Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

VISUALISASI TOKOH NAWANG WULAN DALAM PERTUNJUKAN JAKA TARUB SUTRADARA MAYA ROSALINDA KRISHADIANTI UMAZAH, AULINA; HIDAJAD, ARIF
Solah Vol 8, No 1 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktor merupakan bagian terpenting penyampai gagasan sutradara dalam pertunjukan teater. Dalam penulisan ini lebih menitik beratkan pada poses pemvisualan tokoh Nawang Wulan. Pertunjukan Folklor Jaka Tarub sutradara Maya Rosalinda Krishadianti merupakan salah satu bentuk pertunjukan yang terinspirasi dari Kebudayaan Indonesia yang di jadikan sebagai tempat bersejarah di desa Widodaren Kabupaten Ngawi.. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk memerankan menjadi tokoh Mitologi yang tidak pernah di ketahui asal mula dan keberadaanya,sehinga mempunyai tantangan tersendiri bagi seorang aktor dalam proses pencarian, bentuk pemvisualan tersebut penulis lakukan dengan Teknik Keaktoran WS.Rendra.Teknik keaktoran keaktoran yang di gunakan sebagai pendekatan proses pemvisualan aktor menuju Tokoh Mitologi Nawang Wulan adalah metode pelatihan Rendra yang memiliki 11 Teknik. Berikut ini adalah Teknik yang di maksud : 1) Permainan yang hidup, 2) Mendengar dan menanggapi, 3) Kejelassan dan Kerasnya Ucapan, 4) Membina Klimaks, 5) Bergerak dengan Alasan, 6) Proyeksi, 7) emahami Takaran, 8) Teknik Muncul dan Keluar, 9) Timing, 10) Tempo Permainan, 11) Improvisasi.Hasil dari penggunaan metode keaktoran Rendra sebagai pendekatan pelatihan aktor menunjukan hasil yang signifikan dan dapat di jadikan sebagai acuan oleh aktor dalam proses pencarian. Proses Visualisasi di lakukan oleh aktor tidak hanya mengacu pada Teknik keaktoran Rendra, namun aktor juga melakukan riset dan beberapa eksplorasi di luar Teknik keaktoran Rendra, maka dari itu dalam proses pencarian keaktoran aktor perlu mencari teknik lain untuk di jadikan sebagai bahan pengembangan tokoh Nawang WulanKata Kunci : Visualisasi,Aktor, Folklor Jaka Tarub
METODE PELATIHAN KEAKTORAN PADA EKSTRAKURIKULER TEATER DEKIK SMAN 1 KRAKSAAN GUNAWAN WIBISONO, FERI; HIDAJAD, ARIF
Solah Vol 8, No 1 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metode pelatihan seorang aktor merupakan langkah awal yang menjadi bagian penting bagi seluruh pelatih teater di Indonesia untuk membentuk anak didiknya, terlebih dalam ruang pelajar SMA. Melihat hal tersebut, penulis dalam penelitiannya ini lebih menitik beratkan pada metode pelatihan keaktoran yang di terapkan di teater dekik SMAN 1 Kraksaan, Probolinggo. Metode penelitian yang di gunakan oleh peneliti menggunakan metode kualitatif untuk dapat mendeskripsikan informasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yakni ; Study Pustaka, Pengamatan, Wawancara, dan Dokumentasi. Penulis menggunakan Triangulasi metode, Sumber, dan Waktu untuk dapat menguji keabsahan dan kebenaran penelitian. Teater Dekik merupakan salah satu teater yang masih eksis di kalangan pelajar SMA di Kabupaten Probolinggo, hal tersebut di dukung oleh pelatih yang memiliki metode tersendiri dalam pembentukan aktor. Pelatih mengombinasikan metode keaktoran dari WS. Rendra yang meliputi ; Cara muncul dan keluar, Mendengar dan menanggapi dengan teknik keaktoran stanislavski, antara lain ; Motivasi, Imajinasi, Konsentrasi, Ingatan emosi, Adaptasi, Keadaan kreatif batiniah. Selain itu,metode maju mundur juga menjadi salah satu metode yang mampu menumbuhkan pengetahuan, kreatifitas, dan juga melatih kecerdasan siswa.Kata Kunci : Metode Pelatihan, Aktor, Teater Dekik
PENCIPTAAN TATA ARTISTIK PADA NASKAH ORANG KAYA BARU KARYA MOLIERE SADURAN NANO RIANTIARNO SUTRADADA DODOT WAHYU RISWANDA, ADHITYA; HIDAJAD, ARIF
