Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Edukasi Kesehatan Terkait Pencegahan dan Penangangan Hiperurisemia di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Nugraha Putra, Oki
TRI DHARMA MANDIRI: Diseminasi dan Hilirisasi Riset kepada Masyarakat (Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat) Vol 4, No 2 (2024)
Publisher : JTRIDHARMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtridharma.2024.004.02.102

Abstract

Hiperurisemia merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat di dalam darah. Hiperurisemia berkaitan erat dengan insiden gout artritis yang dapat mengganggu aktivitas fisik pasien. Hiperurisemia dapat dicegah dengan gaya hidup yang sehat. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ialah memberikan edukasi kesehatan terkait pencegahan dan penanganan hiperurisemia. Metode pelaksanaan kegiatan adalah dalam bentuk penyuluhan kepada sejumlah warga di balai RW Kelurahan Keputih Kota Surabaya pada tanggal 27 Juli 2024. Penyuluhan dilakukan dalam bentuk presentasi atau ceramah disertai dengan pemberian leaflet yang dilanjutkan diskusi dan tanya jawab dari para peserta penyuluhan. Peserta diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan untuk mengukur tingkat pengetahuan terkait pencegahan dan penanganan hiperurisemia. Materi yang diberikan pada penyuluhan ini ialah nilai normal kadar asam urat pada laki-laki dan perempuan, faktor risiko hiperurisemia, gejala hiperurisemia, upaya untuk mencegah hiperurisemia, dan cara untuk mengatasi apabila terjadi hiperurisemia. Penyuluhan ini dihadiri oleh 55 peserta, akan tetapi hanya 32 peserta yang melakukan pengisian kuesioner dengan lengkap. Rerata skor pengetahuan peserta meningkat secara signifikan dari 11,31±1,59 sebelum penyuluhan menjadi 12,09±0,85 setelah penyuluhan (p = 0,018). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan menggunakan presentasi disertai pemberian leaflet mampu meningkatkan pengetahuan peserta. Kegiatan penyuluhan lanjutan yang dilakukan secara rutin diperlukan untuk mengedukasi masyarakat terkait pencegahan dan penanganan hiperurisemia.
THE ROLE PHARMACIST OF IN IDENTIFYING AND REDUCING THE INCIDENCE OF DRUG-RELATED PROBLEMS IN HOSPITALIZED PATIENTS USING STRESS ULCER PROPHYLAXIS nugraha putra, oki
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol. 49 No. 2 (2024)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Intervensi apoteker dalam managemen tim multidisiplin dapat mencegah maupun menurunkan masalah terkait obat atau drug-related problems (DRPs) yang berdampak terhadap perbaikan luaran klinis dan kualitas hidup pasien. Terapi stress ulcer prophylaxis (SUP) seringkali diberikan pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit dan ditemukan adanya DRPs dari penggunanan obat tersebut. Review ini bertujuan untuk mengkaji intervensi apoteker dalam menurunkan drug-related problems (DRPs) pada pasien rawat inap yang mendapatkan terapi stress ulcer prophylaxis (SUP). Review ini merupakan narrative review dengan menggunakan artikel dari database Pubmed maupun Google Scholar yang mengulas intervensi apoteker dalam mencegah maupun menurunkan DRPs, yakni biaya pengobatan, pemilihan terapi, hingga efek samping dari penggunaan terapi SUP pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Delapan artikel yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan ke dalam kajian ini. Mayoritas studi melaporkan bahwa intervensi apoteker melalui pencocokan penggunaan SUP dengan pedoman dari American Society of Health-System Pharmacists (ASHP) mampu untuk menurunkan biaya pengobatan, menurunkan penggunaan SUP yang tidak diperlukan terutama pada pasien yang tanpa faktor risiko, dan menurnkan terjadiya efek samping terkait Clostridium difficile associated diarrhea (CDAD) akibat penggunaan obat golongan proton pump inhibitors. Intervensi apoteker berhubungan dengan penurunan penggunan terapi SUP yang tidak sesuai, penurunan biaya pengobatan, dan penurunan insiden efek samping obat pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi intervensi apoteker yang paling cost-effective. Kata Kunci: DRP; Stress Ulcer Prophylaxis; Apoteker; Rawat Inap
Edukasi Kesehatan Terkait Pencegahan dan Penanganan Hiperurisemia di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Nugraha Putra, Oki
TRI DHARMA MANDIRI: Dissemination and Downstreaming of Research to the Community (Journal of Community Engagement) Vol 4 No 2 (2024)
Publisher : SMONAGENES Research Center, Univeritas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtridharma.2024.004.02.102

