KASMARA, E.
Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Translokasi AKDR ke dalam Vesika Urinaria Disertai dengan Vesikolithiasis (Laporan Kasus) HADISAPUTRA, W.; KASMARA, E.; SUSKHAN, SUSKHAN; ROCHANI, ROCHANI
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 30, No. 3, July 2006
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.639 KB)

Abstract

Tujuan: Melaporkan satu kasus translokasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) ke dalam vesika urinaria disertai dengan pembentukan batu intravesika. Tempat: Klinik Kesehatan Reproduksi Raden Saleh Jakarta, Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, Jakarta dan Kamar Operasi Khusus Departemen Urologi FKUI/RSCM, Jakarta. Bahan dan cara kerja: Laporan satu kasus, seorang wanita, 43 tahun, P4A1 dengan translokasi AKDR ke dalam vesika urinaria selama 10 tahun disertai dengan pembentukan batu vesika. Hasil: Pasien dirujuk oleh SpOG dengan keterangan translokasi AKDR, disertai keluhan nyeri saat buang air kecil sejak 3 tahun lalu. Pasien memiliki riwayat dipasang AKDR 10 tahun lalu. Delapan bulan pasca pemasangan AKDR, uji kehamilan positif dan ia menjalani induksi haid dan mendapatkan pemasangan AKDR kedua. Saat itu tidak ditemukan AKDR pertama. AKDR kedua telah dilepaskan 2 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan ultrasonografi tidak didapatkan AKDR intrauterin. Pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan AKDR di pelvis minor, 10 cm di anterior promontorium dengan bayangan massa kalsifikasi. Foto polos pelvis dengan marker menunjukkan AKDR kedua terletak agak jauh dari AKDR pertama, yang overlapping dengan bayangan kalsifikasi. Eksplorasi per laparoskopi tidak menemukan AKDR di rongga pelvis. Dari pemeriksaan sistoskopi tampak AKDR intravesika yang diselubungi batu. Pasien menjalani litotripsi dan pengambilan AKDR intravesika dengan sistoskopi. Pasien dirawat selama satu hari dan pulang dalam keadaan baik. Kesimpulan: Translokasi AKDR ke dalam vesika merupakan hal yang jarang dijumpai. AKDR dalam vesika menjadi sarang infeksi dan proses pembentukan batu. Adanya AKDR intravesika haruslah dipikirkan jika seorang wanita dengan riwayat pemasangan AKDR mengalami infeksi saluran kemih berulang dan/atau pembentukan batu vesika. AKDR intravesika dapat dikeluarkan dengan sistotomi suprapubik atau sistoskopi. [Maj Obstet Ginekol Indones 2006; 30-3: 186-90] Kata kunci: translokasi AKDR, AKDR intravesika, batu vesika
Perubahan Densitas Mineral Tulang Lumbal Perempuan Pengguna Kontrasepsi Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) selama 6 Bulan di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan KASMARA, E.; SUMAPRAJA, K.; SANTOSO, S. S.I.; WIDYAHENING, I. S.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 4, October 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.818 KB)

Abstract

Tujuan: Untuk mengetahui densitas mineral tulang (DMT) lumbal perempuan Indonesia berusia 20 - 35 tahun sebelum dan setelah pemberian kontrasepsi suntik DMPA selama 6 bulan, dan mengetahui hubungan antara faktor asupan kalsium dan aktivitas fisik perempuanperempuan tersebut dengan DMT lumbal. Tempat: Puskeskmas Kecamatan Tebet, Jakarta Timur, Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan Klinik Imunoendokrinologi Yasmin, Jakarta Pusat. Rancangan/rumusan data: Penelitian ini bersifat eksperimental self-controlled dengan rancangan pra-intervensi dan pasca-intervensi pada kelompok subyek. Bahan dan cara kerja: Sembilan-belas responden perempuan paritas satu berusia antara 20-35 tahun menjalani pemeriksaan densitas mineral tulang (DMT) lumbal 1-4 dengan menggunakan densitometri DEXA (dual energy x-ray absorptiometry). Para responden adalah akseptor KB suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) pertama kali, dengan jadual pemberian sebesar 150 mg DMPA intramuskular tiap tiga bulan. Selain itu, didapatkan data mengenai berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), asupan kalsium per hari dan aktivitas fisik responden. Kemudian dilakukan pemeriksaan DMT lumbal 1-4 yang kedua setelah 6 bulan penggunaan kontrasepsi DMPA. Hasil: Didapatkan rata-rata usia subyek (n = 11) adalah 25,0 ± 4,2 tahun (rentang 20 - 33 tahun). Rata-rata berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh berturut-turut adalah sebesar 49,7 ± 6,2 kg (41 - 60 kg); 151,8 ± 6,2 cm (142 - 163 cm) dan 21,61 ± 2,74 kg/m2 (17,69 - 26,67 kg/m2). Densitas mineral tulang (DMT) L1-L4 awal menunjukkan rata-rata 0,958 ± 0,023 g/cm2 (0,876 - 1,080 g/cm2), rata-rata nilai T awal sebesar -1,26 ± 0,61 (-1,85 sampai dengan -0,25). Nilai rata-rata asupan kalsium per hari sebesar 329,01 ± 228,22 mg (78,25 - 784,55 mg). Rata-rata DMT L1-L4 akhir adalah sebesar 0,969 ± 0,078 g/cm2 (0,844 - 1,084 g/cm2), rata-rata nilai T akhir sebesar -1,17 ± 0,65 (-2,21 sampai dengan -0,22). Rata-rata pengeluaran energi total (Total Energy Expenditure [TEE]), laju metabolik basal (Basal Metabolic Rate [BMR]) dan faktor aktivitas (Activity Factor [AF]) berturut-turut adalah sebesar 2157,51 ± 342,55 kkal (1679,58 - 2753,49 kkal); 1288,05 ± 69,64 kkal (1189,20 - 1411,30 kkal) dan 1,68 ± 0,24 (1,4 - 2,1). Rata-rata persentase perubahan DMT adalah sebesar 1,13 ± 2,86% (-3,76 sampai dengan 6,74%). Terdapat korelasi yang sangat lemah dan tidak bermakna statistik antara faktor aktivitas dengan persentase perubahan DMT (r = 0,066, p = 0,846), antara IMT dengan persentase perubahan DMT (r = 0,098, p = 0,774). Sedangkan korelasi antara asupan kalsium per hari dengan persentase perubahan DMT adalah lemah (r = 0,457) dengan tingkat kemaknaan 0,158 (tidak bermakna). Analisis multivariat menunjukkan tidak ada perubahan yang bermakna secara statistik antara persentase perubahan DMT dengan IMT, asupan kalsium dan faktor aktivitas (p = 0,515). Kesimpulan: Pada sebelas responden yang diteliti, tidak terdapat perubahan bermakna DMT lumbal 1-4 setelah pemberian DMPA selama 6 bulan pertama dan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara penggunaan DMPA selama 6 bulan pertama dengan indeks massa tubuh, asupan kalsium dan aktivitas fisik. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-4: 243-50] Kata kunci: densitas mineral tulang (DMT), depo medroksi progesteron asetat (DMPA), indeks massa tubuh (IMT), asupan kalsium, faktor aktivitas.