Solah Vol 8, No 1 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tata Artistik merupakan penampakan visual yang dibuat oleh seorang penata artistik dalam teater uang tujuannya untuk membantu menkomunikasikan pertunjukan teater kepada pennton. Tata Artistik merupakan unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan dari teater, pertunjukan menjadi tidak utuh tanpa adanya tata artistik yang mendukung. Tata artistik memiliki lima unsur bagian yaitu setting, property, make-up, dan kostum yang dapat membantu pementasan menjadi lengkap dan sempurna sebagai pertunjukan. Oleh karena itu penulis memilih tata artistik sebagai ujian tugas akhir karena penulis merasa tertantang dan ingin membuktikan bahwa seorang penata artistik perempuan juga dapat memberikan karya terbaiknya yang tidak kalah jika dibandingkan dengan penata artistik laki-laki lainnya. Dengan mengambil naskah ?Orang Kaya Baru Karya Moliere Saduran Nano Riantiarno Sutradara Dodot?.Naskah asli Moliere yang berjudul ?Le Bourgeouis Gentilhomme? disadur oleh Nano Riantiarno dan dibawa ketahun 1900 dengan judul ?Orang Kaya Baru?, naskah ini membawa dua percampuran adat didalamnya, yaitu akulturasi budaya Betawi dengan Belanda. Oleh karena itu penulis sekaligus penata artistik menghadirkan pencampuran dua adat tersebut kedalam visualisasi penggarapan artistiknya, baik itu pada setting, make-up dan kostum.Metode penggarapan setting yang dipilih penulis berupa set multifungsi dan simbolis dengan mendekatkan pada bentuk bangunan Batavia tahun 1900 dengan penambahan-penambahan sesuai dengan kebutuhan panggung. Pengaplikasian naskah pada pertunjukan menggunakan make-up korektif, makeup karakter, dan make-up fantasi. Penggarapan kostum pada naskah ?Orang Kaya Baru? penulis mengambil pendekatan pada kostum Beatawi dan Belanda pada tahun 1900-an, begitu pula dengan setting yang dibuat juga dibuat sedekat mungkin dengan tahun 1900-an.Setelah melakukan observasi melalui data verbal, data visual dan observasi langsung, penulis sekaligus penata artistik merancang desain setting, make-up, dan kostum untuk naskah ?Orang Kaya Baru Karya Moliere Saduran Nano Riantiarno Sutradara Dodot?. Setelah desain sudah dibuat selanjutnya divisualisasikan secara utuh kedalam sebuah pertunjukan.Kata Kunci : Tata Artistik, Setting, Make-up, Kostum, Orang Kaya Baru.
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN KARAWITAN DI SMAN 1 DONGKO KABUPATEN TRENGGALEK RIRIS SWASTUTI RAHAYU, TITIK; HIDAJAD, ARIF
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ekstrakurikuler yang ada di SMAN 1 Dongko Kabupaten Trenggalek salah satunya kesenian karawitan yang terbentuk pada tahun 2009 bulan April, terbentuk atas dasar antusias siswa yang sangat banyak terhadap kesenian karawitan dan kesenian paling berpotensi. Latihan ekstrakurikuler dilakukan dua kali dalam satu minggu, materi yang diajarkan berpedoman pada buku karangan dari Ki Narto Subdho dan di tulis oleh A.Sugiarto, S.Kar.dengan judul buku ?Kumpulan Gending Jawa Karya Ki Narto Sabdho?, dengan metode pengajaran pembelajaran melalui seni dan pembelajaran tentang seni. Media yang digunakan berupa media visual dan audio visual, serta dilengkapi dengan seperangkat gamelan. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif menurut Kirk & Miller (dalam Nasution 1988:23), dengan menggunakan teknik studi pusta berupa reverensi dari pustaka cetakan dan studi lapangan berupa: observasi, wawancara dan dokumentasi dalam pengumpulan data. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini seperti (1)Reduksi data, (2)Penyajian data (3)Pengambilan kesimpulan. Validasi data dalam penelitian ini (1)Triangulasi Sumber dan (2)Triangulasi metode. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kesenian karawitan di SMAN 1 Dongko kabupaten Trenggalek sebagai media pembentukan karakter, pembentuk budi luhur yang halus, dengan melalui gending-gending yang dimainkan secara tidak langsung mampu membentuk perilaku yang halus, karena gending yang di mainkan meliputi gending-gending klasik yang bernuansa halus dan rancak, sehingga gending dalam karawitan bisa sebagai terapi kepribadian siswa. Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Ekstrakurikuler, Karawitan.
PENDIDIKAN INDONESIA : RAMAI DI DAPUR, SEPI DI PANGGUNG ( SEBUAH TINJAUAN PERKEMBANGAN ) Hidajad, Arif
