Penelitian ini bertujuan untuk menelaah penggunaan makna majazi atau makna kiasan dalam matan (teks) hadis melalui pendekatan linguistik, dengan fokus pada bagaimana ungkapan non-literal membentuk pemahaman keagamaan. Bahasa figuratif memiliki peran penting dalam kajian linguistik karena tidak hanya memperkaya makna teks, tetapi juga memberikan kedalaman dalam penafsiran, khususnya pada teks-teks keagamaan seperti hadis yang merupakan salah satu sumber utama ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Dalam banyak kasus, pemahaman hadis secara harfiah dapat menyebabkan tafsir yang tidak utuh, bahkan keliru, apabila elemen-elemen kebahasaan yang bersifat kiasan seperti metafora, alegori, atau ungkapan idiomatik tidak diperhatikan. Dengan menganalisis beberapa hadis yang mengandung unsur majazi, penelitian ini berupaya mengungkap keterkaitan antara struktur bahasa, konteks makna, dan perangkat retoris yang digunakan dalam sabda Nabi Muhammad SAW. Metode yang digunakan bersifat deskriptif-kualitatif dengan pendekatan semantik dan stilistika sebagai alat analisis utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan bahasa majazi dalam hadis bukan sekadar hiasan bahasa, melainkan berfungsi memperkuat daya ungkap dan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian ini menekankan pentingnya sensitivitas kontekstual dan kebahasaan dalam memahami hadis, guna menghasilkan pemahaman yang lebih menyeluruh terhadap ajaran Islam.