Masa transisi dari pendidikan menengah ke perguruan tinggi merupakan fase krusial yang sering kali memicu tekanan psikologis, terutama bagi mahasiswa baru kedokteran. Proses ini menuntut kemampuan adaptasi yang tinggi untuk menghadapi perubahan signifikan dalam aspek akademik dan sosial. Penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan diri melalui media sosial, khususnya Instagram, dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi mahasiswa dalam mengatasi tantangan tersebut. Namun, hingga kini, data mengenai gambaran keterbukaan diri pada mahasiswa baru kedokteran pengguna Instagram masih belum tersedia. Untuk mendapatkan gambaran tingkat keterbukaan diri melalui Instagram pada mahasiswa baru di kedokteran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling method. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Revised Self-Disclosure Scale (RSDS) yang telah diadaptasi oleh Wahyuni. Penelitian ini memperlihatkan gambaran tingkat keterbukaan diri yang rendah melalui media sosial Instagram pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2024. Sebanyak 191 mahasiswa (80,9%) memiliki tingkat keterbukaan diri yang rendah, sedangkan 45 mahasiswa lainnya (19,1%) memiliki tingkat keterbukaan diri yang tinggi. Keterbukaan diri mahasiswa baru kedokteran melalui Instagram mendominasi pada kategori rendah, terutama pada aspek kedalaman, sementara aspek ketepatan atau kejujuran menunjukkan tingkat keterbukaan yang lebih tinggi. Hal ini mencerminkan upaya mahasiswa menjaga integritas sebagai calon dokter dengan menghindari membagikan informasi personal atau sensitif. Faktor lingkungan sosial berpengaruh signifikan terhadap tingkat keterbukaan diri, sedangkan usia dan jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang berarti.