GETER Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK  Pendidikan adalah pondasi sebuah bangsa. Pembentukan pola pikir, bertindak dan mengembangkan lingkungan diajarkan dan di transformasikan melalui dunia pendidikan. Sejarah pendidikan kita belum mempunyai pondasi kultural secara mandiri. Kurikulum yang berkembang belum bisa menghadirkan kebutuhan pembentukan karakter anak didik. Hal tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, namun berkaitan dengan politik, ekonomi, dan arah pembangunan bangsa Indonesia.Ditinjau dari sejarah, pendidikan Indonesia selalu mencari formulasi yang tepat. Ketepatan itu baru sebatas kebutuhan pembangunan dan tergantung arah politik pada saat itu. Konsep pendidikan menjadi tidak permanen dan selalu berubah. Dunia pendidikan kita selalu berkaca pada pola pendidikan diluar Indonesia. Padahal secara kultural bangsa tersebut sudah dulu berkembang dan melalui tahapan yang panjang. Sementara kemajuan jaman mendorong kita untuk instan, begitu juga konsep pendidikan yang diadopsi. Padahal secara sejarah kita bisa membuat konsep pendidikan dari keberagaman kultural yang ada. Tanpa harus tergesa menerapkanya dan butuh waktu. Pendidikan hendaknya bisa menjadi seutuhnya selain mencerdaskan juga membentuk manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter adalah membentuk insan yang membumu dan tidak asing dengan lingkunganya sendiri. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah studi dokumen dan pustaka serta pengalaman selama menjadi pengajar.Sebagai bangsa yang merdeka kita tentu mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bangsa lain. Selama ini kita selalu mengadopsi pola pendidikan kita dari luar yang tidak berakar dari akar budaya sendiri. Paling tidak kita sudah mempunyai dasar pijakan yaitu kebudayaan yang didalamnya mengandung pemngajaran tentang karakter.  
ANALISIS TOKOH MINKE DALAM NASKAH DRAMA “BUNGA PENUTUP ABAD” ADAPTASI WAWAN SOFWAN NIZAR MAULANA, FAHMI; HIDAJAD, ARIF
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 1, No 15 (2020)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractMinke is one of Pramoedya Ananta Toer character which is popular among activists, and literateur. His popularity is caused by His courage to fight for basic human rights through His written opinion on the newspaper, although in the end He had to accept His defeat, to be exiled and died in prison. His bravery is admired by His fans. Some people even use ?Minke? as their alias name in eeryday life. The journey of Minke, written in Pramoedya Ananta toer?s Pulau Buru Tetralogy has been adapted into a new medium such as movies and theater. One of them is Bunga Penutup Abad show which is succesfully held by Titi Mangsa Foundation from 2016-2018 in Jakarta?s Theater, Ismail Marzuki Park. In the past three years, Bunga Penutup Abad has never been devoid of spectators who have known Minke from Pramoedya Ananta Toer?s Pulau Buru Tetralogy.Data collection is done by observation, literature study, interview, and documentation. Data Analysis used is data reduction, and data presentation.The result of tHis study is to explicate Minke?s character in accordance with the rules, namely the aspects of characterization, such as psychological, sosiological, physiological, Minke?s position as a character in the playscript, and look for the character uniqueness so that him is loved by people. Psychologically, Minke character development can be devided into two, the first one is before Annelies gone, and the second is, after Annelies gone. Sosiologically, Minke comes from a group of native nobility who is faced difficulties in socializing with people around him, because His perspective is different from any natives. Physiologically, Minke has Javanese people typical physical appereance, which is brown skinned, and wearing Surakarta?s Javanese traditional clothing as everyday outfit. Minke?s position in the playscript, is protagonist whom is complexly written so, He is able to get emphaty from the audience.Keywords: Minke, Bunga Penutup Abad, Analysis, Character
PENDIDIKAN INDONESIA : RAMAI DI DAPUR, SEPI DI PANGGUNG ( Sebuah Tinjauan Perkembangan ) Hidajad, Arif
GETER Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v2n2.p1-11

