Fenomena quiet quitting telah menjadi perhatian serius dalam manajemen sumber daya manusia di Perusahaan Otomotif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan karyawan bekerja sekadarnya tanpa inisiatif lebih. Metodologi yang digunakan melibatkan survei kuesioner dan wawancara mendalam dengan karyawan dari berbagai departemen untuk mengumpulkan data kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaknyamanan kerja yang dipicu oleh beban kerja berlebih, adaptasi teknologi yang menantang, dan komunikasi internal yang kurang efektif memainkan peran signifikan dalam memicu quiet quitting. Selain itu, kurangnya peluang pengembangan karier dan minimnya pelatihan yang disediakan perusahaan meningkatkan perasaan stagnan di kalangan karyawan. Kesimpulan penelitian menegaskan bahwa untuk mengurangi quiet quitting, perusahaan perlu meningkatkan komunikasi internal, menyediakan program pengembangan karier yang jelas dan transparan, serta meningkatkan penghargaan terhadap kontribusi karyawan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Perusahaan Otomotif dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung dan memotivasi, sehingga mendorong produktivitas serta kepuasan kerja yang lebih tinggi.