Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Paham Relativitas Kebenaran Dalam Pluralisme Agama Abdul Karim Soroush Ahwadzy, Muhammad Arfan; Kafabihi, Abdurrahman
Hikamia: Jurnal Pemikiran Tasawuf dan Peradaban Islam Vol. 5 No. 1 (2025): Hikamia: Jurnal Pemikiran Tasawuf dan Peradaban Islam
Publisher : Ma'had Aly Idrisiyyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58572/hkm.v5i1.147

Abstract

AbstractThe debate on the relativity of truth in religious pluralism, as proposed by Abdul Karim Soroush, has sparked various discussions among academics regarding the relevance and implications of religious pluralism in the contemporary world. Based on this, the present study aims to explore in depth the concept of truth relativity in religious pluralism according to Abdul Karim Soroush using a fiqh approach, in order to provide a broader understanding of the interaction between religious pluralism and fundamental principles in Islamic law. This study employs a library research method with qualitative analysis of Soroush’s thoughts and related literature, as well as a fiqhiyyah approach to examine the relevance of his ideas within the framework of Islamic law. The findings of this study conclude that, according to Abdul Karim Soroush, religious truth is not absolute but rather relative, depending on the context and individual experiences in understanding religious texts. Within the framework of religious pluralism, Soroush emphasizes the importance of recognizing the diversity of religious interpretations that emerge from the different cultural and social backgrounds of humanity. From a fiqh perspective, Soroush’s view on the relativity of truth in religious pluralism contradicts Islamic teachings, which recognize Islam as the only true and absolute religion. Islam teaches that, while goodness can be found in other religions, only Islam brings the ultimate truth for salvation in this world and the hereafter. Misinterpretations of Islamic teachings may foster liberal ideologies that could potentially undermine the faith of the Muslim community. Therefore, the concept of truth relativity as proposed by Soroush risks distorting the understanding of aqidah in Islam and causing confusion regarding fundamental principles of faith. Keywords: Relativity of Truth, Religious Pluralism, Abdul Karim Soroush
The Implementation of Fiqh Siyasah in Indonesia's Democratic System: The Perspective of Abdul Wahhab Khallaf Ahwadzy, Muhammad Arfan
Siyasah Wa Qanuniyah Vol 3 No 1 (2025): Siyasah Wa Qanuniyah
Publisher : Ma'had Aly Raudhatul Ma'arif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61842/swq/v3i1.25

Abstract

In modern legal thought, the relationship between Islam and politics is often debated, with some scholars arguing that Islam does not regulate politics, while others view it as a comprehensive religion that encompasses the formation of the state and its political apparatus, with supreme power originating from God. This study aims to analyze Abdul Wahhāb Khallāf’s perspective on Islamic politics and its application within Indonesia’s democratic system, using a library research method and a descriptive-analytical qualitative approach, referring to Khallāf’s main work As-Siyāsah As-Syar’iyyah Fī Syu’ūn Ad-Dustūriyyah Wa Al-Khārijiyyah Wa Al-Māliyah. The findings show that Khallāf sees a symbiotic relationship between Islam and politics, with his leadership theory emphasizing justice, public participation, and the protection of individual rights, which aligns with the principles of democracy in Indonesia. Khallāf’s thinking also supports a balanced distribution of power between the executive, legislative, and judiciary, in accordance with the principles of checks and balances in a democratic system. Thus, this study concludes that Abdul Wahhāb Khallāf’s ideas can provide significant contributions to strengthening Indonesia’s democratic system, provided they are applied with contextual interpretation and responsiveness to changing times.
Argumentasi Pro-Kontra Zakat Fitrah Menggunakan Uang: Studi Komparatif Mażhab Syāfi’ī Dan Mażhab Hanafī Ahwadzy, Muhammad Arfan
Jurnal Al-Nadhair Vol 4 No 01 (2025): Al-Nadhair
Publisher : Ma'had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61433/alnadhair.v4i01.119

