Fuady, Dzicky Rifqi
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

THE OBSTACLES IN REFERRAL, DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF CONGENITAL ATRIOVENTRICULAR BLOCK (CAVB) Fuady, Dzicky Rifqi; Febriastuti, Nunki; Pradipta, Bram
Mandala Of Health Vol 17 No 2 (2024): Mandala of Health: a Scientific Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.mandala.2024.17.2.12740

Abstract

Latarbelakang: Congenital atrioventricular block (CAVB) merupakan kondisi langka, ditemukan pada sekitar 1 dari 20.000 kelahiran, sebagian besar disebabkan oleh autoantibodi maternal yang memasuki sirkulasi fetus melalui plasenta. Metode: Laporan kasus: seorang ibu hamil berusia 34 tahun, gravida 3 paritas 2 usia kehamilan 31 minggu dirujuk ke RSUD Koja dengan bradikardia janin. Pada pemeriksaan USG didapatkan CAVB derajat III. Pada USG, pasien mengalami polihidramnion dengan denyut jantung atrium 151 bpm dan denyut jantung ventrikel 67 bpm, direncanakan akan dirujuk ke RS Harapan Kita untuk penanganan lebih lanjut. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda takikardia dan deformitas Swanneck pada jari tangan, serta diduga rheumatoid artritis. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hipertiroidisme subklinis dengan diabetes melitus gestasional. Pasien dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam, direncanakan untuk pemeriksaan panel autoimun, namun hal ini terkendala oleh ketersediaan rumah sakit dan pendanaan pasien. Pasien ini tidak dapat dirujuk karena memutuskan untuk pulang atas permintaannya sendiri. Pasien datang ke RS Tipe C, dilakukan tindakan SC dengan indikasi fetal distress dan bayi meninggal pada hari kedua. Kasus ini menunjukkan beberapa kendala dalam diagnosis dan penatalaksanaan CAVB, seperti kendala ekonomi, budaya dan pendidikan dalam proses tersebut. Kesimpulan: Terdapat banyak tantangan dalam tatalaksana pasien hamil, termasuk dalam rujukan, diagnosis dan penatalaksanaan penyakit langka seperti CAVB banyak mengalami kendala yang menghambat upaya pelaksanaannya, sehingga perlu upaya bersama untuk memperbaikinya.
MEAN URGE INCONTINENCE EPISODES COMPARISON AFTER SOLIFENACIN AND MIRABEGRON TREATMENT IN OVERACTIVE BLADDER PATIENTS: A CASE REPORT Fuady, Dzicky Rifqi; Hakim, Surahman
Mandala Of Health Vol 17 No 2 (2024): Mandala of Health: a Scientific Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.mandala.2024.17.2.12741

Abstract

Latar Belakang: Overactive bladder (OAB) merupakan sindrom yang mengganggu kualitas hidup, khususnya kualitas hidup wanita. Pilihan terapi farmakologis untuk OAB adalah agen antimuskarinik (80%), seperti solifenacin. Agen agonis beta-3 juga merupakan pilihan terapi farmakologis baru untuk OAB, seperti mirabegron. Inkontinensia urin urgensi merupakan gejala OAB yang paling mengganggu, sehingga perlu dilakukan penilaian apakah solifenacin dan mirabegron memberikan perbaikan gejala yang berbeda. Kasus: Seorang wanita berusia 50 tahun dengan diagnosis overactive bladder (OAB) dengan gejala urgensi, frekuensi berkemih 20 kali/hari, nokturia 3 – 4 kali/malam, dan inkontinensia urgensi tanpa tanda-tanda peradangan saluran kemih. Pembahasan: Pencarian literatur dilakukan melalui Google Scholar, Pubmed, Embase, clinicaltrials.gov dan Cochrane library. Ditemukan total 532 artikel dengan hanya dua artikel meta analisis yang dicocokkan dan dinilai. Validitas, kepentingan dan penerapan meta-analisis dianalisis menggunakan tinjauan sistematik alat Oxford CEBM. Meta analisis menunjukkan bahwa solifenacin dan mirabegron tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal jumlah rata-rata episode inkontinensia urgensi. Kesimpulan: Solifenacin dan Mirabegron mempunyai pengaruh yang sama terhadap jumlah episode inkontinensia urgensi pada pasien OAB.
Correlation between platelet indices and preeclampsia with severe features Fuady, Dzicky Rifqi; Yudatmo, Unggul; Ghazali, Muhammad Farid; Rosdiana, Dian; Arjadi, Fitranto
JKKI : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia JKKI, Vol 15, No 1, (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/JKKI.Vol15.Iss1.art6

Abstract

Backgrounds: Pre-eclampsia is a pregnancy-related syndrome with a 2-8% prevalence worldwide. In Indonesia, its incidence was 128,273 (5.3%) cases that caused 30-40% of maternal deaths. In 2021, at Karawang General Public Hospital, there are 43% cases of pre-eclampsia with 3% of complication. The pathophysiology is related to the inflammatory and coagulation system that includes platelets. Thus, platelet indices as indicators for platelet changes could be potential laboratory markers for pre-eclampsia.Objective: To examine the relationship between the platelet indices and pre-eclampsia severe features at the Karawang General Public HospitalMethods: The six months cross-sectional study was conducted at the Karawang General Public Hospital for pre-eclampsia pregnant women with at least 28 weeks of gestational age. The pre-eclampsia criteria were blood pressure higher or equal to 140/90 mmHg and qualitative proteinuria dipstick +1. The subjects were divided into two groups: pre-eclampsia with severe features and without severe features. Severe features criteria were thrombocytopenia, impaired liver function, renal insufficiency, pulmonary edema, new onset headache, and visual disturbances. Pregnant women have their blood platelet indices checked in the form of platelet crit (PCT), mean platelet volume (MPV), platelet distribution width (PDW), and platelet large cell ratio (P-LCR). Data were analyzed with descriptive analysis (percentage), cut-off analysis, ROC curve, AUC analysis, bivariate Chi-square analysis, and multivariate logistic regression analysis.Results: There was a significant difference (p < 0.05) in the value of PCT, MPV, PDW, and P-LCR between pregnant pre-eclampsia women with severe features and pregnant pre-eclampsia women without severe features. P-LCR has the best sensitivity (52.9%) and specificity (98.9%).Conclusions: There was a significant change in the value of the platelet indices (PCT, MPV, PDW, P-LCR) in pregnant pre-eclampsia women with severe features at the Karawang General Public Hospital.