Fajari, Nia Marniati Etie
Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

SITUS PULAU SIRANG: DATA BARU JEJAK PALEOLITIK DI KALIMANTAN (PULAU SIRANG: NEW DATA ON THE PALAEOLITHIC IN KALIMANTAN) Fajari, Nia Marniati Etie; Jatmiko, nfn; Hindarto, Imam; Herwanto, Eko; Cahyaningtyas, Yuka Nurtanti; Oktrivia, Ulce
Naditira Widya Vol 12, No 1 (2018): NADITIRA WIDYA VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v12i1.249

Abstract

Jejak budaya paleolitik di Kalimantan ditemukan di lembah Sungai Riam Kanan, yaitu di situs Awang  Bangkal dan Rantau Balai. Data arkeologi yang ditemukan di situs-situs tersebut berupa kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, kerakal dipangkas, dan fragmen serpih. Debit air waduk Riam Kanan yang akhir-akhir ini mengalami penurunan secara signifikan memunculkan situs yang semula tenggelam, yang disebut Pulau Sirang. Fenomena ini memunculkan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan bentuk, sebaran, dan kronologi data arkeologi. Penelitian ini merupakan penelitian penyelamatan yang bertujuan untuk mengumpulkan,  dan mendokumentasikan data arkeologi sebanyak mungkin dengan rangkaian metode penelitian survei, ekskavasi, dan analisis. Kami laporkan hasil survei dan ekskavasi di Pulau Sirang berupa (dalam terminologi Movius) kapak perimbas, kapak penetak, proto pahat genggam, kapak genggam, serpih, serut,bilah, lancipan, fragmen serpih, perkutor, batu inti, dan tatal. Sebaran artefak batu tersebut terkonsentrasi di permukaan Pulau Sirang utama, dan beberapa ditemukan di pulau-pulau lain di sekitarnya.Palaeolithic sites in Kalimantan are located in the Riam Kanan Valley at the Awang Bangkal and Rantau Balai sites. Lithics include pebble tools, hand-axes, flakes and debitage. Power plant construction has recently lowered the level of the Riam Kanan reservoir, revealing a formerly submerged site with surface lithics called Pulau Sirang. This phenomenon raises questions on the morphology of lithics, and their distribution and chronology. The present investigation is a rescue research which aims to collect and record as many archaeological data as possible by a sequence of method comprising survey, excavation, and analysis. We report on archaeological survey and excavation at Pulau Sirang, a site which has yielded (in Movius terminology) a range of choppers, chopping tools, proto-hand-adzes, hand-axes, flakes, scrapers, blades, points, flake shatter, awls, cores, and debitage. The distribution of these lithics is concentrated on the surface of the main Pulau Sirang, and some are also found on other small emergent islands around it.
SUMBER BAHAN DAN TRADISI ALAT BATU AWANG BANGKAL Fajari, Nia Marniati Etie
Naditira Widya Vol 5, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v5i1.61

Abstract

Abstrak. Awang Bangkal tercatat sebagai salah satu situs paleolitik tertua di Kalimantan bagiantenggara. Penelitian pada 1970an telah berhasil menemukan kapak-kapak perimbas di beberapalokasi yang berada di aliran Sungai Riam Kanan ini. Kini penelitian lebih lanjut di lokasi tersebutsulit dilakukan, karena sebagian besar badan Sungai Riam Kanan telah tenggelam akibatpembendungan sungai untuk waduk pembangkit listrik. Yang masih tampak tersisa di daerahAwang Bangkal saat ini adalah perbukitan yang mengandung sumber batuan. Makalah ini akanmemaparkan dan membahas hasil survei di Awang Bangkal pada tahun 2010 yang berhasilmengumpulkan sampel batuan bahan alat dan beberapa temuan artefaktual. Hasil analisis temuanmemberikan gambaran mengenai jenis batuan apa saja yang digunakan untuk membuat alatbatu, serta tradisi budaya alat batu yang berkembang di Awang Bangkal. Jika dilihat dari tradisi alatbatunya, temuan artefaktual di situs ini tidak hanya menunjukkan ciri teknologi paleolitik tetapi jugateknologi neolitik. Hal ini dibuktikan dengan temuan beliung batu dan batu berbentuk paku yangsudah dikerjakan dengan baik dan dihaluskan.
GERABAH GUA PAYUNG: JEJAK-JEJAK AUSTRONESIA DI KALIMANTAN BAGIAN SELATAN Fajari, Nia Marniati Etie
Naditira Widya Vol 4, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i1.130