Abstract

ABSTRAK  Pendidikan adalah pondasi sebuah bangsa. Pembentukan pola pikir, bertindak dan mengembangkan lingkungan diajarkan dan di transformasikan melalui dunia pendidikan. Sejarah pendidikan kita belum mempunyai pondasi kultural secara mandiri. Kurikulum yang berkembang belum bisa menghadirkan kebutuhan pembentukan karakter anak didik. Hal tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, namun berkaitan dengan politik, ekonomi, dan arah pembangunan bangsa Indonesia.Ditinjau dari sejarah, pendidikan Indonesia selalu mencari formulasi yang tepat. Ketepatan itu baru sebatas kebutuhan pembangunan dan tergantung arah politik pada saat itu. Konsep pendidikan menjadi tidak permanen dan selalu berubah. Dunia pendidikan kita selalu berkaca pada pola pendidikan diluar Indonesia. Padahal secara kultural bangsa tersebut sudah dulu berkembang dan melalui tahapan yang panjang. Sementara kemajuan jaman mendorong kita untuk instan, begitu juga konsep pendidikan yang diadopsi. Padahal secara sejarah kita bisa membuat konsep pendidikan dari keberagaman kultural yang ada. Tanpa harus tergesa menerapkanya dan butuh waktu. Pendidikan hendaknya bisa menjadi seutuhnya selain mencerdaskan juga membentuk manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter adalah membentuk insan yang membumu dan tidak asing dengan lingkunganya sendiri. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah studi dokumen dan pustaka serta pengalaman selama menjadi pengajar.Sebagai bangsa yang merdeka kita tentu mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bangsa lain. Selama ini kita selalu mengadopsi pola pendidikan kita dari luar yang tidak berakar dari akar budaya sendiri. Paling tidak kita sudah mempunyai dasar pijakan yaitu kebudayaan yang didalamnya mengandung pemngajaran tentang karakter.  
The E Gamelan Media Sulfegio Dalam Meningkatkan Ketrampilan Praktik : Pembelajaran musik tradisi melalui E Gamelan Partiyah; Sasanadjati, Jajuk Dwi; Sugito, Bambang; Arif Hidajad; Yanuartuti, Setyo
GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik Vol 6 No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Prodi S1 Pendidikan Sendratasik FBS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v6n2.p46-59

