Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada materi pemanasan global, yang disebabkan oleh dominasi metode pembelajaran konvensional yang kurang melibatkan siswa secara aktif. Oleh karena itu, dengan menggunakan metodologi pembelajaran Discovery Learning, penelitian ini berupaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam konten yang terkait dengan pemanasan global. Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan 2 siklus dengan model dari Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi di setiap siklus. Fokus sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1 di SMAN 1 Pademawu sebanyak 19 orang yang diambil menggunakan Teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan secara langsung atau sengaja. Instrumen penelitian ini meliputi tes awal dan tes akhir untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah, selain observasi aktivitas guru dan siswa. Teknik analisis data menggunakan perhitungan persentase keterlaksanaan kegiatan serta analisis nilai N-gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Berdasarkan hasil penelitian, siswa mencapai 73% dan guru melaksanakan kegiatan pada tingkat 59% pada siklus I. Di sisi lain, keterampilan pemecahan masalah siswa menurun, dengan nilai N-Gain -0,5, termasuk dalam rentang rendah. Namun, dengan penerapan aktivitas guru sebesar 82% dan aktivitas siswa sebesar 95% pada siklus II, terjadi peningkatan yang signifikan. Sementara itu, keterampilan pemecahan masalah siswa pada siklus II juga meningkat, sebagaimana dibuktikan oleh nilai N-Gain yang moderat sebesar 0,6. Hasilnya, keterampilan pemecahan masalah siswa dalam konten pemanasan global telah meningkat berkat metodologi pembelajaran Discovery Learning. Model Discovery Learning juga dinilai baik dan efektif setelah diperoleh hasil persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 74%, dari total siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa dari total siswa sebanyak 19, maka penerapan model Discovery Learning tidak membutuhkan perbaikan. Oleh karena itu, disarankan agar penelitian lanjutan dilakukan pada jenjang atau materi yang berbeda, serta dengan jumlah siklus yang lebih banyak untuk mendapatkan Gambaran yang komprehensif. Kesimpulan ini mendorong para guru untuk mengadopsi model ini sebagai strategi pembelajaran alternatif.