Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pesan Dakwah Dalam Lagu “Ya Asyiqol Musthofa” Cover Versi Nissa Sabyan (Analisis Semiotik Ferdinand De Saussure) Fikri, Alwanul
KOMUNIKA Vol 5 No 1 (2022): Accredited by Kemenristekdikti RI SK No.200/M/KPT/2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/komunika.v5i1.11379

Abstract

Penelitian ini akan mengungkap makna pesan dakwah dalam lagu “Ya Asyiqol Musthofa” yang di cover oleh Grup Musik Sabyan Gambus dengan menggunakan analisis semiotik Ferdinand de Saussure.  Achmad Mushoffa, seorang vokalis Grup Hadroh Al-Mubarok yang berasal dari Kudus merupakan penulis lagu ini. Dalam tulisan ini metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Teori Saussure mengungkapkan bahwa tanda pada hakikatnya mempunyai unsur saling keterkaitan yaitu antara penanda, pertanda maupun makna yang ingin disampaikan kepada para pendengarnya. Lirik Lagu Ya Asyiqol Musthofa berisikan tentang sebuah kerinduan umat kepada sosok Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut dapat ditinjau dari judul lagunya “Ya Asyiqol Musthofa” yang memiliki makna “wahai perindu Nabi”. Dalam proses analisis semiotik ini, penulis mencoba merelevansikan makna dari lirik lagu “Ya Asyiqol Musthofa” dengan pesan dakwah apa yang terdapat di dalamnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam setiap bait lirik lagu “Ya Asyiqol Musthofa” terdapat makna yang memiliki saling keterhubungan antara bait, baik bait satu maupun dengan bait selanjutnya.
Menguatkan Kembali Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat: Belajar dari Kearifan Lokal di Indonesia Hanif, Muhammad; Dewi, Ni Luh Yulyana; Hidajad, Arif; Fikri, Alwanul; Saleh, Fitra
International Journal of Demos (IJD) Volume 4 Issue 4 (2022)
Publisher : HK-Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37950/ijd.v4i4.347

Abstract

Abstract As one of the active volcanoes, Mount Kelud erupted in 2014 and caused quite a big impact, both for nature and the surrounding environment, as well as for the lives of the people around Mount Kelud. However, even though the impact of this volcanic eruption was quite large, the number of victims was small, the process of easy evacuation and rapid rehabilitation made this disaster a model for post-eruption disaster management. This study aims to see how local wisdom can be used as a natural disaster mitigation measure in Indonesia. This research uses a qualitative approach. The data used in this research comes from the results of previous research or studies that have similarities with this research. The results of this study found that the value of local wisdom and togetherness can be the key in disaster mitigation. Local wisdom is the obedience that comes from the community to build harmony in protecting the natural environment. Another local wisdom is to build an emotional bond together through ceremonies and rituals. In the future, this local wisdom can be integrated into education and training, so that disaster mitigation can be done even better. Keywords: Local Wisdom, Disaster Management, Volcanic Eruption, Mount Kelud. Abstrak Sebagai salah satu gunung berapi yang cukup aktif, gunung Kelud Meletus pada tahun 2014 dan menimbulkan dampak yang cukup besar, baik bagi alam dan lingkungan sekitarnya, maupun terhadap kehidupan masyarakat du sekitar gunung Kelud. Namun walaupun dampak dari meletusnya gunung ini cukup besar, namun jumlah korban jiwa yang sedikit, proses evakuasi yang mudah dan rehabilitasi yang cepat menyebabkan bencana ini menjadi model dalam melakukan penagnggulangan bencana pasca erupsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat mengenai bagaimana kearifan lokal dapat digunakan sebagai salah satu langkah mitigasi bencana alam di negara Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitiatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil penelitian atau studi terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa nilai kearifan lokal dan kebersamaan dapat menjadi kunci dalam melakukan mitigasi bencana. Kearifan lokal adalah adanya kepatuhan yang berasal dari masyarakat untuk membangun keharmonisan dalam menjaga lingkunga alam. Kearifan lokal lainnya adalah dengan membangun adanya ikatan emosional bersama melalui upacara dan ritual. Kedepannya, kearifan lokal ini dapat diintegrasikan kepada pendidikan dan pelatihan, agar mitigasi bencana dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Penanggulangan Bencana, Erupsi Volkanik, Gunung Kelud.
Modern Era Da’wah Problems Perspective Surat Taha: 44 Aris Yusuf, Mochamad; Viruliana, Fajrina Margareth; Fikri, Alwanul
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 5 No. 1 (2023): Juni
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v5i1.224

Abstract

With the increasing presence of digital media, the challenges of proselytizing faced by Muslims are also increasingly complex which can haunt Muslims who often access the media. Therefore, the author reveals a phenomenon intertwined in proselytizing activities with the perspective of Taha verse 44. This research is a descriptive qualitative research based on library research. The results of this study revealed that when carrying out proselytizing activities, a da'i should have a good personality, because the success and strength of a proselytizing depends on the person of the proselytizer himself. In the letter of Taha: 44, there is a story of the journey of the prophet Moses and the Prophet Aaron who were commanded by Allah Almighty to provide good education to Pharaoh. The verse explains how important it is as preachers to choose the right method of preaching, namely through rhetoric or meek words. Therefore, meekness is a shaky attitude that is always in demand among many people. So that with that trait will give birth to tranquility and peace for both da'i and mad'u perpetrators. Dengan kehadiran media digital yang semakin tinggi, tantangan dakwah yang dihadapi umat Islam juga semakin kompleks yang dapat menghantui umat Islam yang sering mengakses media. Oleh karena itu, penulis mengungkapkan fenomena yang terjalin dalam aktifitas dakwah dengan perspektif surat Thaha ayat 44. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan berbasis penelitian perpustakaan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa saat melaksanakan aktivitas dakwah, seorang da’i hendaknya memiliki kepribadian yang baik, sebab kesuksesan dan kekuatannya suatu dakwah sangat bergantung kepada pribadi dari pembawa dakwah itu sendiri. dalam surat Taha: 44, terdapat kisah perjalanan nabi Musa dan Nabi Harun yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk memberikan edukasi yang baik kepada Fir’aun. Dalam ayat tersebut dijelaskan betapa pentingnya sebagai para pendakwah memilih metode yang tepat dalam menyampaikan dakwah, yakni melalui retorika atau perkataan yang lemah lembut. Oleh karena itu lemah lembut adalah sikap syahdu yang selalu diminati dikalangan banyak orang. Sehingga dengan sifat itu akan melahirkan ketenangan dan kedamaian baik bagi pelaku da’i maupun mad’u.