Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Telaah terhadap Status dan Kedudukan Perempuan dalam Islam Perspektif Mubadalah Na'im, Arroyan; Bagus Kusumo Hadi; Hairil Adi Saputra; Sri Jati Ratna Sari; Dino Gautman Raharjo
Syakhsiyah Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol 4 No 2 (2024): Syakhsiyah: Jurnal Hukum Keluarga
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/6vyp7a09

Abstract

The testimony of women is the focus, with scholars holding diverse views regarding the eligibility of women as witnesses. In some contexts, such as muamalah, women are allowed to testify, while in fiqh jinayah, their testimony is strictly prohibited. It is essential to interpret Quranic verses using a broader and more comprehensive approach, connecting them to the conditions of women during the time of the Quran’s revelation. QS Al-Baqarah (2): 282 should be seen as progress, as it acknowledges the role of women as witnesses, a recognition that was previously absent during the Jahiliyyah period. This verse affirms the status of women as autonomous legal subjects, reflecting humanitarian values. The interpretation of this verse should be contextual, not merely literal, and adapted to the changing times based on the mubadalah perspective. This study employs a qualitative descriptive method and literature review techniques to collect primary and secondary data. The aim is to answer the posed questions and explain the status of women from a mubadalah perspective. QS Al-Baqarah (2): 282 is viewed as progress because it acknowledges women as witnesses, even though at that time, they were largely confined to the domestic sphere. The interpretation of this verse must be analyzed historically and contextually, considering social changes that have opened access for women to various public domains. Individual competence and understanding, rather than gender, should be the basis for evaluating testimony, as recognized by classical and contemporary scholars. Thus, the equal value of women's testimony with that of men aligns with the principles of justice and humanity in Islam
Nusyuz dalam Perspektif Hadis: Analisis Hukum, Hikmah, dan Relevansinya di Era Modern Nida Rafiqa Izzati; Bagus Kusumo Hadi; Adam Dewantara Putra; Sri Jati Ratna Sari
Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis Vol. 1 No. 2 (2024): Al-Hasyimi - Jurnal Ilmu Hadis
Publisher : STAI Nurul Qadim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63398/jih.v1i2.20

Abstract

Artikel ini membahas konsep nusyuz dalam perspektif hadis, dengan tujuan untuk memahami kedudukan, hukum, serta hikmah di balik pelarangan nusyuz dalam hubungan suami istri, serta menyoroti relevansinya di era modern. Nusyuz, yang dapat dilakukan oleh baik suami maupun istri, merujuk pada sikap kedurhakaan atau pembangkangan terhadap pasangan, seperti mengabaikan hak-hak atau tidak melaksanakan kewajiban masing-masing. Melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka, artikel ini menganalisis berbagai hadis terkait nusyuz menggunakan pendekatan tahlil lafdzi, ma’nal ijmali, sabaabul wuruud, dan fiqhul hadits. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami memiliki hak untuk menertibkan istri yang nusyuz, dan istri wajib mentaati suaminya selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sebaliknya, istri juga dapat menempuh upaya tertentu jika suaminya melakukan nusyuz. Apabila perselisihan sudah sangat parah, dianjurkan untuk melibatkan pihak ketiga sebagai penengah demi menjaga keharmonisan rumah tangga. Temuan ini memperlihatkan betapa seriusnya perhatian Islam terhadap hubungan suami-istri dan pentingnya menjaga keutuhan keluarga berdasarkan ajaran syariat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam memahami konsep nusyuz dari perspektif hukum Islam serta memberikan panduan praktis bagi pasangan suami istri dalam mengatasi konflik dalam kehidupan berumah tangga