Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi pasangan suami istri tanpa anak di Desa Menggala, Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat; tetap setia, respon masyarakat di Desa Menggala terhadap pasangan tersebut, dan menganalisisnya menggunakan teori Tindakan Sosial oleh Max Weber dan teori Stigma oleh Erving Goffman. Dalam kehidupan bermasyarakat, sudah sepatutnya untuk hidup dengan saling menghargai. Terhadap pasangan suami istri yang memilih setia (tidak bercerai atau berpoligami) pada pasangannya, meskipun belum dikaruniai anak, maka patut diapresiasi motivasi yang dimiliki. Sebaliknya, tidak seharusnya kita justru memberikan stigma negatif. Motivasi pasangan suami istri tanpa anak untuk tetap setia di Desa Menggala didukung oleh empat faktor, yaitu; agama, pendidikan, keluarga, dan psikologi. Respon masyarakat terhadap pasangan tersebut, ada yang bersikap biasa saja dan ada juga yang memberikan stigma negatif. Menggunakan Teori Tindakan Sosial oleh Max Weber, maka yang dilakukan pasangan suami istri di Desa Menggala termasuk ke dalam tiga kategori tindakan sosial, yaitu; rasionalitas yang berorientasi nilai (werk rational), tindakan afektif/tindakan yang dipengaruhi emosi (affectual action), dan tindakan tradisional/tindakan karena kebiasaan (traditional action). Dan menggunakan Teori Stigma oleh Erving Goffman, maka respon masyarakat terhadap pasangan tersebut masuk ke dalam stigma jenis abominations of the body atau stigma terhadap fisik.