Soleiman, Yusak
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Memaknai Perkembangan Seni dan Arsitektur Gereja: Kontribusi Pemikiran Murray A. Rae terhadap Arsitektur GBKP Sinuraya, Alosius Des Afriando; Soleiman, Yusak
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 9 No. 2 (2024): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2024.92.1177

Abstract

AbstractThe general development of church architecture shows changes in the architectural function of church buildings over time, which not only includes the physical and aesthetic aspects of the building, but also has an important role in representing community identity and Christian religiosity in church architecture. This research emphasizes the need for a holistic approach in designing church architecture. Church architects are expected to consider not only financial or budget aspects, but  also theology, culture and the surrounding environment in constructing church buildings. This aims to ensure that all aspects of the church’s architectural function can produce a contextual design. Murray A. Rae’s contributions to the theology of church architecture highlight theimportance of deep dialogue between theological identity, local culture, and contemporary context. Rae’s thoughts provide important relevance for the development of church architecture in Indonesia, especially in the context of today’s GBKP architecture. The result of this approach is not only creating aesthetic church architecture, but also an ecletic one that integrates elements of theology, local culture, and contemporary times. AbstrakPerkembangan umum arsitektur gereja menunjukkan adanya perubahan fungsi arsitektur gedung gereja seiring waktu, yang tidak hanya mencakup aspek fisik dan estetika bangunan, tetapi juga memiliki peran penting dalam  merepresentasikan identitas komunitas dan religiositas Kristen dalam arsitektur gereja. Penelitian ini menekankan perlunya pendekatan holistik dalam merancang arsitektur gereja. Para arsitek gereja diharapkan mempertimbangkan tidak hanya aspek dana atau anggaran, tetapi juga teologi, kultur, dan lingkungan sekitar dalam pembangunan gedung gereja. Hal ini bertujuan agar semua aspek fungsi arsitektur gereja dapat menghasilkan desain yang kontekstual. Kontribusi Murray A. Rae dalam teologi arsitektur gereja menyoroti pentingnya dialog mendalam antara identitas teologi, budaya lokal, dan konteks kekinian. Pemikiran Rae memberikan relevansi penting bagi perkembangan arsitektur gereja di Indonesia, terutama dalam konteks arsitektur GBKP. Hasil dari pendekatan ini bukan hanya menciptakan arsitektur gereja yang estetis, tetapi juga ekletik yang mengintegrasikan elemen-elemen teologi, budaya lokal, dan kekinian.
Kriminalisasi Ulama – Pengalaman Kekristenan Soleiman, Yusak; Sembiring, William Wahyu
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 10, No 1 (2025): Oktober 2025 (In Progress)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v10i1.1530

Abstract

Abstract. This article is a historiographic experiment using a phrase that was once popular in Indonesia: criminalization of ulama. In the long history of Christianity, there have been many cases and events that can be considered as issues of criminalization of its ulama. There are at least four aspects that can be found in the thoughts and actions of ulama that can be used by the authorities as reasons to punish: subversive, renegade, provocative, and rebellious. This historical investigation aimed to show the figures, events, and reasons when Christianity placed itself outside the system and had to bear the consequences socially and legally. In the stable situation of Christianity in many places, including in Indonesia, since the mid-20th century to the early 21st century, this religion has slowly forgotten and lost its main calling, which at any time can result in ulama being criminalized.Abstrak. Tulisan ini merupakan sebuah eksperimen historiografi untuk menggunakan ungkapan yang sempat populer di Indonesia: kriminalisasi ulama. Dalam sejarah panjang kekristenan ternyata banyak kasus dan peristiwa yang dapat dipertimbangkan sebagai persoalan kriminalisasi kepada para ulamanya. Setidaknya ada empat aspek yang dapat ditemukan dalam pikiran dan tindakan para ulama yang oleh pihak penguasa dapat dijadikan alasan untuk menghukum: subversif, pembelot, provokasi, dan pemberontakan. Penelusuran historis ini bertujuan untuk memperlihatkan tokoh, peristiwa, dan alasan ketika kekristenan menempatkan dirinya di luar sistem dan harus menanggung akibatnya secara sosial dan hukum. Dalam situasi mapan kekristenan di banyak tempat, termasuk di Indonesia, sejak pertengahan abad XX hingga awal abad XXI agama ini perlahan dapat lupa dan kehilangan panggilan utamanya, yang sewaktu-waktu dapat menghasilkan ulama terkriminalisasi.