Kemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang masih dihadapi Indonesia, termasuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Meskipun wilayah ini kaya akan sumber daya alam, ketimpangan ekonomi yang terjadi menghambat akses masyarakat terhadap pendidikan yang layak. Kondisi geografis kepulauan turut memperparah distribusi sumber daya pendidikan yang tidak merata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kemiskinan terhadap pendidikan di Bangka Belitung, dengan meninjau aspek aksesibilitas, kualitas pengajaran, serta partisipasi dan hasil belajar siswa. Kemiskinan dalam penelitian ini didefinisikan berdasarkan pengukuran Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu individu atau keluarga dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan, yang mencakup kebutuhan makanan dan non-makanan seperti pendidikan dan kesehatan. Data menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga kurang mampu menghadapi hambatan signifikan dalam memperoleh pendidikan, termasuk minimnya infrastruktur, kesadaran pendidikan yang rendah, serta siklus kemiskinan antargenerasi. Teori siklus kemiskinan menjelaskan bagaimana rendahnya pendapatan dan investasi pada sumber daya manusia berdampak pada produktivitas dan keberlanjutan kemiskinan itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kunci strategis dalam memutus rantai kemiskinan. Penelitian ini menyarankan perlunya kebijakan yang lebih inklusif, seperti pemberian beasiswa, peningkatan fasilitas sekolah, serta program sosial yang mendukung keluarga miskin agar pendidikan dapat diakses secara adil dan merata. Dengan demikian, upaya kolektif antara pemerintah, masyarakat, dan individu menjadi krusial dalam menciptakan sistem pendidikan yang mampu menjawab tantangan kemiskinan secara menyeluruh.