Abstract

Hiperurisemia merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat di dalam darah. Hiperurisemia berkaitan erat dengan insiden gout artritis yang dapat mengganggu aktivitas fisik pasien. Hiperurisemia dapat dicegah dengan gaya hidup yang sehat. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ialah memberikan edukasi kesehatan terkait pencegahan dan penanganan hiperurisemia. Metode pelaksanaan kegiatan adalah dalam bentuk penyuluhan kepada sejumlah warga di balai RW Kelurahan Keputih Kota Surabaya pada tanggal 27 Juli 2024. Penyuluhan dilakukan dalam bentuk presentasi atau ceramah disertai dengan pemberian leaflet yang dilanjutkan diskusi dan tanya jawab dari para peserta penyuluhan. Peserta diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan untuk mengukur tingkat pengetahuan terkait pencegahan dan penanganan hiperurisemia. Materi yang diberikan pada penyuluhan ini ialah nilai normal kadar asam urat pada laki-laki dan perempuan, faktor risiko hiperurisemia, gejala hiperurisemia, upaya untuk mencegah hiperurisemia, dan cara untuk mengatasi apabila terjadi hiperurisemia. Penyuluhan ini dihadiri oleh 55 peserta, akan tetapi hanya 32 peserta yang melakukan pengisian kuesioner dengan lengkap. Rerata skor pengetahuan peserta meningkat secara signifikan dari 11,31±1,59 sebelum penyuluhan menjadi 12,09±0,85 setelah penyuluhan (p = 0,018). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan menggunakan presentasi disertai pemberian leaflet mampu meningkatkan pengetahuan peserta. Kegiatan penyuluhan lanjutan yang dilakukan secara rutin diperlukan untuk mengedukasi masyarakat terkait pencegahan dan penanganan hiperurisemia.
Pengaruh Obat Antituberkulosis Terhadap Perubahan Parameter Farmakokinetik Dan Farmakodinamik Obat Oral Antidiabetes Nugraha Putra, Oki
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 9 No 1 (2022): Jurnal Farmasi Galenika Vol 9 No 1
Publisher : Universitas Bhakti Kencana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70410/jfg.v9i1.210

Abstract

Rifampisin merupakan salah satu terapi utama untuk pengobatan tuberkulosis. Pasien TB dengan diabetes melitus memiliki angka kesembuhan yang rendah dan angka kegagalan terapi yang tinggi, salah satunya disebabkan oleh adanya interaksi antara obat antituberkulosis dengan obat oral antidiabetes. Rifampisin yang merupakan suatu drug inducer diduga kuat berinteraksi secara signifikan dengan obat oral antidiabetes khususnya golongan sulfonilurea. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji efek rifampisin terhadap perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik obat antidiabetes, khususnya golongan sulfonilurea dan biguanid. Penelitian ini berjenis review article dengan desain narrative review menggunakan artikel yang terpublikasi terkait interaksi rifampisin dengan obat oral antidiabetes. Rifampisin yang merupakan suatu drug inducer enzim sitokrom P-450 diduga kuat dapat mengubah parameter farmakokinetik dengan menurunkan konsentrasi obat dan mempercepat eliminasi obat antidiabetik oral yang berdampak pada tingkat kontrol gula darah yang buruk yang dapat mengarah pada kegagalan terapi TB. Metformin, yang diduga kuat memiliki manfaat positif pada tatalaksana TB-DM direkomendasikan pada sejumlah penelitian selain memiliki interaksi yang lebih sedikit dengan rifampisin Rifampisin secara signifikan mempengaruhi perubahan parameter farmakokinetik yang dapat mengganggu hasil terapi pada pasien TB-DM yang menggunakan golongan sulfonilurea. Penyesuaian dosis secara individual diperlukan pada pasien TB-DM yang mendapatkan terapi rifampisin dengan glibenklamid dan glipizid serta glimepirid Kata Kunci: Tuberkulosis, Diabetes, Interaksi, Rifampisin, Sulfonilurea
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Covid-19 Rawat Inap Dengan Pneumonia Menggunakan Metode Atc/Ddd Nugraha Putra, Oki; Purwaningtyas, Mida; Sofia, Sofia; Ramadhani, Sylvia Rizki
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 10 No 1 (2023): Jurnal Farmasi Galenika Vol 10 No 1
Publisher : Universitas Bhakti Kencana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70410/jfg.v10i1.281

