Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Dampak Desain Lingkungan Terhadap Ketahanan Kesehatan Kota (Urban Health Resilience) Kasus : Kelurahan Mojo, Surabaya Dewi, Aurelia; Roychansyah, Muhammad Sani; Hadianti, Atrida
RUAS Vol. 22 No. 1 (2024)
Publisher : Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ruas.2024.022.01.10

Abstract

The COVID-19 pandemic has highlighted the importance of urban design planning in aggravating or reducing urban health inequalities. Health resilience must be a priority to control the impact of a health crisis. The study examines the factors that impact urban health resilience, utilizing seven indicators of the urban design element, to determine the level of urban health resilience in densely populated settlements. The study uses empirical data collection, physical analysis, and statistical calculations to determine the relationship between the urban design element and health. The findings show a strong link between urban design and urban health resilience. Implementing urban health resilience is vital to creating a healthier, more durable urban environment that can withstand future health emergencies. Therefore, focusing on health resiliency is critical for a more resilient urban environment.
Peran Transportasi Laut Dalam Mendukung Mobilitas Masyarakat Di Kabupaten Kepulauan Aru Hutanjalay, Chikal; Hadianti, Atrida
Urban and Regional Studies Journal Vol. 7 No. 2 (2025): Urban and Regional Studies Journal, Juni 2025
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v7i2.6277

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menggambarkan peran sistem transportasi laut dalam mendukung mobilitas kehidupan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Aru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deduktif kuantitatif, pendekatan deduktif menggunakan teori secara deduktif dan menempatkannya di awal studi dengan tujuan menguji atau menverifikasi teori dari pada mengembangkannya. Pendekatan ini digunakan sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitian dengan mengumpulkan data melalui survei lapangan, indept interview, dan observasi langsung pada sepuluh gugus pulau yang nantinya dilakukan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis pergerakan perjalanan orang berdasarkan naik turun penumpang yang ada di Pelabuhan Dobo sebagai pintu gerbang akses keluar masuk orang dari beberapa gugus pulau menunjukan bahawasanya interaksi tertinggi terjadi pada Gugus Pulau IV (Dobo) dan Gugus Pulau V (Benjina) yaitu sebanyak 1,115 pergerakan, hal ini dikarenakan keduanya berfungsi sebagai simpul kegiatan produksi barang dan jasa, sehingga interaksi orang memiliki intensitas yang tinggi. Selain itu juga pergerakan tertinggi masih berada dan menuju Gugus Pulau IV (Dobo) yang mengindikasikan ketergantungan akan kebutuhan pergerakan orang dan barang yang masih terpusat pada perkotaan Dobo. Sedangkan untuk pergerakan barang berdasarkan jumlah bongkar muat barang, pergerakan barang tertinggi terjadi pada tiga gugus pulau yaitu Gugus Pulau V (Benjina) menuju Gugus Pulau IV (Dobo) dengan 1.087 ton per tahun, Gugus Pulau X (Meror) menuju Gugus Pulau IV (Dobo) dengan 1,075 ton per tahun dan Gugus Pulau X (Meror) menuju Gugus Pulau V (Benjina) dengan 1,018 ton per tahun. Pergerakan menuju Gugus Pulau IV (Dobo) dan Gugus Pulau V (Benjina) merupakan perjalanan dalam rangka menjual hasil bumi, mengingat kedua gugus pulau tersebut sebagai simpul distribusi barang This study aims to describe the role of the marine transportation system in supporting the mobility of people’s lives in the Aru Islands Recency. The method used in this study is a quantitative deductive approach, a deductive approach uses theory deductively and places it at the beginning of the study with the aim of testing or verifying the theory rather than developing it. This approach is used as a framework for conducting research by collecting data through field survey, in-depth interviews, and direct observation on ten island clusters which will later be subjected to quantitative descriptive analysis. The results of the study showed that the analysis of people’s travel movements based on passengers getting on and off at Dobo Port as the getway for people to enter and exit from several island clusters showed that the highest interaction occurred in Island Cluster IV (Dobo) and Island Cluster V (Benjina) which was 1,115 movements, this is because both function as nodes for production activities of goods and services, so that people’s interactions have a high intensity. In addition, the highest movement is still in and towards Island Cluster IV (Dobo) which indicates dependence on the needs of people and goods movement which are still centered ini the city of Dobo. Meanwhile, for the movement of goods based on the amount of loading and unloading of goods, the highest movement of goods occurs in the three island groups, namely Island Group V (Benjina) to Island Group IV (Dobo) with 1,087 tons per year, Island Group X (Meror) to Islan Group IV (Dobo) with 1,075 tons per year and Islan Group X (Meror) to Island Group V (Benjina) with 1,018 tons per year. The movement to Islan Group IV (Dobo) and Island Group V (Benjina) is a journey in order to sell agricultural product, considering that the two island groups are distribution nodes for goods
Institutionalizing Climate Change Adaptation and Mitigation Through Education in a Small Island Context: A Case Study of South Tabukan, Sangihe Islands Heliani, Leni Sophia; Hadianti, Atrida; Nayati, Widya; Dewanto, Bondan Galih; Putri, Citra Kumala; Aqso, Muhammad Raihan; Pratama, Rizki Febri; Listyana, Deswita; Sanjaya, Darmawan Dwi
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement) Vol 11, No 2 (2025): June
Publisher : Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpkm.90903

