Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

RELASI ANTARA TINDAKAN KORUPSI DENGAN ETIKA DAN AKHLAQ Nihayatur Rohmah
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8 No 1 (2014): APRIL
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56997/almabsut.v8i1.16

Abstract

 Etika merupakan cara pandang seseorang yang bersumber pada nalar dan Akhlaq merupakan sistem nilai yang bersumber pada wahyu. Keduanya merupakan bentuk internalisasi diri dan buah pembiasaan yang terus dilakukan dan bukan produk instan. Korupsi jika ditinjau dari sisi etika dan akhlaq merupakan kasus yang sudah jelas menabrak kedua sistem tersebut. Maraknya korupsi disebabkan masih banyaknya masyarakat yang mengalami krisis akhlak. Jadi, obat yang paling pas dan manjur untuk mengobati dan memberantas penyakit korupsi adalah dengan pendidikan akhlak, pendidikan moral, dan pendidikan etika. Meskipun terkesan klise, tetapi memperbaiki kesadaran seseorang dan mengembalikan rasa tanggung jawab moralnya serta agamanya memang salah satu cara yang paling ampuh untuk mencegah dan menghentikan korupsi. Pendidikan agama dan  memperkuat iman adalah metode yang harus ditingkatkan demi mendapatkan orang-orang yang memiliki hati nurani bersih dan jujur berlandaskan Hukum Negara maupun hukum Agama.    Kata kunci: Etika, Akhlaq, Korupsi  
OTORITAS DALAM PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH (KONFRONTASI ANTARA PEMIMPIN NEGARA DAN PEMIMPIN ORMAS KEAGAMAAN) Nihayatur Rohmah
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9 No 1 (2015): APRIL
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56997/almabsut.v9i1.17

Abstract

Problematika Hisab Rukyah senantiasa actual untuk diperbincangkan. Kontroversi dalam penetapan awal bulan qamariyah kian menjadi tradisi yang dapat dipahami namun tetap meresahkan masyarakat. Ketika persoalan ibadah yang berdimensi social-sebagaimana persoalan penetapan dalam mengawali puasa dan mengakhiri puasa-dibutuhkanlah kerangka pemikiran yang berbasis kemaslahatan umum. Wajah bumi pertiwi kerapkali dihiasi dengan “tuntunan”yang berujung pada “tontonan” yang dapat mengancam ukhuwwah Islamiyah. Truth claim ormas keagamaan dan belum dapat diterimanya otoritas tunggal di Negeri ini menjadi pemicu adanya perbedaan yang tak berkesudahan. Ketika otoritas dikonfrontasikan antara pemimpin Negara dan pemimpin ormas maka dibutuhkanlah jiwa besar untuk mengalah guna meraih kemenangan. Jadi, berbesar hati untuk mengambil Pemerintah sebagai otoritas tunggal untuk menciptakan persatuan ummat adalah lebih utama daripada mempertahankan kriteria kalender masing-masing ormas. Kata kunci; Bulan Qamariyah, Otoritas Tunggal, Ukhuwwah Islamiyah   
AL-QUR'AN DI ERA KEKINIAN: RELASI ANTARA TEKS DAN REALITAS (Tafsir Al-Qur'an Indonesia Menjawab Tantangan Zaman) Nihayatur Rohmah
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 6 No 1 (2013): APRIL
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56997/almabsut.v6i1.59

Abstract

AL-QUR'AN DI ERA KEKINIAN: RELASI ANTARA TEKS DAN REALITAS(Tafsir Al-Qur'an Indonesia Menjawab Tantangan Zaman)Nihayatur RohmahJurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) NgawiAbstrakIndonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam dengan kitab suci al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian, seyogyanya ada upaya untuk menjadikan kitab suci ini agar lekat dan dekat di hati masyarakat muslim dan agar al-Qur’an ini tidak lagi menjadi kitab sakral yang tidak tersentuh sama sekali oleh umatnya. Tafsir al-Qur’an seharusnya berfungsi sebagai alat penggugah kesadaran manusia agar menjadikan al-Qur’an sebagai sumber hidayah. Dalam upaya mengembalikan al-Qur’an sebagai hudan li al-nass, mufassir kontemporer tidak lagi memahami kitab suci sebagai wahyu yang ”mati” seperti yang dipahami oleh ulama tradisional, melainkan sebagai sesuatu yang ”hidup”. Al-Qur’an dipahami sebagai kitab suci yang kemunculannya tidak bisa dilepaskan dari konteks kesejarahan umat manusia. Al-Qur’an tidak diwahyukan dalam ruang dan waktu yang hampa-budaya, melainkan hadir pada zaman dan ruang yang sarat budaya.Kata-kata kunci: Tafsir, teks,  konteks
AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL (Memahami Nilai-Nilai Ritual Maulid Nabi di Pekalongan) Nihayatur Rohmah
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 9 No 2 (2015): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56997/almabsut.v9i2.70

Abstract

Empirically, a religion can be seen from its followers behaviours in their daily life. The behaviors may become expression of religious sense which can be traced back from the values of religion that they believe. Such expression, later on, makes a religion exist as symbol of culture. This paper will explain about the sample of transformation and acculturation of java and Islam in the Islamic teachings. We shall explore the local wisdom about tradition celebration of the birth of prophet Muhammad in Pekalongan and it’s called muludan. In there are amount of rituals for celebrate of the birth of prophet.
PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN ATMOSFER TERHADAP KETAMPAKAN FAJAR SHADIQ Nihayatur Rohmah
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8 No 2 (2014): September
Publisher : Institut Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56997/almabsut.v8i2.77

Abstract

Penelitian lapangan ini membahas ketampakan fajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya lewat pendekatan fiqih-astronomis yang disajikan dalam bentuk deskriptif-analitis. Fajar shadiq tampak sebagai cahaya putih yang menyebar di sepanjang ufuk karena hamburan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi. Fajar shadiq tampak sebagai cahaya berwarna biru, merah atau orange. Ada korelasi antara posisi astronomis Matahari dan penentuan waktu fajar. Penelitian, berkesimpulan bahwa ada pengaruh suhu terhadap sudut posisi Matahari. Kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding lurus. Tegasnya, jika besarnya suhu atmosfer itu kecil (menurun) maka cahaya fajar akan tampak pada sudut depresi yang rendah, seperti suhu 18.1° Celcius, fajar shadiq tampak pada posisi Matahari -18°02’08’’. Sebaliknya, jika suhu atmosfer itu besar (meningkat) maka cahaya fajar akan terlihat pada sudut posisi Matahari yang tinggi pula, seperti pada suhu 18.9° Celcius maka fajar shadiq tampak pada sudut Matahari -20°52’29’’. Adapun nilai rata-rata (mean) posisi Matahari dengan merujuk pada keseluruhan data pengamatan, maka diperoleh hasil sudut depresi Matahari -18°39’29.4’’. Penelitian ini menguatkan teori bahwa astronomical twilight yang bersesuaian dengan fenomena fajar astronomi mulai terbit ketika Matahari berada pada kedudukan sudut depresi 18o di bawah horizon.