Meydita Dwi Putri
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Menumbuhkan Semangat Spiritual dengan Shalat dan Dzikir Anton, Anton; Dinda Husnainah Sobirin; Farah Hanifah; Meydita Dwi Putri; Nurlia
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 1 No. 1 (2024): FEBRUARI - MARET 2024
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Shalat dan zikir merupakan praktik yang mendalam dalam Islam, yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan individu dengan Allah SWT. Dengan menjalankan salat secara rutin, individu dapat memperkuat ikatan spiritualnya dengan Sang Pencipta, sementara zikir menjadi sarana untuk mengingat dan memuliakan nama-Nya. Pentingnya kesadaran spiritual ini juga tercermin dalam manfaat-manfaatnya, seperti peningkatan iman, kedamaian batin, disiplin diri, dan pembentukan akhlak yang mulia. Melalui pemahaman yang benar dan konsistensi dalam praktiknya, individu dapat mencapai kedamaian dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.
Khitbah sebagai Wujud Komitmen Awal dalam Ikatan Pernikahan Islami Anton, Anton; Meydita Dwi Putri; Elih Herliana; Hani Siti Nuraeni; Zainal Fasya
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 1 No. 6 (2024): Desember 2024 - Januari 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Khitbah, atau peminangan, merupakan langkah penting dalam proses pernikahan Islami yang memiliki dasar hukum dan etika yang diatur dalam Al-Qur’an, hadis, dan pandangan ulama. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam konsep khitbah, termasuk definisi, syarat-syarat, serta batasan melihat aurat. Dengan menggunakan pendekatan Systematic Literature Review (SLR), penelitian ini menganalisis 20 artikel terkait untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai khitbah sebagai wujud komitmen awal dalam pernikahan. Hasil kajian menunjukkan bahwa khitbah bukan sekadar tradisi, tetapi sebuah mekanisme syariat untuk memulai hubungan rumah tangga yang harmonis. Para ulama menetapkan berbagai syarat yang harus dipenuhi, seperti memastikan wanita yang dipinang tidak dalam masa iddah dan bukan mahram bagi pria yang meminangnya. Dalam konteks melihat aurat, terdapat perbedaan pandangan di antara ulama. Beberapa memperbolehkan melihat seluruh tubuh wanita dalam batas tertentu, sedangkan mayoritas membatasi pada wajah dan telapak tangan sebagai representasi kecantikan dan kesehatan. Namun, praktik khitbah di masyarakat sering kali dipengaruhi oleh adat setempat, yang tidak selalu sejalan dengan syariat Islam. Penyimpangan ini mencakup kurangnya pemahaman terhadap batasan syar'i dan penggunaan budaya lokal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang khitbah agar proses ini dapat dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai Islam.