Demam tifoid (tipes) adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut disebabkan oleh bakteri salmonella typhii. Berdasarkan data dari World Health Organization tahun 2019 terdapat 9 juta kasus demam tifoid setiap tahunnya, tingginya prevalensi kejadian demam tifoid serta dampak yang ditimbulkannya membawa akibat pada tingginya konsumsi obat. Kebutuhan antibiotik di rumah sakit yang meningkat tajam, hal ini memunculkan permasalahan pengobatan yaitu kejadian DRPs. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kejadian Drug Related Problems terhadap kondisi pasien demam tifoid di Rumah Sakit X Medan. Jenis penelitian ini deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain penelitian yang bersifat cross sectional. Pengambilan data secara retrospektif melalui penelusuran rekam medik pasien demam tifoid di Rumah Sakit X Medan. Pada penelitian ini memakai beberapa pengujian meliputi karakteristik pasien, jenis antibiotik yang dipakai, penggunaan obat rasional (POR), dan DRPs pasien demam tifoid. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pasien demam tifoid diperoleh sejumlah 200 pasien, untuk pemilihan antibiotik yang paling banyak dipakai golongan sefalosporin yaitu obat ceftriaxone sebanyak 867 obat, untuk POR yang kategori tepat diagnosa 189 dan tidak tepat diagnosa 11 pasien, untuk tepat indikasi penyakit 196 dan yang tidak tepat 4 pasien, hasil identifikasi DRPs yaitu terapi obat yang tidak perlu & tidak efektif (8,16%), terapi obat tambahan (38,78%), reaksi obat yang merugikan diantaranya efek samping obat (16,33%) dan interaksi obat (36,73%). Farmasis berkontribusi dalam penyelesaian masalah yang berkaitan dengan manajemen terapi antibiotik pada pasien demam tifoid sehingga pengobatan menjadi optimal.