Dilla Ameliasari
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Distribusi Prevalensi Kejadian Stunting pada Balita dengan Penyakit Penyerta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo Kabupaten Kudus Dilla Ameliasari; Anita Dyah Listyarini; Eny Pujiati; Nila Putri Purwandari
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 3 No. 2 (2024): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nutrition problems in toddlers that are quite large in Indonesia are stunting. Stunting is a state of malnutrition characterized by a height Z-score of less than -2 SD. Based on the Kudus Regency Health Office data report in December 2023, the Tanjungrejo Health Center work area is the highest contributor to stunting with a prevalence of 8.2%. Children who are malnourished have a low resistance to disease, making them susceptible to infectious diseases. Vice versa, children affected by infectious diseases can easily experience malnutrition, so stunted toddlers often have comorbidities. Comorbidities are conditions where a person has other diseases experienced apart from the main disease at the same time. The impact if no screening is done on stunted toddlers who have comorbidities, it will worsen both prognoses. The method used in this study is a descriptive cross-sectional method. The highest frequency of stunting toddlers based on age / month is 24 - 36 months, as many as 45 toddlers (29.6%). The highest frequency of stunting toddlers based on gender is female gender as many as 79 toddlers (52%). The frequency of stunting with the severely stunted category was 26 toddlers, while with the short category (stunted) was 126 toddlers (82.9%). Stunted toddlers with diarrhea comorbidities were 29 toddlers (19.1%), with TB disease as many as 4 toddlers (2.6%), with pneumonia 0 toddlers (0%), with ARI disease 2 toddlers (1.3%), no comorbidities 117 (77%). The most stunted toddlers with comorbidities were stunted with diarrhea as many as 29 toddlers (19.1%).   Abstrak Permasalahan gizi pada balita yang cukup besar terjadi di Indonesia adalah stunting. Stunting merupakan keadaan gizi buruk yang ditandai dengan Z-score tinggi badan kurang dari -2 SD. Berdasarkan dari laporan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus pada Desember tahun 2023, wilayah kerja Puskesmas Tanjungrejo merupakan penyumbang tertinggi stunting dengan prevalensi sebesar 8,2%. Anak  yang  mengalami  gizi  kurang  maka daya tahan tubuh terhadap penyakitnya menjadi rendah sehingga mudah terserang penyakit  infeksi.  Demikian  pula  sebaliknya,  anak  yang  terkena  penyakit  infeksi dapat dengan mudah mengalami gizi kurang, sehingga balita stunting sering memiliki penyakit penyerta. Penyakit penyerta atau dikenal dengan penyakit komorbid merupakan kondisi dimana seseorang mempunyai penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya dalam waktu bersamaan. Dampak jika tidak dilakukan skrining pada balita stunting yang memiliki penyakit penyerta, maka akan memperburuk kedua prognosisnya. Metode yang digunakan dalam peelitian ini yaitu metode descriptive cross-sectional. Frekuensi tertinggi balita stunting berdasarkan umur/bulan yaitu 24 – 36 bulan yaitu sebanyak 45 balita (29,6%). Frekuensi tertinggi balita stunting berdasarkan jenis kelamin yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak 79 balita (52%). Frekuensi kejadian stunting dengan kategori sangat pendek (severly Stunted) sebanyak 26 balita, sedangkan dengan kategori pendek (stunted) sebanyak 126 balita (82,9%). Balita stunting dengan penyakit penyerta diare sebanyak 29 balita (19,1%), dengan penyakit TB sebanyak 4 balita (2,6%), dengan penyakit Pneumonia 0 balita (0%), dengan penyakit ISPA 2 balita (1,3%), tidak ada penyakit penyerta 117 (77%). Balita stunting dengan penyakit penyerta terbanyak yaitu stunting dengan penyakit penyerta diare sebanyak 29 balita (19.1%).