Demam tifoid paling sering terjadi pada anak usia 5-11 tahun karena beresiko tinggi mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhi. Studi farmakoekonomi diperlukan untuk menganalisis pemilihan kombinasi antibiotik yang bervariasi dengan mempertimbangkan biaya dan efektivitas. Tujuan pada penelitian ini yaitu mengetahui pola penggunaan antibiotik oleh pasien demam tifoid anak yang dirawat di RSUD Budhi Asih, mengetahui biaya medis langsung pasien anak demam tifoid yang dirawat di RSUD Budhi Asih, dan mengetahui hubungan antara biaya medis langsung dengan lama rawat inap. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari–Maret 2024. Penelitian ini menggunakan metode retrospektif dimana pengambilan sampel ini menggunakan dua variable yaitu variable bebas terdiri dari biaya medis langsung dan variabel terikat adalah lama rawat inap. Nilai efektivitas pada penelitian ini diukur dari lamanya rawat inap pasien. Hasil menunjukkan yaitu perhitungan ACER terhadap biaya rata-rata medis langsung antibiotik seftriakson yaitu Rp. 2.153.007 sedangkan ACER antibiotik sefotaksim Rp. 2.589.709 sehingga terapi antibiotik pada pasien demam tifoid anak dengan antibiotik seftriakson lebih hemat biaya dibandingkan sefotaksim. Terdapat hubungan antara biaya medis langsung dengan lama rawat inap karena nilai p value yang dihasilkan adalah 0,004 (H1 = diterima). Antibiotik seftriakson yang lebih cost-effective disebabkan karena lebih tingginya presentase efektivitas dan lebih singkatnya lama rawat inap, karena semakin lama masa perawatan akan meningkatkan biaya medis langsung maupun tidak langsung.