Abstract

The Sangihe Islands Regency, one of Indonesia’s small and outermost island regions, has been increasingly affected by the impacts of climate change. Extreme weather events and high waves have contributed to a decline in both the quantity and quality of fish catches and agricultural yields, which are the primary sources of livelihood for many residents. However, the community’s understanding of climate change, including its causes, impacts, mitigation strategies, and adaptation measures, remains limited. In response, a comprehensiveand community capacity-building program was initiated, focusing on education and institutionalization related to climate change mitigation and adaptation. The initiative was structured around four action clusters: medical, agricultural, science and technology, and socio-humanities. These efforts resulted in the development of environmentally friendly systems for waste disposal, agriculture, capture fisheries, and water resource management. The initiative is expected to strengthen the foundational capacities of residents in South Tabukan, Sangihe Islands Regency, enabling them to independently and sustainably mitigate and adapt to the impacts of climate change.
Peningkatan Urban Health Resilience dengan Strategi Retrofitting Elemen Rancang Kota pada Permukiman Padat Dewi, Aurelia; Roychansyah, Muhammad Sani; Hadianti, Atrida
Tekstur (Jurnal Arsitektur) Vol 4, No 2 (2023): Tekstur
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.tekstur.2023.v4i2.4872

Abstract

Pertambahan penduduk perkotaan seringkali terjadi tanpa perencanaan yang memadai, terutama di kawasan pemukiman. Ini menyoroti kebutuhan untuk memikirkan kembali ruang perkotaan untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim, bencana alam, kerusuhan sosial, dan wabah penyakit menular. COVID-19 telah menimbulkan pertanyaan tentang kerentanan kota terhadap masalah kesehatan, menyoroti perlunya langkah-langkah responsif dan adaptif. Konsep kota berbasis ketahanan kesehatan (Health Resilience) dapat menciptakan sistem kesehatan yang dapat merespon dan beradaptasi dengan tantangan baru, meningkatkan kesehatan. Strategi perkuatan diterapkan untuk meningkatkan ketahanan kesehatan perkotaan (Urban Health Resilience) di permukiman padat penduduk, dengan fokus pada indikator seperti keragaman penggunaan lahan, kepadatan bentuk lingkungan, kualitas bentuk lingkungan, infrastruktur transportasi, konektivitas jalan, taman, rekreasi, serta akomodasi dan layanan darurat. Dengan meningkatkan perancangan kota melalui elemen rancang kota yang secara tidak langsung juga akan mengubah dan mendukung perilaku individu dan masyarakat untuk memiliki hidup yang lebih sehat. Berdasarkan penyelesaian dan penilaian yang diberikan diketahui bahwa penerapan tipe-tipe model retrofitting dapat diletakkan secara menyeluruh tidak memiliki perbedaan pada desain hanya saja terdapat perbedaan pada intensitas penerapan yang perlu untuk didahulukan dan menyesuaikan kebutuhan sesuai dengan konteks lingkungan yang ada untuk mencapai nilai tingkat ketahanan kesehatan kota (Urban Health Resilience) yang baik dan ideal.
Prediksi Lahan Terbangun untuk Meningkatkan Pengawasan Pemanfaatan Ruang di Pantai Selatan Gunungkidul Solikha, Dian Eva; Hadianti, Atrida
Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi Vol 9 No 1 (2025): Januari 2025
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/geodika.v9i1.29240