Abstract

Abstrak: Pembayaran zakat fitrah dewasa ini mulai bergeser dari yang menggunakan makanan pokok kepada uang tunai. Khususnya di Indonesia, pembayaran zakat fitrah menggunakan uang menuai pro-kontra di masyarakat mengenai keabsahannya. Berdasarkan hal itu, penelitian ini hendak mengkaji hukum dan dasar pengambilan dalil zakat fitrah menggunakan uang dalam tinjauan Mażhab Syāfi’ī dan Mażhab Hanafī. Melalui pendekatan normatif-komparatif dengan studi bermazhab secara manhaji, teks-teks Al-Qur'an, Hadis, dan Kutub at-Turāṡ diinterpretasi dengan teori uṣūl fiqḥ. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, yang kemudian dianalisis menggunakan teknik interaktif, yaitu reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Mażhab Syāfi’ī tidak melegalkan zakat fitrah dengan uang berdasarkan dalil hadis yang secara eksplisit hanya menjelaskan legalitas zakat fitrah menggunakan makanan pokok. Makanan pokok tidak bisa disamakan (diilhaq-kan) dengan uang, karena selain zakat fitrah bersifat ta’abbudi, mata uang sering kali mengalami fluktuasi nilai, sedangkan makanan pokok lebih terjamin kestabilan harganya. Sedangkan Mażhab Hanafī memahami legalitas zakat dengan uang berdasarkan adanya titik temu antara makanan dan uang, yaitu sama-sama memiliki nilai ekonomis. Sehingga uang juga dapat diterima sebagai alternatif pembayaran zakat fitrah. Implikasi dari temuan ini menegaskan pentingnya memahami hukum Islam secara komprehensif, untuk memahami Islam sebagai agama yang dinamis dan flesksibel terhadap realitas kehidupan.
Konsep Qarīnah sebagai Alat Bukti Pembunuhan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif Indonesia: Studi atas Kasus Jessica-Mirna Chodir, Fatkul; Ahwadzy, Muhammad Arfan
Syariah: Journal of Fiqh Studies Vol 3 No 1 (2025): Syariah : Journal of Fiqh Studies
Publisher : Bidang Penelitian Dan Penulisan Karya Ilmiah (bp2ki) Ma'had Aly Lirboyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61570/syariah.v3i1.138

Abstract

The Jessica-Mirna case shocked Indonesia due to the presence of cyanide poison in the coffee served, which became the central piece of evidence in the murder trial. Throughout the judicial process, this case sparked public debate regarding whether Jessica was justifiably convicted as the perpetrator of the crime. This study aims to examine the concept of qarīnah as indirect evidence in Islamic criminal law and Indonesian positive law through the lens of the Jessica Mirna case. Using a comparative conceptual case study approach, this research analyzes how each legal system understands, accepts, and applies qarīnah to establish the perpetrator’s intent in a premeditated murder. The findings reveal that Islamic criminal law regards qarīnah as an important indication that considers the moral aspects and intent of the accused, whereas positive law regulates qarīnah formally through stringent evidentiary procedures stipulated in the Indonesian Criminal Procedure Code. The Jessica-Mirna case demonstrates the practical application of qarīnah in the judicial process, reinforcing the role of indirect evidence in determining truth and justice. This study contributes to expanding the comparative understanding of evidentiary roles in both legal systems while strengthening the relevance of qarīnah in the modern context.
Racun Sianida Sebagai Alat Bukti Kasus Pembunuhan Jessica-Mirna Perspektif Fikih Ahwadzy, Muhammad Arfan
FIQHUL HADITS : Jurnal Kajian Hadits dan Hukum Islam Vol 3 No 1 (2025): FIQHUL HADITS: Jurnal Kajian Hadits dan Hukum Islam
Publisher : Mahad Aly PP Zainul Hasan Genggong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kasus Jessica-Mirna sempat menghebohkan Indonesia karena unsur racun sianida dalam kopi yang disajikan menjadi pusat pembuktian pembunuhan. Dalam proses peradilan, kasus ini menyisakan polemik di antara masyarakat mengenai pro kontra apakah Jessica diputuskan sebagai pihak yang bersalah atau tidak. Berdasarkan hal itu, tujuan penelitian ini berfokus pada analisis kasus kriminal yang melibatkan penggunaan sianida sebagai alat pembunuhan, dengan pendekatan dari perspektif hukum Islam. Penelitian ini berupaya untuk mengeksplorasi bagaimana bukti forensik seperti racun sianida ditinjau dalam kerangka hukum Islam, dengan menimbang konsep pembuktian, keadilan, dan hukuman dalam syariah. Studi ini juga menggali pandangan hukum Islam dalam hukum pidana (jinayat) terkait alat bukti dan cara pembuktian dalam menentukan kesalahan dan hukuman bagi terdakwa dalam kasus-kasus pembunuhan berencana. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode penelitian pustaka. Dalil-dalil primer dalam merumuskan pandangan Islam melalui penelitian ini berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadis, Kaidah Fikih, dan Kutub At-Turas (Kitab Kuning). Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam pandangan Islam, bukti racun sianida dalam kopi dapat dijadikan sebagai indikator tindak pembunuhan berencana yang dilakukan oleh pelaku pembunuhan. Hal ini dideteksi dari dua hal; Pertama, racun sianida merupakan alat yang secara umum dapat mematikan. Kedua, adanya keinginan yang dilakukan oleh pelaku pembunuhan untuk membunuh korban dengan menuangkan cairan tersebut ke dalam kopi. Dengan demikian, pandangan Islam menilai Jessica merupakan pihak yang bersalah dalam masalah pembunuhan yang menewaskan korban jiwa Mirna.