Perkembangan teknologi digital yang pesat telah mendorong transformasi layanan publik di Indonesia, namun juga membawa risiko signifikan berupa ancaman siber. Salah satu ancaman utama adalah Advanced Persistent Threat (APT), kelompok penyerang siber yang terorganisir dengan tujuan mencuri data penting, melakukan spionase, dan sabotase terhadap infrastruktur pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi pustaka untuk menganalisis peran APT dalam konteks perang siber asimetris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan APT bersifat canggih, sulit dideteksi, dan sering kali didukung oleh entitas negara untuk kepentingan strategis atau politis. Dampak serangan ini meliputi gangguan layanan publik, kerugian finansial, dan penurunan kepercayaan masyarakat. Untuk menghadapi ancaman ini, diperlukan penguatan kebijakan keamanan siber, peningkatan kesadaran publik, dan kolaborasi internasional. Penelitian ini menyoroti pentingnya pendekatan holistik untuk melindungi stabilitas nasional di era digital.