Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Employing the Role of English Language in the Mode of Thought and Action for Guides Professional Function: The Case of Mentawai Tourism Elfiondri, Elfiondri; Rasli, Amran; Kartika, Diana; Zaitul, Zaitul
Humanus Vol 22, No 1 (2023)
Publisher : Pusat Kajian Humaniora FBS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/humanus.v22i1.120453

Abstract

Globalization in tourism has penetrated remote indigenous villages of Mentawai, in which English language plays an important role in tourism. Tour guides employ the English language role in the mode of thought and action in performing their professional functions in serving foreign tourists. In Mentawai tourism, guides play important role due to that local people can not speak in English. Study on the English role in relation to the guide professional function is importantly examined to formulate the English roles employed by guides in performing their task (function) as guide in indigenous culture-based tourism, Mentawai. Unfortunately, the role of English language in the language modes for the guides professional function is not examined in Mentawai tourism. The study examines the role of English language in relation to guides professional function in Mentawai tourism. The purpose is to formulate the roles of English language in the mode of thought and action employed by guides in performing their jobs as guide. The study applied qualitative and quantitative methods. Findings are that the English language is employed by guides in three roles. in the mode of thought, English language plays as interactive and communicative role, while in the mode of action (social mode), English language plays as social role. In the social role, English language is employed in various forms of phatic utterance (small talk) with various functions. Guides emloy the social role to build and maintain social relationship with foreign tourists. In the mode of thought, English language is employed to interact verbally with tourists, and to convey tourism-related information to tourists. In conclusion, English language play an importand role socially, interactively, and communicatively in the guide professional function.
IMPLEMENTASI BUDIDAYA IKAN DI KOLAM TERPAL BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MAHASISWA DAN PETANI IKAN DI DANAU MANINJAU Azrita, Azrita; Syandri, Hafrijal; Elfiondri, Elfiondri
Jurnal Vokasi Vol 7, No 1 (2023): Maret
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30811/vokasi.v7i1.3288

Abstract

Danau Maninjau merupakan salah satu dari lima belas danau prioritas nasional yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2021 tentang Penyelamatan Danau Prioritas Nasional. Danau ini merupakan kawasan strategis Provinsi Sumatera Barat dengan fungsi utamanya sebagai wisata alam, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), perikanan tangkap, dan budidaya ikan dengan keramba jaring apung. Kualitas air Danau Maninjau sudah tercemar berat, akibat beban limbah dari aktifitas budidaya ikan keramba jaring apung sehingga tidak dapat mendukung secara optimal kegiatan budidaya ikan di keramba jaring apung. Oleh karena perlu dilakukan usaha budidaya ikan di lahan darat dalam rangka alih lokasi budidaya ikan. Tujuan pengabdian pada masyarakat adalah mengimplementasikan budidaya ikan di kolam terpal dan pembuatan pakan ikan berbasis sumberdaya local untuk kelompok petani ikan dengan mengikutsertakan mahasiswa prodi akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Bung Hatta untuk meningkatkan pengetahuan dan kesejahteraan pembudidaya ikan KJA. Sekaligus menambah wawasan mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta dalam proses Belajar Merdeka Kampus Merdeka (MBKM). Hasil pelatihan secara kuantitas dari 20 peserta pelatihan yang terdiri dari 10 pembudidaya ikan dan sepuluh mahasiswa, sebelum pelatihan pengetahuan peserta pelatihan mendapat skor rata-rata 40. Setelah pelatihan, peserta pelatihan mendapatkan skor rata-rata 85. Kesimpulannya adalah bahwa pelatihan telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta tentang budidaya ikan lele di kolam terpal dan pembuatan pakan ikan berbasis sumber daya lokal