Abstract

Pottery is one of the essensial indicator of human activity and subsistence in the past. Potteries excavated from Gua Payung come in various forms, made using advanced technology and decorated with attractive pattern. Analysis result on the morphological, technological and decoration aspect of the pottery provided information on pottery technology employed by human in Gua Payung, which in addition was used to interpret the existence of the Austronesian in Gua Payung. This interpretation concurs with linguistic data that Kalimantan is known as the crossroad for the Ausrtonesian migration in Southeast Asian Archipelago. This article discussed the analysis of Gua Payung pottery in regard to morphological, technological and decoration aspects.
ANALISIS FITOLIT (PHYTOLITH ANALYSIS): PADA RESIDU ARTEFAK TULANG SITUS SONG BLENDRONG Fajari, Nia Marniati Etie
Naditira Widya Vol 3, No 2 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.2
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v3i2.178

Abstract

The result of phytolith analysis on Song Blendrong bone tools was the identification of a number of plant species which likely to had been benefited from by human in the past. In accordance to its morphological analysis, the identification was used as reference to interpret the function of Song Blendrong bone tools, which suggest their continuous use during the Pleistocene. It is futher suggested that humans in Song Blendrong used bone tools to exploit their surrounding enviroment, especially edible plant resources. This article discusses the phytolith analysis result that were done at bone tools from Song Blendrong rockshelter for describing the bone tools function.
ANALISIS RESIDU BEKAS PAKAI: PROSEDUR DAN MANFAATNYA UNTUK PENELITIAN ARKEOLOGI DI KALIMANTAN Fajari, Nia Marniati Etie
Naditira Widya Vol 2, No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v2i1.165

Abstract

Microscopic analysis on traces of deposits on tools, either residue analysis or use-wear analysis, may provide information on technological characteristic, function, and types of use-wear of an artifact, which will further explain pattern of subsistence, exploiting plants and technology. Unfortunately, such analysis is still rarely used in an archaeological research in Kalimantan. This article discusses the advantages and prospect of benefiting microscopic analysis in archaeological researches in Kalimantan.
KARAKTERISTIK SITUS ARKEOLOGI KALIMANTAN SELATAN: Berdasarkan Lokasi Geografis Fajari, Nia Marniati Etie
Naditira Widya Vol 11, No 1 (2017): Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v11i1.209

Abstract

Bentanglahan Kalimantan Selatan terdiri atas rawa lebak di daerah Pegunungan Meratus yang menjadi hulu anak-anak Sungai Barito, rawa pasang surut berada di cekungan Barito yang merupakan lahan rawa dan gambut, estuari yang berada di muara sungai dan wilayah kepulauan, perbukitan karst. Lingkungan di keempat satuan lahan tersebut menyediakan kekayaan hayati melimpah dan telah menjadi kawasan budaya yang telah dihuni oleh manusia sejak masa prasejarah sampai dengan saat ini. Penelitian arkeologi di Kalimantan Selatan menemukan situs arkeologi yang tersebar pada tiap-tiap satuan lahan. Artikel ini mengangkat permasalahan mengenai bagaimana karakteristik situs arkeologi yang berada di Kalimantan Selatan berdasarkan kondisi geografisnya. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data berdasarkan Laporan Penelitian Arkeologi di Balai Arkeologi Kalimantan Selatan dari tahun 1993-2015 di wilayah Kalimantan Selatan. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan klasifikasi situs arkeologi berdasarkan lokasi geografis. Langkah selanjutnya adalah menyusun parameter pengamatan yang terdiri atas letak geografis dan kondisi lingkungan, karakteristik temuan, karakteristik budaya, dan kronologi waktu baik absolut ataupun relatif untuk menentukan karakter situs arkeologi. Hasil analisis menghasilkan kecenderungan karakteristik situs arkeologi di Kalimantan Selatan, yaitu adanya orientasi pemilihan lokasi hunian seiring dengan kronologi waktu, karakteristik situs dan data arkeologi dipengaruhi oleh kondisi geografisnya, dan usulan lokasi strategis yang dapat ditindaklanjuti oleh tim peneliti di Balar Kalimantan Selatan.
TIPOLOGI ARTEFAK BATU LIANG ULIN 2 Fajari, Nia Marniati Etie
Naditira Widya Vol 10, No 2 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v10i2.55

