A'isa, A'isa Maharani Hasibuan
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN RIWAYAT PENYAKIT DM & HIV TERHADAP KEPATUHAN PENGOBATAN TUBERCULOSIS DI KOTA MEDAN PADA TAHUN 2022 A'isa, A'isa Maharani Hasibuan; Sari, Amelia Resita; Sheillawany, Anggun; Saragih, Devi Herdini; Manurung, Lutfia Nurfadilah; Gantina, Sri Rezky; Ismah, Zata
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.35944

Abstract

Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyakit yang sulit disembuhkan, dengan ketidakpatuhan pasien sebagai salah satu penyebab utama. Di Indonesia, tercatat sekitar 842.000 kasus TB per tahun, dengan 569.899 laporan, menyisakan 32% kasus yang belum terlaporkan. Di Sumatera Utara, pada 2022 terdapat sekitar 200.000 kasus TB, dengan 20.000 hingga 30.000 pasien yang sedang menjalani pengobatan. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross-Sectional dan data sekunder dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Sampel penelitian mencakup 9.967 pasien TB di Kota Medan pada 2022, terdiri dari 8.552 orang sembuh dan 1.415 orang kehilangan jejak (LTFU). Kriteria inklusi mencakup pasien yang mengikuti pengobatan, kecuali yang meninggal sebelum diketahui kondisi pengobatannya. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara riwayat diabetes mellitus (DM) dan kepatuhan pengobatan TB (p = 0,000), di mana pasien TB-DM lebih sulit patuh terhadap pengobatan. Sebaliknya, tidak ditemukan hubungan signifikan antara riwayat HIV dan kepatuhan pengobatan TB (p = 0,143). Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat penyakit DM secara signifikan memengaruhi kepatuhan pengobatan TB, sementara riwayat HIV tidak menunjukkan hubungan yang serupa. Selain itu, faktor demografis seperti usia dan jenis kelamin juga berperan dalam kepatuhan pengobatan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini saat merancang intervensi kesehatan yang lebih efektif