Latar belakang: Sampah plastik merupakan salah satu isu global dan masalah utama dunia saat ini. Ketika di lingkungan, sampah ini akan terpecah menjadi beberapa bagian kecil yang akan kita kenal dengan sebutan mikroplastik. Salah satu komoditas unggulan budidaya di Indonesia adalah rumput laut. Rumput laut sendiri menjadi komoditas budidaya utama di Nusa Tenggara Timur terkhususnya kabupaten kupang. Beberapa penelitian tentang pencemaran mikroplastik pada rumput laut telah dilakukan di beberapa daerah namun di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terkhususnya Kabupaten Kupang belum dilakukan.Metode: Lokasi atau stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan pada karakteristik masing-masing lokasi atau stasiun yang berbeda. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 titik yang merupakan desa yang melakukan budidaya rumput laut. Selanjutnya, sampel diekstraksi menggunakan 3 tahapan yakni Washed, Stirrer dan NaOH. Hasil ekstraksi kemudian diidentifikasi karakteristik (bentuk dan warna) dengan menggunakan mikroskop. Analisis data menggunakan Uji One Way ANOVA untuk membandingkan kelimpahan total pada setiap lokasi pengamatan dan membandingkan kelimpahan antar setiap bentuk.Hasil: Bentuk fiber menduduki urutan pertama dengan total partikel terbanyak yakni 51,19% MP, disusul fragmen dengan 30,56% dan film dengan 18,25%. Untuk warna yang mendominasi adalah transparan dengan 34,48%, disusul biru dengan 32,57%, kemudian hitam 9,58% dan kuning dengan 5,75%. Tidak adanya perbedaan yang signifikan untuk kelimpahan MP antara setiap lokasi pengamatan. Diduga adanya pengaruh pergerakan arus pada setiap lokasi sehingga kelimpahan masing-masing lokasi cenderung sama. Perbedaan signifikan terjadi pada setiap bentuk yang diamati. Hal tersebut diduga dipengaruhi oleh perbedaan masa jenis dari setiap bentuk MP yang mempengaruhi kelimpahannya pada rumput laut.