Abstract

Situs Liang Ulin 2 yang berada di kawasan karst Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan adalah salah satu gua hunian dari masa prasejarah. Data arkeologi yang berupa pecahan gerabah, alat tulang, dan artefak batu serta himpunan tulang binatang dan cangkang kerang adalah bagian dari aktivitas kehidupan manusia. Peralatan yang dihasilkan merupakan bentuk respon manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang paling dasar, antara lain pangan, sandang, dan papan. Sementara itu, keberadaan artefak batu di Liang Ulin 2 yang belum dibahas sebelumnya memunculkan permasalahan terkait dengan tipologi dan teknologi serta argumen fungsinya. Metode yang digunakan untuk menentukan tipologi adalah klasifikasi yang menghasilkan terminologi tiap kelompok yang terbentuk. Klasifikasi yang disusun berhasil menggolongkan artefak batu Liang Ulin 2 menjadi dua kelompok besar, yaitu alat dan bukan alat. Kelompok alat yang terdiri atas batu inti dan serpih dengan retus diketahui tidak memiliki bentuk dan fungsi tertentu. Alat serpih dibuat untuk fungsi praktis dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Sementara itu, kelompok bukan alat yang terdiri atas serpih proksimal, fragmen serpih, dan tatal adalah hasil dari pangkasan dalam proses pembuatan alat yang tidak digunakan
LIANG ULIN 2: INFORMASI BARU PRASEJARAH KALIMANTAN SELATAN Fajari, Nia Marniati Etie; Oktrivia, Ulce
Naditira Widya Vol 9, No 2 (2015): OKtober 2015
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v9i2.122

Abstract

Kawasan karst Mantewe yang menjadi bagian jalur Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan memiliki dataarkeologi yang penting untuk memberikan gambaran kehidupan prasejarah Kalimantan. Liang Ulin 2 yang berada digugusan Bukit Ulin di Desa Sukadamai, Kecamatan Mantewe merupakan ceruk yang memiliki bukti hunian manusia padamasa prasejarah. Morfologi Liang Ulin 2 memiliki karakteristik yang unik, yaitu terdiri atas tiga tingkat teras gua yang beradadi tebing kapur Bukit Ulin. Teras gua dengan temuan arkeologi terdapat pada tingkat yang paling atas, yang kemudiandisebut Liang Ulin 2A. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan terkait dengan apa bentuk data arkeologiyang terdapat di Liang Ulin 2. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan survei arkeologi dan ekskavasi dilantai ceruk Liang Ulin 2A. Data yang diperoleh dianalisis dengan pilihan metode analisis yang sesuai dengan rumusanpermasalahan. Penjelasan bentuk data arkeologi yang terdapat di Liang Ulin 2 memberikan gambaran mengenai kehidupanmanusia pada masa prasejarah terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
FLOTASI DALAM PENELITIAN ARKEOLOGI Fajari, Nia Marniati Etie
Naditira Widya Vol 3, No 1 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9757.354 KB) | DOI: 10.24832/nw.v3i1.370

Abstract

In archaeological research, floatation is often employed to seek for plant remains, since it provides appropriate sample for palaeo-bdtany analysis. Results of such analysis may perform as reference to reconstruct the environment in the past, diet and plants benefited for human's subsistence. Nevertheless, floatation is also used to collect micro-artefacts missed by ordinary eyes. This article discusses the purpose and steps of employing floatation method, and its prospect for archaeological researches in Indonesia.
HUNIAN KUNO DI SEI SIPEI, MARTAPURA, KALIMANTAN SELATAN Fajari, Nia Marniati Etie
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 1, No 1 (2015): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.59 KB) | DOI: 10.24832/ke.v1i1.3

Abstract

Penelitian arkeologi di Sei Sipei dilatarbelakangi oleh laporan warga yang menemukan sejumlah barang kuno di lingkungan tempat tinggalnya. Barang kuno yang terdiri atas pecahan keramik, gerabah, dan mata uang merupakan data arkeologi yang memberikan indikasi adanya hunian dari masa  lampau. Penelitian yang dilakukan di Sei Sipei, Kecamatan Martapura Kota, Kabupaten Banjar ini mengemukakan permasalahan yang terkait dengan bentuk dan sebaran data arkeologi serta kronologi hunian di situs tersebut. Penelusuran data arkeologi bertujuan untuk mengungkap aktivitas hunian kuno di situs Sei Sipei. Hasil analisis terhadap himpunan data yang ditemukan menunjukkan bahwa hunian di Sei  Sipei diwarnai dengan aktivitas kehidupan sehari-hari yang terjadi pada masa Kolonial Belanda abad 19 Masehi. Lapisan budaya yang tipis dengan jumlah temuan yang tidak raya mengindikasikan bahwa hunian di Sei Sipei tidak terlalu besar atau terjadi pada kurun waktu yang singkat. Kondisi lingkungan situs yang telah mengalami kerusakan masif akibatpengembangan lahan untuk pemukiman warga saat ini menyebabkan situs tidak dapat dipertahankan.