Pembelajaran daring telah menjadi solusi utama dalam meningkatkan akses pendidikan, terutama di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan infrastruktur. Namun, implementasi pembelajaran daring di daerah tersebut masih menghadapi berbagai kendala, seperti minimnya akses internet, keterbatasan perangkat, serta rendahnya kesiapan guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi digital. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tantangan utama dalam implementasi pembelajaran daring di daerah terpencil serta mengeksplorasi solusi yang dapat diadaptasi agar proses pembelajaran lebih efektif dan inklusif. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, di mana data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi lapangan, dan analisis dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbatasan infrastruktur merupakan hambatan utama yang menyebabkan rendahnya efektivitas pembelajaran daring. Selain itu, sebagian besar guru dan siswa mengalami kesulitan dalam mengakses dan memahami materi daring tanpa adanya bimbingan langsung. Sebagai solusi, penelitian ini merekomendasikan pendekatan blended learning berbasis komunitas, yang mengombinasikan pembelajaran daring dengan sesi tatap muka di pusat-pusat belajar lokal. Selain itu, pengembangan konten pembelajaran yang lebih kontekstual, seperti materi berbasis bahasa lokal dan metode interaktif berbasis audio dan video, terbukti meningkatkan keterlibatan siswa hingga 75%. Dengan strategi yang lebih adaptif terhadap kondisi daerah terpencil, pembelajaran daring dapat dioptimalkan untuk meningkatkan akses pendidikan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.