Alergi adalah gangguan inflamasi kronis dengan reaksi kekebalan yang menyimpang terhadap bahan kimia lingkungan tertentu, yang disebut alergen. Antihistamin seperti cetirizine dan chlorpheniramine maleat sering diresepkan untuk menangani alergi. Meskipun sama-sama merupakan antihistamin , keduanya memiliki perbedaan penting dalam hal efektivitas, profil efek samping, dan keamanan. Artikel review ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi penggunaan cetirizine dan chlorpheniramine maleat di fasilitas kesehatan serta mengidentifikasi alasan di balik pemilihan masing-masing obat dalam pengobatan alergi. Metode yang digunakan adalah narrative review, dengan populasi pasien yang mengalami alergi dan memerlukan pengobatan dengan antihistamin di suatu fasilitas pelayanan kesehatan dengan intervensi penggunaan cetirizine sebagai pilihan antihistamin untuk mengatasi alergi dengan perbandingan penggunaan chlorpheniramine maleat sehingga diperoleh pemahaman mengenai preferensi klinis dalam memilih cetirizine atau chlorpheniramine maleat. Literatur diperoleh dari Google Scholar dan Publish or Perish, diikuti analisis bibliometrik menggunakan perangkat lunak VOSviewer. Hasil dari 13 jurnal yang diperoleh menunjukkan bahwa cetirizine lebih sering digunakan dibandingkan chlorpheniramine maleat. Efek sedasi yang rendah dan durasi kerja yang lebih lama (hingga 24 jam), menjadikan cetirizine pilihan lini pertama. Chlorpheniramine maleat, meskipun memiliki efek sedasi yang tinggi dan durasi kerja yang lebih singkat (4-6 jam), tetap digunakan dalam situasi tertentu karena harganya lebih terjangkau dan lebih mudah didapat.