Pelestarian budaya lokal menghadapi tantangan serius akibat keterbatasan literasi digital dan minimnya akses informasi budaya. Museum Balai Adat Rajo Penghulu (BDARU) di Bengkulu menjadi mitra pengabdian untuk menjawab tantangan tersebut melalui program pendampingan digitalisasi aset seni dan budaya. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pengurus dalam pengelolaan koleksi berbasis teknologi, memperluas akses masyarakat, serta melibatkan generasi muda dalam pelestarian budaya. Metode kegiatan ini adalah pelatihan dan pendampingan bagi 15 pengurus inti BDARU selama enam bulan di Museum Balai Adat Rajo Penghulu, Bengkulu. Tahapan kegiatan meliputi: (1) analisis kebutuhan melalui observasi dan wawancara, (2) sosialisasi dan FGD untuk penyusunan sistem digitalisasi, (3) pelatihan manajemen data, produksi konten, dan simulasi QR-Code, (4) evaluasi melalui pre-test/post-test serta monitoring dua bulan pasca pelatihan, dan (5) pembentukan tim pengelola digitalisasi untuk keberlanjutan program. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan pada kompetensi digital pengurus BDARU, ditunjukkan oleh kenaikan rata-rata nilai pre-test dari 61 menjadi 87 pada post-test, dengan gain score 26 dan normalized gain 0,67 (kategori sedang–tinggi). Sebanyak 135 koleksi budaya berhasil terdigitalisasi, 100 koleksi telah dilengkapi QR-Code aktif, dan 10 konten budaya dipublikasikan melalui media sosial serta website museum digital. Pencapaian ini menegaskan efektivitas pelatihan dalam meningkatkan kapasitas pengelolaan aset budaya berbasis teknologi. Temuan ini menegaskan bahwa program efektif dalam meningkatkan keterampilan pengurus, memperkuat literasi budaya masyarakat, dan memperluas akses edukasi digital. Kesimpulannya, pendampingan digitalisasi BDARU berperan penting dalam transformasi pelestarian budaya lokal di era digital.