Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya moderasi beragama untuk menjaga harmoni di masyarakat yang plural, namun perbedaan perspektif, khususnya antara akademisi dan pandangan salafy, menimbulkan diskusi yang menarik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pandangan tentang moderasi beragama pada dua kanal YouTube, FUAD TV dan Rodja TV, untuk memahami perbedaan dan kesamaannya. Dengan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan komparasi, data dikumpulkan melalui observasi video, transkrip, serta literatur terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akademisi cenderung inklusif, menekankan dialog antaragama dan tafsir kontekstual, sementara salafy lebih konservatif, dengan batasan toleransi yang ketat berdasarkan prinsip literal teks agama. Kesimpulannya, meskipun kedua perspektif berbeda dalam pendekatan, keduanya sepakat bahwa moderasi beragama diperlukan untuk menghindari ekstremisme dan menciptakan harmoni sosial. Penelitian ini menawarkan pandangan baru tentang bagaimana nilai-nilai moderasi beragama dapat diimplementasikan secara relevan di masyarakat majemuk. AbstractThis research is motivated by the importance of religious moderation in maintaining harmony in a plural society. However, differing perspectives, particularly between academics and Salafi views, have sparked interesting discussions. The aim of this study is to analyze views on religious moderation in two YouTube channels, FUAD TV and Rodja TV, to understand their differences and similarities. Using a descriptive qualitative method with a comparative approach, data was collected through video observations, transcripts, and related literature. The findings indicate that academics tend to be inclusive, emphasizing interfaith dialogue and contextual interpretation, while Salafi views are more conservative, with strict tolerance limits based on the literal interpretation of religious texts. In conclusion, although the two perspectives differ in approach, both agree that religious moderation is necessary to prevent extremism and create social harmony. This research offers a new perspective on how the values of religious moderation can be implemented relevantly in a pluralistic society.