Yakob, Yakob
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Makna Teologis Frasa “Waktunya Sudah Dekat” Dalam Wahyu 22:10 Dan Implikasinya Wesley, Jhon; Yakob, Yakob
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 8, No 2 (2023): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2023
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v8i2.125

Abstract

The phrase “the time is near” is one of the passages that has become familiar among Christians in understanding the second coming of Christ to earth. However, there are many Christians who do not understand the theological meaning of this word precisely. No wonder the coming of Christ becomes meaningless for some believers. Some think it's just a fictional story. However, some people try to interpret the coming of the Lord Jesus with calendar dates. Actually, what is the theological meaning and urgency of the phrase above? This article aims to discuss the meaning of the phrase "the time is near" according to the Book of Revelation 22:10. The method used is qualitative with a literature study approach. The findings show that first, the theological meaning of the phrase "The Time Is Near" states a good opportunity from God to fulfill the second coming of Christ to rule as King, defeat Satan and his army, Judgment Day, and provide deliverance from suffering for His people. Second, it refers to the event of Christ's return to this world which is unexpected (sudden) and happened quickly, and not known by anyone except the Father in Heaven. The implications of the second coming of Christ about the phrase "The time is near" are, First, every believer must have the certainty that Christ's second coming will give His people deliverance from suffering in this world. Second, the second coming of Christ cannot be known by anyone, except for the Father in Heaven. Third, believers must persevere in faith, be faithful in preaching the Gospel, and be ready at all times waiting for Christ to return and reign as King.AbstrakFrasa kata “waktunya sudah dekat” merupakan salah satu bagian yang menjadi familiar di kalangan orang Kristen dalam memahami kedatangan Kristus kedua kali ke bumi. Namun, ada banyak orang Kristen kurang memahami dengan tepat makna teologis dari kata tersebut. Tidak heran kedatangan Kristus menjadi tidak berarti bagi sebagian orang percaya. Ada yang beranggapan itu cerita fiksi belaka. Namun, ada juga orang yang mencoba menafsirkan kedatangan Tuhan Yesus dengan penanggalan kalender. Sebenarnya, apa makna teologis dan urgensi dari frasa tersebut di atas?  Artikel ini bertujuan untuk membahas makna frasa ‘waktunya sudajt dekat” sesuai Kitab Wahyu 22:10. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil temuan menunjukkan bahwa pertama, makna teologis frasa “Waktunya Sudah Dekat” menyatakan kesempatan yang baik dari Allah menggenapi kedatangan Kristus kedua kali memerintah sebagai Raja, mengalahkan Iblis dan pasukannya, Hari Penghakiman, serta memberikan kelepasan dari penderitaan bagi umat-Nya.  Kedua, mengacu kepada peristiwa kedatangan Kristus kembali ke dunia ini yang tidak terduga (tiba-tiba) dan terjadi dengan cepat, serta tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Bapa di Surga. Implikasi kedatangan  Kristus kedua dalam kaitan dengan frasa “Waktunya sudah dekat’ adalah, Pertama, setiap orang percaya harus memiliki kepastian akan kedatangan Kristus kedua kali memberikan umat-Nya kelepasan dari penderitaan di dunia ini. Kedua, kedatangan Kristus kedua kali tidak bisa diketahui siapun, kecuali Bapa di Surga. Ketiga, orang percaya harus bertekun dalam iman, setia mengabarkan Injil dan siap sedia setiap saat menantikan Kristus datang kembali dan memerintah sebagai Raja.
Implementasi Prinsip Penggembalaan Menurut 1 Petrus 5:1-3 pada Kalangan Hamba Tuhan PGPI Kabupaten Melawi Yakob, Yakob; Purwoko, Paulus Sentot; Istinatun, Hestyn Natal
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.250

