A B S T R A K Penelitian ini menganalisis hierarki pengaruh media sosial X dalam pemberitaan genosida di Gaza berdasarkan persepsi Generasi Z sebagai pengguna aktif. Dengan menggunakan teori hierarki pengaruh media, penelitian ini mengeksplorasi lima level pengaruh: individu, rutinitas media, organisasi, ekstra media, dan ideologi. Hasil menunjukkan bahwa preferensi individu, seperti jurnalis atau pengguna media, membentuk framing berita yang memengaruhi persepsi publik. Algoritma media X memainkan peran signifikan dalam distribusi informasi, memperkuat konten yang sering diinteraksikan. Pada level organisasi, ditemukan kebijakan internal yang membatasi konten sensitif, seperti penggunaan kata "genosida," yang mengurangi akses informasi. Tekanan eksternal dari pemerintah, korporasi, dan influencer juga membentuk bias pemberitaan, terutama dalam isu yang melibatkan konflik global. Selain itu, ideologi mayoritas pengguna menentukan narasi dominan yang berkembang di platform. Penelitian ini mengidentifikasi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara akses informasi yang luas dan pengelolaan konten sensitif. Rekomendasi mencakup peningkatan transparansi kebijakan, edukasi pengguna tentang validasi informasi, dan pengembangan algoritma yang lebih netral untuk mengurangi bias. Dengan demikian, Media X dapat menjadi platform advokasi yang inklusif dan berkeadilan dalam isu-isu kemanusiaan global. A B S T R A C T This study analyzes the media influence hierarchy of the social media platform X in reporting the genocide in Gaza, based on the perceptions of Generation Z as active users. Using the media influence hierarchy theory, this research explores five levels of influence: individual, media routines, organizational, extra-media, and ideological. The results show that individual preferences, such as those of journalists or users, shape the framing of news and influence public perception. X’s algorithms play a significant role in distributing information, amplifying content frequently interacted with. At the organizational level, internal policies restrict sensitive content, such as the use of the term "genocide," reducing access to information. External pressures from governments, corporations, and influencers also shape reporting bias, especially on issues involving global conflicts. Furthermore, the majority ideology among users determines the dominant narratives on the platform. This study identifies challenges in balancing broad information access and the management of sensitive content. Recommendations include enhancing policy transparency, educating users about information validation, and developing more neutral algorithms to reduce bias. Thus, X can serve as an inclusive and equitable advocacy platform for global humanitarian issues.