Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

LAPORAN KASUS : MENINGIOMA Mulyadi, Eunike Angellina; Sari, Riri Gusnita
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.36519

Abstract

Meningioma merupakan salah satu tumor intrakranial yang paling sering muncul, tumor yang berasal dari dura mater, menunjukkan adanya perlekatan dura, dengan gejala bergantung pada lokasinya. Manifestasi klinis berupa defisit neurologis termasuk gangguan pada saraf kranial, kejang umum maupun parsial, dan peningkatan tekanan intrakranial. Prevalensi kasus adalah 1,28/100.000 hingga 7,80/100.000 dengan jumlah kejadian lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.  Ilustrasi kasus seorang wanita 49 tahun dengan keluhan nyeri kepala, pusing berputar, dan pandangan kabur sejak 2 bulan datang ke poliklinik neurologi dan dilakukan pemeriksaan MRI Kepala dengan kontras. 2 minggu setelah itu, pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan muntah sejak 2 hari sebelumnya tanpa disertai mual, badan terasa lemas, dan pasien cenderung mengantuk. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum pasien tampak lemah dengan Glasgow Coma Scale E3V4M6, tekanan darah 181/102 mmHg, denyut jantung 96x/menit, laju pernafasan 20 x/menit, suhu 37,2C dan saturasi 97%. Pada pemeriksaan didapatkan tajam penglihatan pasien menurun. Penatalaksanaan gold standar meningioma adalah tindakan bedah craniotomy. Tindakan bedah ini bertujuan untuk menghilangkan tumor, memperbaiki gejala, memberikan hasil yang lebih baik jika harus di radioterapi, dan yang paling penting meningkatkan kualitas kelangsungan hidup pada pasien. Kesimpulan pada kasus ini adalah deteksi dini meningioma dengan dilakukannya pencitraan otak dapat memberikan pilihan terapi yang tepat untuk menunjang prognosis yang baik pada pasien.
PERAN ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG) DALAM DIAGNOSTIK EPILEPSI: TINJAUAN EFEKTIVITAS TERHADAP DETEKSI AWAL DAN PEMANTAUAN Fasya, Alifia Nadyra; Sari, Riri Gusnita
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.38032

Abstract

Elektroensefalografi (EEG) merupakan alat diagnostik yang sangat penting dalam penilaian epilepsi, karena kemampuannya untuk mendeteksi aktivitas listrik otak yang abnormal. Tujuan dari literature review ini adalah untuk mengulas peran EEG dalam diagnostik epilepsi, dengan fokus pada efektivitasnya dalam deteksi awal dan pemantauan kondisi pasien. EEG memungkinkan identifikasi pola gelombang otak yang tidak normal, yang sering kali menjadi indikator adanya gangguan neurologis, termasuk epilepsi. Artikel ini membahas berbagai jenis gelombang EEG, seperti gelombang alpha, beta, theta, dan delta, serta bagaimana perubahan pola-pola tersebut dapat mengindikasikan adanya aktivitas epileptiform yang berhubungan dengan kejang. Selain itu, tinjauan ini mengeksplorasi peran EEG dalam memantau respons pasien terhadap pengobatan dan membantu dalam penyesuaian terapi yang lebih tepat. Meskipun EEG merupakan alat yang efektif, review ini juga mengidentifikasi tantangan dan keterbatasan dalam penggunaannya, termasuk kebutuhan untuk interpretasi yang cermat oleh profesional medis berpengalaman. Secara keseluruhan, EEG berperan vital dalam proses diagnostik epilepsi, baik dalam mendeteksi serangan secara langsung maupun dalam memantau perkembangan dan efektivitas terapi jangka panjang, sehingga memberikan kontribusi besar terhadap pengelolaan kondisi epilepsi yang lebih baik.
KARAKTERISTIK DAN TATALAKSANA SINDROM EPILEPSI: SEBUAH TINJAUAN LITERATUR Putri, Derby Ayudhia Utami Iskandar; Sari, Riri Gusnita
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 16 No 1 (2024): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i1.2525

Abstract

Definisi dan klasifikasi sindrom epilepsi pertama kali disampaikan oleh International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 1985. Menurut ILAE sindrom epilepsi merupakan gangguan epilepsi yang ditandai dengan sekelompok tanda dan gejala, yang dapat terjadi bersamaan. Gejala bergantung pada usia dan serangkaian penyakit penyerta tertentu.  Penulis bertujuan menggabungkan berbagai literatur terkini mengenai sindrom epilepsi. Literatur diambil menggunakan database Google Scholar, PubMed, Cochrane Library dalam kurun waktu 4 (empat) tahun, 2019-2023. Studi yang diikutsertakan ke dalam literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi meliputi studi yang menjelaskan mengenai sindrom epilepsi dan karakteristiknya. Klasifikasi sindrom epilepsi dibagi berdasarkan jenis kejang dan onset usia. Setiap jenis memiliki karakteristik dan tatalaksana yang berbeda. Sindrom epilepsi pada masa anak yang paling sering dijumpai meliputi, Generalized Tonic-Clonic Seizures Alone/ GTCSA, Childhood Absence Epilepsy/ CAE, Lennox-Gastaut Syndrome/ LGS, West syndrome/ WS, Self-Limited Childhood Epilepsy with Centrotemporal Spikes/ SLCECTS. Dapat disimpulkan bahwa inisiasi pengobatan antikejang pada sindrom epilepsi bergantung pada usia dan efektivitas yang berbeda dari obat antiepilepsi.  
UNRAVELING THE ENIGMA OF APPROACH TO DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF PSYCHOGENIC NON-EPILEPTIC SEIZURES : LITERATURE REVIEW Wulandari, Dhea Asih; Sari, Riri Gusnita
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i1.25910

Abstract

Kejang Non-Epileptik Psikogenik (PNES) memadukan aspek neurobiologis dan psikologis, sehingga menimbulkan tantangan diagnostik dan pengobatan. Meskipun sering terjadi, penelitian masih kurang sehingga menyebabkan kesalahan diagnosis dan perawatan yang tidak memadai. Studi ini melakukan tinjauan literatur menyeluruh, memeriksa artikel, uji coba, dan meta-analisis dari 20 tahun terakhir mengenai penyebab, diagnosis, dan pengobatan PNES dari database seperti PubMed dan PsycINFO. Hal ini menekankan perlunya pendekatan multidisiplin, menggabungkan penilaian neurologis dan psikologis. Stres dan trauma sangat penting dalam perkembangan PNES, sehingga menyarankan psikoterapi dan, bila diperlukan, pengobatan. Tinjauan tersebut menunjukkan tidak adanya standar diagnostik dan pengobatan yang seragam, sehingga menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut. Ini menganjurkan tim multidisiplin dan perawatan yang berpusat pada pasien untuk meningkatkan hasil. Pekerjaan di masa depan harus fokus pada pembuatan pedoman manajemen PNES yang terstandarisasi, mempromosikan perawatan komprehensif yang memenuhi kebutuhan spesifik pasien.