Nila Putri Purwandari
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perbedaan Penurunan Fungsi Memori Jangka Pendek antara Berat Badan Lebih dan Kurang dari Normal pada Anak Usia Sekolah (Kelas 1-6) Nila Putri Purwandari; Sri Hartini
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama Vol 2, No 2 (2013): Edisi Oktober 2013
Publisher : STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1058.999 KB) | DOI: 10.31596/jcu.v1i2.22

Abstract

Berat badan lebih dan berat badan kurang pada anak beresiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan gizi buruk bagi berat badan kurang. Berat badan lebih dan kurang berpotensi menyebabkan penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari. Munculnya masalah tentang penurunan fungsi kognitif pada anak menjadi konsekuensi penting lain dari meledaknya masalah kesehatan terkait berat badan lebih dan kurang. Fungsi memori dan belajar merupakan salah satu dari fungsi kognitif dimana kecepatan proses kognitif diketahui bergantung dari derajat aktivasi memori jangka pendek. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan antara berat badan lebih dan kurang dari normal dengan penurunan fungsi memori jangka pendek pada anak usia sekolah (kelas 1-6). Penelitian ini melibatkan 23 responden berat badan lebih dan 23 responden berat badan kurang kelas 1-6 di MI Darul ULUM I Kudus. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode komparatif studi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini memperoleh hasil nilai rata-rata fungsi memori jangka pendek pada anak berat badan lebih, lebih rendah (11.34) dibandingkan dengan nilai rata-rata anak berat badan kurang (14.44). Hasil analisa antara berat badan lebih dan kurang terhadap penurunan fungsi memori jangka pendek menggunakan T-Test Independen menghasilkan ρ value 0,007 atau < taraf signifikan (α :0,05) dengan koefisien perbedaan (t) sebesar 2.856. Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan antara berat badan lebih dan kurang dari normal terhadap penurunan fungsi memori jangka pendek. Kata Kunci         : Berat Badan Lebih, Berat Badan Kurang, Fungsi Memori Jangka Pendek.
Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Latihan Fisik Pada Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Juwana Pati Devi Setya Putri; Septika Faulia; Alvi Ratna Yuliana; Nila Putri Purwandari; Luluk Cahyanti
DIAGNOSA: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Vol. 2 No. 2 (2024): Mei : Jurnal Ilmu Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Lembaga Pengembangan Kinerja Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59581/diagnosa-widyakarya.v2i2.3718

Abstract

Diabetes mellitus (DM) is a disorder of carbohydrate, protein and fat metabolism characterized by hyperglycemia or increased blood glucose levels that occur as a result of abnormal insulin secretion or decreased insulin action (Buraerah, 2015). The DM management includes 4 main pillars, one of which is physical exercise. Physical exercise is one of the pillars in the management of DM which functions to improve insulin sensitivity and also to maintain a healthy body (Mala, 2018). However, when sufferers don’t go through this management, this is where the role of the family is as a support (Waspadji, 2014). To find out the description of family knowledge about physical exercise in diabetes mellitus patients at the Juwana Pati Healty Center. The type of research used is quantitative research using descriptive studies. The number of samples in this study were 55 respondents with a total sampling technique. The results showed that the family's knowledge of physical exercise in patients with diabetes mellitus was mostly female, 35 respondents (63.6%), housewife job level was 28 respondents (50.9%), high school education level was 16 respondents (29, 1%), the level of moderate physical exercise is 26 respondents (47.3), the level of sufficient family knowledge is 19 respondents (34.5%), and vulnerable aged 47-57 years as many as 22 respondents (40.0%). That most of the family's knowledge about physical exercise in patients with diabetes mellitus has sufficient knowledge as many as 19 respondents (34.5%).
Edukasi Berbasis Audio Visual Guna Peningkatan Pengetahuan Tentang Penggunaan Obat Hipertensi di Desa Sukolilo Devi Setya Putri; Alvi Ratna Yuliana; Nila Putri Purwandari; Luluk Cahyanti
Jurnal Pengabdian Bidang Kesehatan Vol. 1 No. 4 (2023): Jurnal Pengabdian Bidang Kesehatan
Publisher : PPNI UNIMMAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57214/jpbidkes.v1i4.14