Abstract

Pantai Selatan (Pansela) Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kawasan strategis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pansela meliputi 9 (sembilan) Kapanewon dengan total luas 37.931,739 Ha. Pantai Selatan Gunungkidul memiliki potensi alam dan nilai strategis dalam keanekaragaman hayati, keindahan alam serta potensi ekonomi bagi masyarakat setempat. Selain itu, adanya pembangunan JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan) menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di jalur selatan karena akan mendorong pengembangan sektor pariwisata dengan meningkatnya aksesbilitas. Penelitian dilakukan dengan metode berbasis spasial temporal dengan pendekatan kuantitatif. Metode Cellular Automata-Markov Chain dalam perangkat lunak Terrset digunakan untuk memprediksi tutupan lahan terbangun di tahun 2033-2043 yang diperoleh dari hasil matriks tutupan lahan tahun 2003 dan 2013. Pansela tengah terutama Kapanewon Saptosari dan Kapanewon Tanjungsari, merupakan wilayah yang mengalami ketidaksesuaian paling tinggi, hal ini disebabkan selain memiliki wilayah paling luas daripada wilayah pansela lainnya, kondisi geografis relatif datar, dan jaraknya dari pusat Kota Wonosari relatif lebih dekat daripada wilayah Pansela lainnya. Prediksi lahan terbangun di tahun 2043 menunjukkan adanya penambahan luas terbangun terutama di kawasan lindung seperti di kawasan sempadan pantai, sempadan mata air, sempadan telaga, dan hutan produksi.
ANALISIS JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN DAN MULTIPLIER EFFECT KAWASAN MALIOBORO PASCA REVITALISASI Fajar, Edy Al; Pramono, R. Widodo D.; Hadianti, Atrida
Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (online) Vol. 3 No. 3: Jurnal Cahaya Mandalika
Publisher : Institut Penelitian Dan Pengambangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pusat kota selalu menjadi perhatian secara khusus oleh pemerintah daerah maupun penduduk kota itu sendiri. Seiring dengan perkembangannya pusat kota seringkali menghadapi berbagai tantangan, seperti dampak negatif lingkungan, keamanan, keberlanjutan dan kelestarian budaya sehingga perlu dilakukan upaya mempertahankan nilai sejarah dan budaya melalui revitalisasi. Di Yogyakarta pusat kota seperti kawasan Malioboro juga mengalami hal yang serupa, sehingga pemerintah DIY melakukan revitalisasi guna penataan dan peremajaan kawasan, serta berencana mengusulkan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia kepada UNESCO. Mengingat kegiatan revitalisasi sudah selesai dilakukan dan pentingnya dampak yang ditimbulkan maka perlu dilakukan penelitian terhadap perubahan jumlah pengunjung dan dampak ekonomi yang terjadi pada kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi jumlah kunjungan wisatawan sebelum dan sesudah revitalisasi dilakukan, dan menghitung nilai dampak pengganda ekonomi kawasan yang terjadi. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sumber data yang diperoleh melalui wawancara, kuisioner, observasi lapangan, dan dokumentasi. Sampel penelitian terdiri dari pengunjung sebanyak 105 responden, unit usaha 15 narasumber, dan pekerja 20 narasumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan revitalisasi telah mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang mana sebelumnya jumlah kunjungan ke kota Yogyakarta bersifat stagnan bahkan memiliki tren yang negative. Penelitian juga menemukan bahwa kegiatan pariwisata di Malioboro pasca revitalisasi memberikan angka multiplier effect yang sangat tinggi bagi ekonomi kawasan baik secara langsung, tidak langsung, maupun secara terinduksi.