Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penggunaan Daun Binahong & Daun Petai Cina Dalam Proses Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus Putih Widayati, Dhina; Milasari, Nur
Prosiding SPIKesNas : Seminar Publikasi Ilmiah Kesehatan Nasional Vol 3 No 4 (2024): SPIKesNas - November 2024
Publisher : STIKES dan AKZI Karya Husada Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Burns are a form of tissue damage caused by contact with a heat or cold source. Indonesia is rich in herbal plants, including binahong leaves and chinese petai leaves which contain compounds for the angiogenesis process and collagen formation in the wound healing process. This study aims to determine the comparative effectiveness of binahong leaves (Anredera cordifolia) and petai cina leaves (Leucaena leucocephala) in the healing process of Grade II burns in white rats. This type of quasi-experimental research uses a post-test only design approach. The sample consisted of 18 white mice which were divided into the binahong leaf intervention group and the petai cina leaf intervention group. The sampling technique uses random sampling. The independent variable in this study was wound treatment using binahong leaves, while the dependent variable was the healing process for grade II burns. Data were analyzed using the Mann-Whitney Test with α=0.05, it was found that ρ=0.001 ≤ α(0.05) showed that there was an effect of using binahong leaves on the healing process of grade II burns with a difference of 2 days, it was faster to use binahong leaves because binahong leaves contains saponin and flavonoid compounds which can accelerate wound healing. The wound healing process using binahong leaves took an average of 11 days, while the wound healing process using the petai cina leaf group took an average of 13 days. Binahong leaves can be used as an alternative in wound care. Families can plant this plant as a family medicinal plant which can be used as herbal medicine.
POPULASI DAN DISTRIBUSI UDANG AIR TAWAR ENDEMIK Caridina kaili DI SUNGAI-SUNGAI INLET DANAU LINDU, SULAWESI Milasari, Nur; Annawaty, Annawaty
Berita Biologi Vol 24 No 1 (2025): Berita Biologi
Publisher : BRIN Publishing (Penerbit BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/berita_biologi.2025.5396

Abstract

Caridina kaili merupakan spesies endemik Danau Lindu yang dideskripsi oleh Annawaty dan Wowor pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi dan peta pernyebaran terkini spesies C. kaili di sungai-sungai inlet Danau Lindu. Pengoleksian sampel dilaksanakan dengan metode road sampling melawan arus sungai pada bulan November 2023 di 27 stasiun. Sampling dilakukan di setiap stasiun sepanjang 200 m searah aliran sungai selama 60 menit/penangkapan (Catch Per Unit Effort, CPUE). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa C. kaili ditemukan dengan populasi terbanyak pada Uwe Kaongko dengan kelimpahan mencapai 3.03 ind/m2 CPUE, tingginya nilai kelimpahan pada stasiun ini karena kondisi habitat yang masih terjaga dengan baik, serta melimpahnya detritus di perairan yang menyediakan sumber makanan yang mendukung kehidupan C. kaili. Populasi paling rendah ditemukan di Uwe Langko jembatan 2 dengan kelimpahan hanya 0.01 ind/m2 CPUE, diduga karena adanya persaingan dengan spesies invasif Macrobrachium lanchesteri. Peta penyebaran C. kaili pada penelitian ini mengindikasikan adanya dua lokasi baru yang belum pernah dilaporkan sebelumnya yaitu pada Uwe Langko jembatan 1 dan Uwe Langko Jembatan 2, meskipun C. kaili ditemukan di lokasi ini dengan jumlah yang sangat sedikit. Beberapa sungai yang sebelumnya diketahui merupakan wilayah penyebaran C. kaili yaitu Uwe Pada, Uwe Karatambe, dan Uwe Laga, pada penelitian ini sudah tidak ditemukan lagi keberadaan C. kaili. Hilangnya C. kaili di tiga sungai tersebut kemungkinan karena kondisi sungai yang telah tercemar sehingga tidak kondusif lagi untuk mendukung kehidupan C. kaili.