. The study was designed using a completely randomized design with four treatments and five replications. The age treatments included ducks aged 6 months (P1), 12 months (P2), 18 months (P3), and 24 months (P4). Before slaughter, the ducks were fasted to minimize bias from digestive tract contents, and their live weights were measured. Halal slaughtering was conducted by severing the esophagus, trachea, jugular vein, and common carotid artery. After complete bloodletting, the ducks were scalded in hot water to facilitate feather removal. This was followed by evisceration and separation of the head, neck, and feet to obtain the carcass. The carcass was weighed and divided into parts: breast, thigh, back, and wing, which were then individually weighed. The observed variables included slaughter weight, carcass percentage, and percentages of carcass parts such as the breast, thigh, back, and wing. The results showed that age significantly affected carcass percentage and the percentage of carcass parts, including thighs, breasts, and wings, but had no significant effect on slaughter weight or the percentage of the back. It was concluded that as the age of the ducks increased, so did the carcass percentage and the percentages of carcass parts, particularly the breast and thigh.An abstract is a concise summary for readers to get a general understanding on the research conducted. It is written in a formal English in accordance with the guidelines of scientific paper writing. Each abstract and abstrak is written in a full paragraph of no more than 250 words of 10 font size without any reference, table, or figure. It should include problems to be solved, objectives, methods, results, and conclusions. However, an abstract should not contain excessive figures. No shortened words are allowed except for those which will be used more than once.