Industri gula aren merupakan salah satu usaha potensial yang mendukung kebutuhan gula nasional, khususnya di Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, yang memiliki luas perkebunan aren signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan karakteristik fisikokimia gula aren yang diproduksi di Desa Bukittinggi dan Desa Kekait. Metode penelitian mencakup pengambilan sampel gula aren dari kedua desa, pengujian laboratorium terhadap intensitas warna, kadar air, kadar abu, dan total padatan terlarut (TPT). Hasil penelitian menunjukkan gula Bukittinggi cenderung lebih cerah, yang dapat dihubungkan dengan proses produksi yang lebih bersih dan bahan baku berkualitas lebih baik. Kadar air gula aren yang diproduksi petani di kedua desa berkisar antara 11,38 – 13,26 yang menjadi indikasi belum terpenuhinya standar SNI. Kadar abu gula aren di kedua desa berkisar antara 0,91% – 1,46% yang mengindikasikan seluruh sampel gula yang diamati sesuai dengan standar SNI. Rata-rata total padatan terlarut (TPT) Gula aren Bukittinggi (450Brix), lebih tinggi dibandingkan dengan gula aren dari Desa Kekait (35,67° Brix). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gula aren Desa Bukittinggi memiliki kualitas fisikokimia lebih baik dibandingkan Desa Kekait, dengan tingkat kecerahan, kemerahan, kekuningan, dan TPT lebih tinggi, serta kadar air dan kadar abu lebih rendah. Perbedaan ini disebabkan oleh proses pengolahan dan kualitas bahan baku nira yang lebih baik di Desa Bukittinggi. Temuan ini memberikan gambaran penting untuk peningkatan daya saing produk gula aren lokal sesuai standar SNI dan kebutuhan konsumen.