PT Jaya Mitra Kemilau is a company led by Mr. Charles Saerang Ong. Herbal medicine products are increasingly less popular with the younger generation who are more interested in modern health products and herbal drinks that are more popular on social media, even though herbal medicine is widely known to have various health benefits. The traditional image attached to Pakde Djamoe is considered less attractive to millennials and Gen Z, who tend to prefer products with modern packaging and a lifestyle that is in line with current trends. In addition, the use of social media as a marketing tool has not been optimally utilized by this business, resulting in limitations in reaching younger consumers. In addition to image issues, herbal medicine is considered less practical for consumption by the younger generation who are looking for convenience. This is exacerbated by the lack of interactive education about the health benefits of herbal medicine through digital channels. Consumer education must be an important part of Pakde Djamoe's marketing strategy. Social media can be used to promote the health benefits of herbal medicine in a more attractive and relevant way for the younger generation. The PKM Team from Tarumanagara University is committed to helping Pakde Djamoe carry out a fresher rebranding and build a social media-based marketing strategy. The implementation method used is to provide assistance in the form of rebranding Mr. Charles Saerang Ong into a Nusantara herbal medicine figure through social media optimization. The results of this PKM activity are in the form of social media content published on TikTok and Instagram, which are expected to expand market reach, increase public understanding of the benefits of traditional herbal medicine, and increase product visibility among the younger generation. ABSTRAK PT Jaya Mitra Kemilau merupakan perusahaan yang dipimpin oleh Bapak Charles Saerang Ong. Produk jamu semakin kurang diminati oleh generasi muda yang lebih tertarik pada produk kesehatan modern dan minuman herbal yang lebih populer di media sosial, meskipun jamu dikenal luas memiliki berbagai manfaat kesehatan. Citra tradisional yang melekat pada Pakde Djamoe dianggap kurang menarik bagi milenial dan Gen Z, yang cenderung lebih memilih produk dengan kemasan modern dan gaya hidup yang sesuai dengan tren kekinian. Selain itu, penggunaan media sosial sebagai alat pemasaran belum dimanfaatkan secara optimal oleh usaha ini, yang mengakibatkan keterbatasan dalam menjangkau konsumen yang lebih muda. Selain masalah citra, jamu dianggap kurang praktis untuk dikonsumsi oleh generasi muda yang mencari kemudahan. Hal ini diperparah dengan minimnya edukasi yang interaktif mengenai manfaat kesehatan jamu melalui saluran digital. Edukasi konsumen harus menjadi bagian penting dari strategi pemasaran Pakde Djamoe. Media sosial dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan manfaat kesehatan jamu secara lebih menarik dan relevan bagi generasi muda. Tim PKM dari Universitas Tarumanagara berkomitmen untuk membantu Pakde Djamoe melakukan rebranding yang lebih segar dan membangun strategi pemasaran berbasis media sosial. Metode pelaksanaan yang digunakan adalah melakukan pendampingan dalam bentuk rebranding Bapak Charles Saerang Ong menjadi tokoh jamu Nusantara melalui optimalisasi media sosial. Hasil dari kegiatan PKM ini berupa konten media sosial yang dipublikasikan di TikTok dan Instagram, yang diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar, meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat jamu tradisional, serta meningkatkan visibilitas produk di kalangan generasi muda