Abstract

Pneumonia merupakan salah satu infeksi sekunder yang sering ditemukan pada pasien COVID-19 dan memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Penggunaan antibiotik yang tepat pada pasien COVID-19 dengan pneumonia akan mempercepat proses kesembuhan dan menurunkan mortalitas. Penggunaan antibiotik yang berlebihan akan berisiko menimbulkan resistensi antibiotik, oleh karena itu diperlukan suatu evaluasi tingkat penggunaan antibiotik demi terwujudnya penggunaan antibiotik yang rasional. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik untuk pasien COVID-19 dengan pneumonia yang dirawat di unit perawatan non-ICU rumah sakit H.S Samsoeri Mertojoso, secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD. Penelitian ini merupakan penelitian observasional retrospektif menggunakan data rekam medik pasien COVID-19 pneumonia yang dirawat pada bulan Januari hingga Maret 2021. Data diambil pada bulan Desember 2021 hingga Maret 2022. Data antibiotik ditampilkan sebagai DDD/100 patient-days dan diklasifikasikan yang masuk dalam Drug Utilization 90% (DU 90%). Diperoleh 71 pasien COVID-19 dengan pneumonia yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan metode ATC/DDD didapatkan tiga antibiotik dengan tingkat penggunaan terbanyak yaitu levofloksasin, moksifloksasin, dan azitromisin sebesar 66,42; 15,73; dan 13,55 DDD/100 patient-days, secara berturut-turut. Antibiotik dengan tingkat penggunaan yang paling sedikit yaitu seftazidim sebesar 0,18 DDD/100 patient-days. Antibiotik yang masuk dalam klasifikasi DU 90% yaitu levofloksasin, moksifloksasin, dan azitromisin. Tingkat penggunaan antibiotik terbanyak dalam tatalaksana pasien COVID-19 dengan pneumonia ialah levofloksasin, moksifloksasin, dan azitromisin. Diperlukan evaluasi secara berkala penggunaan antibiotik yang disesuaikan dengan peta kuman, profil resistensi, dan luaran klinis pasien untuk terwujudnya penggunaan antibiotik yang rasional. Kata Kunci: COVID-19, Pneumonia, Antibiotik, ATC/DDD, non-ICU
Factors Associated with Unsuccessful Treatment of Bedaquiline and or Delamanid Based Regimens in Multidrug-Resistant Tuberculosis: A Review Nugraha Putra, Oki; Faizah, Ana Khusnul; Wijayanti D.N, Nani
Journal of Pharmaceutical and Sciences JPS Volume 6 Nomor 3 (2023)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.140

Abstract

Background: Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) is a serious health concern that is difficult to treat, requiring long and complex treatment with highly effective drugs. An all-oral regimen, bedaquiline and or delamanid have already shown low unsuccessful treatment in patients with MDR-TB. Method: We comprehensively reviewed factors associated with unsuccessful treatment (death, treatment failure, and loss to follow-up) related to all oral regimen containing bedaquiline and or delamanid in patients with MDR-TB. We conducted a scoping review under the PRISMA guideline for scoping review. Results: We included seven observational studies that met the inclusion criteria. Four studies reported the concomitant use of bedaquiline and delamanid. Unsuccessful treatment ranged from 7.8% to 36.6% in regimens containing bedaquiline, delamanid, or both at six months or after treatment completion. Low rates of treatment failure and loss to follow-up were reported in the included studies. Elderly, being underweight (BMI < 18.5 kg/m2), and hepatitis C coinfection among MDR-TB patients were associated with unsuccessful treatment in most studies. None studies reported pre-XDR and XDR-TB as risk factors for unsuccessful treatment. Conclusion: In MDR-TB patients receiving regimens containing bedaquiline and delamanid, age, BMI, and hepatitis C coinfection were associated with unsuccessful treatment.