Abstract

E gamelan merupakan sebuah aplikasi untuk pembelajaran interaktif pada materi pelajaran musik tradisional. E gamelan digunakan untuk melatih sofegio peserta didik dalam mempelajari nada. Solfegio sangat penting sebagai pembeda nada untuk memberikan kontribusi terhadap nada pentatonis. Bila memiliki sofegio yang tinggi maka mampu memberikan perbedaan nada pada gamelan. E gamelan bisa memberikan kontribusi terhadap nada yang dibunyikan. Ketrampilan dalam melakukan pembeda nada pada media E gamelan pendengaran akan masuk ke dalam sensorik otak menyimpan pembeda nada pentatonik. Sehingga kemampuan mengingat lebih tinggi sebagai pijakan awal untuk skil keterampilan menabuh gamelan. Ketika terampil pada media E gamelan mampu membunyikan nada nada pentatonik sesuai dengan melodi nada yang telah ditentukan untuk diaplikasikan ke dalam instrumen gamelan. Hal ini juga memberikan kemudahan dalam menunjang siswa belajar karawitan 90% trampil dalam E gamelan mampu melakukan praktik ke dalam instrumen gamelan. Bagi siswa yang masih 50% dalam E gamelan mereka mampu melakukan praktik di gamelan hanya mencapai 40 %. Hal ini berdasarkan data pengambilan penilaian terhadap siswa yang menggunakan E gamelan. Melalui tes diaknosis rata rata siswa tidak pernah mendengar nada nada pentatonik dalam gamelan. Setelah menggunakan E gamelan mereka mampu mengaplikasikan kedalam instrumen hasil dari penilaian praktik instrumen gamelan.
The Impact of Covid-19 on Student Achievement in Higher Education Hidajad, Arif; Cale, Woolnough; Jonathan, Bouyea
International Journal of Educational Narratives Vol. 2 No. 3 (2024)
Publisher : Yayasan Pendidikan Islam Daarut Thufulah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70177/ijen.v2i3.1059

Abstract

Background. The Covid-19 pandemic has a huge impact on various fields, especially in the world of education. Learning that was originally carried out face-to-face becomes learning that is carried out online or online. Purpose. Online learning has been approved by the government because it is one of the solutions to overcome the spread of the covid-19 virus. The purpose of this study is to be able to test the hypothesis regarding the impact of covid-19 on student achievement. Method. The method used in this research is quantitative method, the data obtained through distributing questionnaires by utilising google from.   Results. he results of this study indicate that lectures conducted online during covid-19 have a huge impact on the achievements obtained by students. Conclusion. The conclusion of the study shows that there is a significant relationship between learning conducted online during the covid-19 pandemic and the learning achievements obtained by students.  
The Civilization of Sandur Watch’s Transcendence in the Age of Globalization Hidajad, Arif; Zulaeha, Ida; Sahid, Nur; Cahyono, Agus
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 22, No 1 (2022): June 2022
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v22i1.34803

Abstract

This research departs from the background that Sandur has a form of sublimation of transcendent normativity values conveyed through folk theater products. The main focus of the problem’s formulation in this study is to analyze the symbol system in Sandur, which is to connect to the meaning of transcendence normativity to be associated with the area of civilized society in the era of globalization. The aim is to prove the existence of the normative meaning of transcendence from the symbol system of Sandur’s spectacle and to implement the meaning of the normativity of the transcendence of Sandur as an effort to civilize society to face the negativity of globalization. The analysis in this study was carried out using descriptive qualitative methods through observation, interviews, documentation, and literature, then described based on the concept of Clifford Geertz’s interpretive anthropology. The results obtained in this study are (1) the symbol system in Sandur’s rituals, scenes, and songs has a transcendent normativity in the form of Mutmainah’s attitude and Beyond meaning, as a network of interactions and relationships in the vertical and horizontal dimensions, and (2) the transcendence civilization of Sandur’s spectacle in the era of globalization through Beyond meanings and attitudes Mutmainah to face the negative culture of globalization that allows the occurrence of cultural and moral decadence. The problem that becomes the focus of the transcendence civilization of Sandur’s spectacle in this study is not rejecting the achievement of globalization progress but rather an attempt to internalize the values in the sign of globalization to maintain the mentality of cultural ecstasy of the people born of transcendence normativity.