Berdasarkan data terbaru dari Global Cancer Statistics, kanker tetap menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan, dengan sekitar 20 juta kasus baru dan 9,7 juta kematian yang dilaporkan pada tahun 2022. Kanker payudara, sebagai salah satu jenis kanker dengan prevalensi tertinggi, menekankan pentingnya pengembangan pendekatan diagnostik dan terapeutik yang inovatif. Radiofarmaka, khususnya yang menggunakan Iodium-131 (¹³¹I), telah menunjukkan potensi besar dalam diagnosis dan terapi kanker. Dalam penelitian ini, senyawa turunan thiourea yang dikenal memiliki potensi farmakologis terhadap kanker payudara, dievaluasi sebagai kandidat radiofarmaka teranostik. Penelitian ini menggunakan metode in-silico untuk mengevaluasi senyawa turunan thiourea yang ditandai dengan ¹³¹I. Molecular docking dilakukan menggunakan AutoDockTools untuk menilai energi ikatan dan interaksi senyawa dengan reseptor HER2 (PDB ID: 3PP0). Senyawa dengan afinitas pengikatan terbaik kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan simulasi dinamika molekul dengan perangkat lunak Desmond untuk mengevaluasi kestabilannya selama 200 ns. Selain itu, profil farmakokinetik dan toksisitas senyawa diprediksi menggunakan platform pkCSM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa ¹³¹I-(4-Decylbenzoyl)-3-methylthiourea merupakan kandidat paling potensial dengan nilai afinitas pengikatan (ΔG) sebesar -8,64 kkal/mol. Simulasi dinamika molekul menunjukkan bahwa senyawa ini stabil selama 200 ns. Selain itu, senyawa ini memiliki profil farmakokinetik yang baik dan tidak bersifat toksik, meskipun nilai LogP-nya sedikit melebihi batas yang ditetapkan dalam aturan Lipinski’s Rule of Five. Sebagai kesimpulan, senyawa ¹³¹I-(4-Decylbenzoyl)-3-methylthiourea menunjukkan potensi yang kuat sebagai kandidat radiofarmaka yang stabil dan efektif untuk pengobatan kanker payudara. Meskipun senyawa ini memenuhi sebagian besar kriteria kelayakan obat, validasi eksperimental lebih lanjut dan studi klinis diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keamanannya. Hasil penelitian ini memberikan landasan yang menjanjikan bagi penelitian lanjutan dalam aplikasi radiofarmaka untuk pengobatan kanker.