Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Hayati Bactoplus terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Dayang Sumbi Basaruddin; Aluh Nikmatullah; Kisman; Ruth Stella Petrunella
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek Vol. 4 No. 1 (2025): Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jima.v4i1.6230

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk NPK dan frekuensi aplikasi pupuk hayati Bactoplus serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) varietas dayang sumbi. Percobaan ini dilakukan di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur pada bulan Juli – September 2023, dengan penanaman di dalam polybag. Percobaan ditata berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) factorial duaa faktor, yaitu dosis pupuk NPK Ponska (N) dan frekuensi aplikasi pupuk hayati Bactoplus. Dosis pupuk NPK terdiri atas tiga taraf, n1: 100% dosis rekomendasi (750 kg/Ha, n2: 75% dosis rekomendasi (525 kg/Ha) dan n3 : 50% dosis rekomendasi (350kg/Ha), sedangkan frekuensi aplikasi pupuk hayati Bactoplus terdiri atas tiga taraf, yaitu h1: satu kali pemberian (pada saat tanam), h2: dua kali pemberian (pada saat tanam dan tanaman berumur 5 minggu setelah tanam/MST) dan h3: tiga kali pemberian (pada saat tanam, dan tanaman berumur 3 MST dan 6 MST). Data hasil pengamatan dianalisis dengan analilis keragaman/Analysis of variance (Anova) pada taraf nyata 5% dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata yang sama untuk parameter yang berbeda nyata pada uji Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara dosis pemupukan NPK dan frekuensi aplikasi Bactoplus dalam mempengaruhi berat umbi per tanaman. Dosis 50% NPK dan 1 kali pemberian Bactoplus menghasilkan tanaman dengan berat umbi per tanaman tertinggi dengan berat rata-rata 200,48g. Dosis pupuk NPK hanya berpengaruh nyata terhadap berat umbi per tanaman, dengan hasil tertinggi diperoleh pada tanaman yang diberikan 50% NPK, sedangkan frekuensi aplikasi pupuk hayati Bactoplus tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan dan hasil tanaman kentang varietas Dayang Sumbi pada penelitian ini.
Pengaruh Keberadaan Hama Kutu Kebul (Homoptera: Aleyrodidae) terhadap Tingkat Hasil Beberapa Varietas Kentang (Solanum tuberosum L.) di Sembalun Lombok Timur Puput Mei Ardiyani; Muhammad Sarjan; Ruth Stella Petrunella
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek Vol. 4 No. 1 (2025): Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jima.v4i1.7157

Abstract

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi di Indonesia. Salah satu faktor penghambat dalam budidaya kentang adalah keberadaan hama seperti kutu kebul yang berperan sebagai hama langsung maupun vektor virus tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keberadaan hama hama kutu kebul terhadap tingkat hasil pada beberapa varietas tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) Penelitian dilaksanakan di Desa Sembalun, Lombok Timur dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari tiga varietas sebagai perlakuan dan enam ulangan. Data dianalisis menggunakan ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5% serta analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antar varietas terhadap populasi dan intensitas serangan kutu kebul. Tertinggi didapatkan pada varietas Granola yaitu dengan populasi 81,58 individu dan intensitas serangan 11,20%. Hasil umbi kentang tertinggi didapatkan pada varietas Titan dengan jumlah yaitu 29,50 umbi dan berat umbi yaitu 1,23 kg. Temuan ini menunjukkan bahwa varietas Titan lebih tahan terhadap serangan kutu kebul dan dapat direkomendasikan untuk budidaya kentang di daerah Sembalun.
Kelimpahan dan Keragaman Serangga Hama pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) yang Ditumpangsarikan dengan Tanaman Aromatik di Kecamatan Sembalun Ruth Stella Petrunella; Hendri Yanto; M. Taufik Fauzi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek Vol. 4 No. 1 (2025): Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jima.v4i1.7185

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan keragaman serangga hama pada tanaman kentang yang ditumpangsarikan dengan tanaman aromatik di Kecamatan Sembalun. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri dari 4 perlakuan yaitu Kentang Monokultur; Kentang ditumpangsarikan dengan kemangi; Kentang ditumpangsarikan dengan seledri; Kentang ditumpangsarikan dengan bawang daun. Serangga hama yang ditemukan berasal dari 4 ordo, 14 famili, 22 spesies. Jumlah individu hama yang ditemukan selama penelitian pada masing-masing perlakuan tertinggi yaitu pada kentang monokultur (2.316), kemudian kentang ditumpangsarikan dengan seledri dan kentang ditumpangsarikan bawang daun (2.102), dan terendah kentang ditumpangsarikan dengan kemangi (1.915). Indeks keragaman kategori sedang yaitu pada perlakuan kentang ditumpangsarikan dengan kemangi (1,18), kentang monokultur (1,15), dan kentang ditumpangsarikan dengan bawang daun (1,02), kategori rendah pada perlakuan kentang ditumpangsarikan dengan seledri (0,99). Indeks kemerataan serangga hama paling tinggi pada perlakuan kentang ditumpangsarikan dengan kemangi (0,38), kemudian pada perlakuan kentang monokultur dan kentang ditumpangsarikan dengan bawang daun memiliki nilai kemerataan yang sama (0,37), dan paling rendah pada perlakuan kentang ditumpangsarikan dengan seledri (0,32). Indeks dominansi tertinggi pada perlakuan kentang ditumpangsarikan dengan kemangi (1,14), kemudian kentang ditumpangsarikan dengan bawang daun (0,60), selanjutnya pada perlakuan kentang ditumpangsarikan dengan seledri, dan paling rendah kentang monokultur (0,53).