Abstract

Hypertension is a disorder in the blood vessels that causes blood pressure to increase, causing the heart to pump harder to circulate blood to organs and tissues throughout the body. The incidence of hypertension in Indonesia continues to increase because the majority of people do not take medication and do not regularly take medication because they feel healthy. Therefore, people with hypertension must receive treatment to reduce mortality and morbidity associated with hypertension. This requires knowledge regarding the use of hypertension medication by providing education using audio-visual media
Distribusi Prevalensi Kejadian Stunting pada Balita dengan Penyakit Penyerta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungrejo Kabupaten Kudus Dilla Ameliasari; Anita Dyah Listyarini; Eny Pujiati; Nila Putri Purwandari
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 3 No. 2 (2024): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nutrition problems in toddlers that are quite large in Indonesia are stunting. Stunting is a state of malnutrition characterized by a height Z-score of less than -2 SD. Based on the Kudus Regency Health Office data report in December 2023, the Tanjungrejo Health Center work area is the highest contributor to stunting with a prevalence of 8.2%. Children who are malnourished have a low resistance to disease, making them susceptible to infectious diseases. Vice versa, children affected by infectious diseases can easily experience malnutrition, so stunted toddlers often have comorbidities. Comorbidities are conditions where a person has other diseases experienced apart from the main disease at the same time. The impact if no screening is done on stunted toddlers who have comorbidities, it will worsen both prognoses. The method used in this study is a descriptive cross-sectional method. The highest frequency of stunting toddlers based on age / month is 24 - 36 months, as many as 45 toddlers (29.6%). The highest frequency of stunting toddlers based on gender is female gender as many as 79 toddlers (52%). The frequency of stunting with the severely stunted category was 26 toddlers, while with the short category (stunted) was 126 toddlers (82.9%). Stunted toddlers with diarrhea comorbidities were 29 toddlers (19.1%), with TB disease as many as 4 toddlers (2.6%), with pneumonia 0 toddlers (0%), with ARI disease 2 toddlers (1.3%), no comorbidities 117 (77%). The most stunted toddlers with comorbidities were stunted with diarrhea as many as 29 toddlers (19.1%).   Abstrak Permasalahan gizi pada balita yang cukup besar terjadi di Indonesia adalah stunting. Stunting merupakan keadaan gizi buruk yang ditandai dengan Z-score tinggi badan kurang dari -2 SD. Berdasarkan dari laporan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus pada Desember tahun 2023, wilayah kerja Puskesmas Tanjungrejo merupakan penyumbang tertinggi stunting dengan prevalensi sebesar 8,2%. Anak  yang  mengalami  gizi  kurang  maka daya tahan tubuh terhadap penyakitnya menjadi rendah sehingga mudah terserang penyakit  infeksi.  Demikian  pula  sebaliknya,  anak  yang  terkena  penyakit  infeksi dapat dengan mudah mengalami gizi kurang, sehingga balita stunting sering memiliki penyakit penyerta. Penyakit penyerta atau dikenal dengan penyakit komorbid merupakan kondisi dimana seseorang mempunyai penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya dalam waktu bersamaan. Dampak jika tidak dilakukan skrining pada balita stunting yang memiliki penyakit penyerta, maka akan memperburuk kedua prognosisnya. Metode yang digunakan dalam peelitian ini yaitu metode descriptive cross-sectional. Frekuensi tertinggi balita stunting berdasarkan umur/bulan yaitu 24 – 36 bulan yaitu sebanyak 45 balita (29,6%). Frekuensi tertinggi balita stunting berdasarkan jenis kelamin yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak 79 balita (52%). Frekuensi kejadian stunting dengan kategori sangat pendek (severly Stunted) sebanyak 26 balita, sedangkan dengan kategori pendek (stunted) sebanyak 126 balita (82,9%). Balita stunting dengan penyakit penyerta diare sebanyak 29 balita (19,1%), dengan penyakit TB sebanyak 4 balita (2,6%), dengan penyakit Pneumonia 0 balita (0%), dengan penyakit ISPA 2 balita (1,3%), tidak ada penyakit penyerta 117 (77%). Balita stunting dengan penyakit penyerta terbanyak yaitu stunting dengan penyakit penyerta diare sebanyak 29 balita (19.1%).