ABSTRAKKerajinan Tedung adalah payung tradisional Bali yang memiliki nilai budaya tinggi, namun para pengrajinnya menghadapi tantangan besar dalam memenuhi tuntutan pasar modern. Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan perilaku inovatif dan keberlanjutan ekonomi pengrajin Tedung di Desa Mengwi, Badung, Bali, yang melibatkan 27 pengrajin. Program ini menggunakan pendekatan tiga tahap: evaluasi awal melalui pre-test untuk mengukur kemampuan inovatif saat ini, pelatihan peningkatan kapasitas, dan evaluasi akhir melalui post-test. Hasil pre-test menunjukkan bahwa pengrajin mengalami keterbatasan dalam variasi desain, proses produksi, dan strategi pemasaran yang menghambat jangkauan pasar. Setelah pelatihan, terdapat peningkatan signifikan dalam perilaku kerja inovatif pengrajin, dengan peningkatan kemampuan untuk menciptakan dan mempromosikan desain baru, metode produksi lebih cepat, dan strategi pemasaran yang lebih efektif, terutama melalui platform digital. Diversifikasi produk meningkat dan memperluas jangkauan pasar secara lokal maupun internasional, yang berkontribusi pada peningkatan prospek ekonomi. Program ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi pengrajin, tetapi juga melestarikan dan mengembangkan kerajinan Tedung sebagai warisan budaya Bali di pasar yang semakin kompetitif. Pendekatan partisipatif ini menjadi model potensial untuk revitalisasi kerajinan tradisional di daerah lain. Kata kunci: inovasi; pekerjaan; perilaku; masyarakat; pelayanan. ABSTRACTTedung, a traditional ceremonial umbrella, holds significant cultural value in Bali, yet its craftsmen face difficulties in adapting to modern market demands. This challenge in innovative work behavior was addressed through a structured community service program designed to foster creativity, problem-solving, and contemporary business practices. The program targeted Tedung craftsmen in Desa Mengwi, Badung, Bali, involving 27 craftsmen as partners. The primary goal was to empower these craftsmen by enhancing their engagement with innovative practices, including new design creation, improved production processes, and effective marketing strategies. The implementation method comprised three phases: an initial assessment (pre-test) to identify gaps in innovation, capacity-building workshops, and a final evaluation (post-test). The pre-test highlighted limitations in product diversification and market reach, which the workshops aimed to address. Post-test evaluations revealed significant improvements, with craftsmen displaying enhanced abilities to innovate, market their products, and expand their market locally and internationally. Product diversification and digital marketing were notably impactful, broadening the craftsmen's economic prospects while preserving the Tedung tradition. This participatory approach empowered the craftsmen, reinforcing the cultural heritage of Bali and serving as a model for revitalizing traditional crafts in other regions. Keywords: innovation; work; behavior; community; service.