Berbagai riset yang membahas seputar Stunting di negara berkembang khususnya di Indonesia membidik prevalensi stunting yang masih berada di angka 30,8% di atas rata-rata prevalensi dunia yaitu 22,2%. Di negara lain seperti Ethiopia 52,4%, di susul peringkat berikutnya Congo sebesar 40% dan Afrika yang menduduki angka stunting sebesar 34,5%. Kondisi tersebut masih jauh dari angka yang ditetapkan oleh Word Health Organization yang menargetkan angka stunting kurang dari 20%. Stunting merupakan masalah gizi kronis pada Balita yang disebabkan oleh asupan gizi kurang dalam waktu cukup lama dan diakibatkan dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi seimbang. Stunting disebabkan karena gizi buruk saat ibu hamil, anemia pada masa kehamilan, tidak mendapatkan ASI eksklusif, anak kurang mendapatkan nutrisi saat MPASI, sanitasi buruk, diare berulang, tidak rutin imunisasi, bayi prematur, praktik pengasuhan kurang baik, dan kemiskinan. Sedangkan Balita stunting berdampak pada meningkatnya risiko mortalitas dan morbiditas, rendahnya kemampuan kognitif, risiko penyakit kronis saat dewasa, gangguan kesehatan reproduksi hingga rendahnya produktivitas. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting di Nusa Tenggara Barat mencapai 32,7% atau sebesar 1,3% dari angka stunting pada tahun 2021. di Kabupaten Lombok Tengah prevalensi angka stunting menduduki angka 37% berdasarkan data e-PPGM per Agustus 2022. Tingginya angka tersebut mendapatkan atensi dari berbagai pihak salah satunya dari program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh PT Pertamina Patra Niaga AFT BIL sebagai perusahaan BUMN yang berkontribusi dalam pengurangan prevalensi stunting di desa Penujak kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang menggabungan teknik pengambilan data secara purposive sampling pada penerima manfaat program. Hasil temuan dari model pemberdayaan masyarakat PT Pertamina Patra Niaga AFT BIL menerapkan model komprehensive yang mampu dijadikan sebagai contoh pelaksanaan program bebas stunting di Indonesia. Melalui program pemberian makanan tambahan (PMT) selama 12 bulan menghasilkan peningkatan Gizi sebesar 47% pada tahun 2024.