Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Anorectal Malformation With Fistel Anjani Berliana Alitu; Berry Erida Hasbi; Fitriya Idrus; Muhammad Fakhri Rumi; Floria Eva
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 02 (2024): Jurnal eduHealt, Edition April - June , 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anorectal malformation (MAR) with fistula is a congenital abnormality in which patients do not have an anus and the formation of a fistula. In men, the types of fistula are rectovesica fistula, rectourethra, and perineal fistula. Meanwhile, in women, the types of fistula are rectovaginal fistula, rectovestibular fistula, cloaca and perineal fistula. The diagnosis is made by the presence of meconium in the urine. On physical examination, a flat perineum was found, there was no anal dimple and there was meconium in the perineum. The treatment is colostomy in cases of high fistula then Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP) and fistulectomy, while in low fistula cases PSARP and fistulectomy are immediately performed.
Tuberkulosis Paru Aktif Dengan Anemia Mikrositik Hipokrom Pada Remaja 16 Tahun : Sebuah Laporan Kasus Andi Muhammad Aqil Anwar; Muhammad Alfian Jafar; Floria Eva
The Indonesian Journal of General Medicine Vol. 13 No. 1 (2025): The Indonesian Journal of General Medicine
Publisher : International Medical Journal Corp. Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70070/fnxaj356

Abstract

Pendahuluan: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang masih menjadi beban kesehatan global, dengan Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi jumlah kasus TB di dunia. Anak dan remaja termasuk kelompok rentan yang sering menunjukkan gejala tidak khas, sehingga diagnosis sering terlambat. TB paru sering disertai anemia, terutama anemia mikrositik hipokrom, yang dapat memperburuk kondisi klinis dan respons terapi. Laporan Kasus: Dilaporkan seorang remaja perempuan usia 16 tahun datang dengan keluhan demam naik turun, batuk, sesak napas, mual, muntah, serta penurunan berat badan 5 kg dalam sebulan. Riwayat kontak erat dengan penderita TB paru ditemukan. Pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis, ronki paru, dan retraksi dinding dada. Pemeriksaan fotothorax menunjukkan hasil TB paru aktif, dengan BTA positif dan darah rutin menunjukkan anemia mikrositik hipokrom (Hb 7,8 g/dL, MCV 65,4 fL). Hasil: Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan TB Paru terkonfirmasi bakteriologis dan anemia mikrositik hipokrom. Pasien diberikan terapi antituberkulosis sesuai pedoman WHO dan IDAI, yaitu HRZE selama 2 bulan diikuti HR selama 4 bulan. Anemia ditangani dengan pemberian transfuse PRC sebanyak 2 x 250 mL. Edukasi dan pemantauan terapi turut diberikan untuk meningkatkan kepatuhan. Kesimpulan: Kasus ini menegaskan pentingnya deteksi dini TB pada remaja, terutama pada pasien dengan riwayat kontak dan gejala sistemik. Penatalaksanaan terpadu terhadap TB dan anemia memberikan hasil klinis yang baik dan mencegah komplikasi jangka panjang.