Fenomena Fear of Missing Out (FoMO) di kalangan remaja telah menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kebiasaan atau imitasi dari aktivitas yang di anggap benar, terutama di kalangan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Fenomena ini sering kali berdampak negatif pada kesehatan mental, salah satunya dengan meningkatnya perilaku self-injury (melukai diri sendiri). Data diperoleh melalui pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dan diperkuat oleh metode studi literatur dengan membandingkan beberapa jurnal, skripsi, dan artikel yang berkaitan dengan fenomena yang dikaji, dengan kualifikasi remaja SMP berusia 12-15 tahun. Wawancara dilakukan secara online terhadap tiga remaja yang mengetahui perilaku self-injury dan memiliki riwayat self-injury dalam enam bulan terakhir guna memperkuat hasil studi literatur. Hasil menunjukan bahwa perilaku self-injury dipicu oleh pengaruh imitasi aktivitas teman sebaya, media sosial dan ketidakmampuan mengelola emosi negatif. Bentuk self-injury yang ditemukan oleh peneliti meliputi menyayat pergelangan tangan dengan cutter (barcode) atau jarum, memukul tembok dan lantai, dan mengelupas kulit bibir. Penelitian ini menekankan bahwa pentingnya intervensi yang fokus pada pengembangan keterampilan mengatur emosi, dukungan sosial yang positif, serta edukasi mengenai resiko dari aktivitas self-injury. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyadarkan pihak-pihak terkait seperti orang tua, guru, dan masyarakat luas untuk berperan penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi remaja sehingga dapat memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan mental remaja dan memberikan dukungan agar remaja dapat lebih bijak untuk mengelola emosional ke arah yang lebih positif.