Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENDIDIKAN KESEHATAN PENYAKIT GERD PADA SISWA SISWI SMK WIDURI DI LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN Moody, Artharini; Sinaga, Wanto; Pallupi, Adelia Azahra; Sitinjak , Agnes Ananta Yosefin; Syafitri5, Ajeng Dwy; Andareza , Anas; Septiya, Erika Ade; Indriyani, Erlinda Retha; Rahma, Galuh A'isy Audya; Shabirah, Intan; Riwa, Klariska Keita; Nugraha, Pandu Prayoga; Suci, Sheptialani Mutiara; Pangestu, Singgih
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.41047

Abstract

GERD adalah suatu kondisi dimana asam lambung naik kembali ke kerongkongan sehingga menimbulkan rasa panas di dada, yang terjadi ketika otot cincin esofagus bagian bawah tidak menutup dengan baik sehingga menyebabkan asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Penyakit GERD ditemukan terjadi pada remaja usia 12-21 tahun. Secara umum pemahaman remaja mengenai pencegahan GERD masih rendah sehingga mudah memicu penyakit tersebut yang dapat diakibatkan karena aktivitas pembelajaran yang padat sehingga kebiasaan remaja kurang memperhatikan pola makan, dan jenis makanan. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel sebanyak 35 orang, simple random sampling, Metode edukasi, responden akan diberikan pre-Test dan post-Test penyakit GERD dengan quesinoer. Hasil penelitian meliputi: a). Distribusi berdasarkan gender; GERD banyak dialami oleh wanita b).  Gejala yang sering dialami : 1) Mual setelah makan (28,5%), 2). Sakit dada (23%), 3). Naiknya makanan atau asam lambung ke dalam mulut (17,2%). 4). Orang sering bersendawa (14,3%). 5). Bau Mulut (8,5%).  c) Sebaran penyebab GERD: 1) konsumsi makanan pedas sebanyak 15 orang (43%), 2). Obesitas sebanyak 10 orang (28,5%), 3) Perokok aktif sebanyak 5 orang (14,3%), 4). Makan dalam porsi besar sebanyak 3 orang (8,5%), 5). 2 orang (5,7%) mengonsumsi makanan bersoda. Metode penilaian menggunakan Pre-Test & Post-Test pada awal dan akhir kegiatan. Kesimpulannya melalui hasil pre-test dan post-test menunjukkan bahwa peserta dapat memperoleh pengetahuan tentang GERD, dan menerapkan teknik relaksasi dengan baik.
PENGALAMAN PASIEN HIPERTENSI GRADE II KOMPLIKASI DM TIPE 1 MENGHADAPI RESIKO KEDARURATAN: STUDI FENOMENOLOGIS DI KLINIK LESTARI ASIH TANGERANG: At Klinik Lestari Asih Tangerang Rini, Moody Artha; Lestaria, Dame; Situmorang, Susi Hariaty; Riwa, Klariska Keita
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.49315

Abstract

Hipertensi grade II dengan komplikasi diabetes melitus tipe 1 merupakan masalah kesehatan kronis yang berdampak luas pada aspek fisik, emosional, sosial, dan spiritual pasien. Kondisi ini meningkatkan risiko komplikasi akut dan kronis yang memerlukan penanganan medis jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien dalam menghadapi risiko kedaruratan akibat hipertensi grade II dan diabetes melitus tipe 1, serta memahami strategi adaptasi yang mereka gunakan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif. Partisipan dipilih secara purposive sebanyak 15 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam semi terstruktur dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Keabsahan data dijaga melalui member checking, triangulasi, audit trail, dan konfirmasi pernyataan partisipan. Hasil penelitian menghasilkan empat tema utama: (1) pengalaman fisik, emosional, sosial, dan spiritual; (2) persepsi risiko kedaruratan; (3) strategi adaptasi harian; dan (4) makna hidup dari pengalaman penyakit. Pasien melaporkan gejala fisik seperti kelelahan, pusing, dan keterbatasan aktivitas, disertai respons emosional mulai dari kecemasan hingga penerimaan. Sebagian menyadari tanda-tanda darurat dan mempersiapkan diri, sementara lainnya kurang siap karena minim edukasi. Strategi adaptasi mencakup pengendalian medis, modifikasi gaya hidup, serta dukungan spiritual. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pengalaman pasien bersifat multidimensional, menekankan perlunya pendekatan holistik yang tidak hanya fokus pada aspek medis, tetapi juga memperhatikan dimensi emosional, sosial, spiritual, edukasi kesehatan, strategi adaptasi, dan makna hidup untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.