Abstract

The purpose of writing this article is to determine the level of implementation, principles and backgrounds that dominantly determine the implementation of shepherding principles based on I Peter 5: 1-3 among PGPI pastors in Melawi Regency. This research uses a quantitative method. Data was obtained from online and offline literature sources, as well as from questionnaires in the form of Google Forms distributed to 117 respondents, namely pastors in PGPI totalling 130 people as population. Valid data obtained as many as 97 people. The results showed that First, the level of implementation of the shepherding principle based on I Peter 5:1-3 among the pastors of PGPI Melawi Regency is in the high category. This result is very reasonable because the PGPI servants of God in Melawi Regency have carried out their service duties voluntarily because of the call from God, not because they are forced to; Second, the most dominant principle determining the implementation of the shepherding principle according to 1 Pet. 5:1-3 is the principle of shepherding with self-devotion, this is evidenced by the loyalty of the PGPI Servants of God in Melawi Regency who have persisted in serving in an area for many years because they believe that it is their responsibility in God's calling; Third, the most dominant background that determines the implementation of the shepherding principle according to 1 Pet. 5:1-3 is the age factor, this is because the average age range of PGPI pastors is classified as productive age. AbstrakTujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui tingkat implementasi,  prinsip dan latar belakang yang dominan menentukan implementasi prinsip penggembalaan berdasarkan I Petrus 5:1-3 di kalangan hamba Tuhan PGPI Kabupaten Melawi. Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif. Data diperoleh dari sumber literatur daring dan luring, juga dari kuisioner dalam bentuk Google Formulir yang dibagikan kepada 117 responden, yaitu para hamba Tuhan di PGPI yang berjumlah 130 orang, yang adalah populasi penelitian. Data valid yang dapat dihimpun adalah sebanyak 97 orang. Analisis data dengan Skala Likert, dan pengolahan data melalui SPSS 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  Pertama, tingkat implementasi prinsip penggembalaan berdasarkan I Petrus 5:1-3 di kalangan hamba Tuhan PGPI Kabupaten Melawi ada pada kategori tinggi. Hasil ini sangat masuk akal karena para hamba Tuhan PGPI di Kabupaten Melawi telah menjalankan tugas pelayanan dengan sukarela karena panggilan dari Tuhan, bukan karena terpaksa; Kedua, Prinsip yang paling dominan menentukan implementasi prinsip penggembalaan menurut 1 Pet. 5:1-3 adalah prinsip mengembalakan dengan pengabdian diri, hal ini dibuktikan dengan kesetiaan para Hamba Tuhan PGPI daerah Melawi yang sudah bertahun-tahun tetap bertahan melayani di suatu daerah karena meyakini bahwa itu tanggung jawab dalam panggilan Tuhan; Ketiga, latar belakang yang paling dominan menentukan implementasi prinsip penggembalaan menurut 1 Pet. 5:1-3 adalah faktor usia, hal ini disebabkan rata-rata rentang usia para hamba Tuhan PGPI tergolong usia produktif.
Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Kehidupan Rohani Gen-Z Di GKII Pintu Elok Nanga Pinoh Yakob, Yakob; Yesaya, Yesaya
Jurnal Teologi (JUTEOLOG) Vol. 5 No. 1 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52489/juteolog.v5i1.261

Abstract

Di era digital, perkembangan gadget telah berdampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan umat manusia. Gadget juga memberi dampak negatif pada kehidupan rohani orang percaya, terutama di kalangan jemaat Gen-Z GKII Pintu Elok Nanga Pinoh Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus untuk menggambarkan secara sistematis dan faktual mengenai dampak positif dan negatif gadget terhadap spiritualitas jemaat Gen-Z berdasarkan Kolose 2:6–8". Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget berdampak secara positif untuk kegiatan rohani Gen-Z, serta dampak negatif bagi kehidupan akademis, moral, sosial dan rohani Gen-Z. Peneliti juga menemukan pendeta (Gembala Sidang) dan Badan Pengurus Jemaat (BPJ), guru dan orang tua perlu memiliki pemahaman dan strategi pelayanan rohani yang menyasar kebutuhan serta pergumulan rohani Gen-Z di era digital.