Artikel ini bertujuan membahas eksistensi Mori Kraeng dalam perspektif filsafat Karl Jaspers. Dalam tradisi dan kepercayaan masyarakat Manggarai, Mori Kraeng dianggap sebagai entitas transenden, wujud tertinggi dan pengatur kehidupan. Tujuan dari penulisan artikel ini ialah menjelaskan eksistensi Mori Kraeng dengan mengacu pada pemikiran Jasppers tentang Transendensi. Untuk mencapai tujuan ini, penelitian kualitatif dengan metode studi kepustakaan digunakan untuk menelusuri buku-buku dan artikel-artikel jurnal sebagai sumber primer dan sumber sekunder. Hasil yang ditemukan dalam penulisan artikel ini ialah pemikiran Jaspers tentang Transendensi, yang menyatakan bahwa pengalaman Transendensi terjadi dalam situasi batas dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh akal, sejalan dengan cara masyarakat Manggarai berhubungan dengan Mori Kraeng. Dalam pandangan ini, kepercayaan terhadap Mori Kraeng bukan hanya menyentuh aspek budaya, melainkan juga berkenaan dengan sebuah pencarian eksistensial yang memberi makna dan arah hidup, terutama dalam menghadapi keterbatasan hidup, seperti penderitaan dan kematian. Simbolisme adat, seperti ritual syukur dan persembahan, menjadi jembatan untuk menghubungkan manusia dengan Mori Kraeng, yang merupakan realitas yang melampaui dunia imanen.