Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perceptions Of Brawijaya University Students PSDKU Kediri Towards Early Marriage sintya, herlina; rachma, aulia; bahtiar, rafi; furoida, syifa; muhammad, aditia
At-Tuhfah : Jurnal Studi Keislaman Vol. 13 No. 2 (2024): At-Tuhfah : Jurnal Studi Keislaman
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32665/attuhfah.v13i2.1619

Abstract

The term early marriage is a relatively modern term. Early is usually related to time, meaning very young. Conversely, marriage that is out of date. In ancient times, people considered child marriage to be something common. Along with the development of the times, the image formed in society has also changed. The rapid flow of globalization has changed the paradigm of thinking of all levels of society. Higher education and a safer social environment limit the decision to marry at an early age. The research method used is a descriptive qualitative method. The population of this study were all PSDKU students of Brawijaya University, Kediri and the informants in this study numbered 22 people. The results showed that 16 respondents made plans not to marry at a young age. According to the survey results, the ideal age to marry is between 26 and 30 years. Respondents stated that they were neutral towards child marriage, and eight respondents agreed with the same ratio of 36.4% of all respondents. The better the environment, starting from the family, the more likely the individual is to think about or influence the decision to marry young. Situations where young people decide to marry are often encountered by respondents with the highest level in terms of socio-cultural factors. According to respondents, early marriage can prevent adultery. Child marriage is not the main solution to prevent adultery in this modern era. Many things can be done, such as proper parenting techniques, counseling teenagers about the negative impacts of early marriage, and other preventive measures.
Pathway linking executive function problems and non-suicidal self-injury among adolescents: The mediating role of emotion dysregulation Rachma, Aulia; Hendrawan, Donny
Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi Vol. 10 No. 1 (2025)
Publisher : Faculty of Psychology and Health - Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/pjpp.v10i1.23353

Abstract

Non-suicidal self-injury (NSSI) is a prevalent mental health issue among adolescents, with difficulties in emotional regulation identified as a significant predictor of such behavior. A set of neurocognitive skills known as executive function (EF) is also linked to NSSI. This study investigates the relationship between executive function problems and NSSI behavior, explicitly examining the mediating role of emotional dysregulation. Participants were selected using a non-probability purposive sampling technique, with the final sample consisting of 211 Indonesian adolescents aged between 12 and 18 (M = 14.57, SD = 1.42). The measurement instruments included the Teenage Executive Function Inventory (TEXI), the Cognitive Flexibility Scale (CFS), the Difficulties in Emotion Regulation Scale Short Form (DERS-SF), and the Deliberate Self-Harm Inventory (DSHI). Mediation analysis using the PROCESS macro for SPSS (model 4), revealed that emotion dysregulation significantly mediated the relationship between EF problems and NSSI. The indirect effect of EF problems and NSSI through emotion dysregulation was statistically significant (B = 0.203, 95% CI [0.0805, 0.3741]). Adolescents with lower EF are more prone to emotional difficulties, thus increasing the risk of NSSI. The study provides implications that help elucidate the dynamics of the NSSI phenomenon among adolescents. Furthermore, the findings highlight the need for interventions targeting both cognitive and emotional regulation skills to reduce NSSI in adolescents and promote overall mental health and well-being.  
Pengaruh Pembelajaran Mendongeng Terhadap Karakter Peduli Lingkungan pada Anak di RPTRA Beringin Indah Rawamangun rachma, aulia; Nur Aryanti, Silvia Nita; Lestari, Ferra Rossa; Fitriyanti, Anneu; Aulia, Rahma; Khoirunisa, Devi Nur; Eriyani, Reni Nur
Jurnal Abdimas: Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat Vol 7 No 1 (2025)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30630/jppm.v7i1.1421

Abstract

Sistem pengelolaan sampah yang kurang baik serta adanya pencemaran air dan udara menyebabkan kualitas lingkungan hidup yang rendah di masyarakat karena mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian lingkungan di masyarakat masih sangat rendah. Setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjaga kebersihan lingkungan. Untuk itu dibutuhkan sebuah tindakan guna meningkatkan kepedulian lingkungan di masyarakat sejak dini. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah dilaksanakannya pelatihan mendongeng bertemakan lingkungan pada anak di RPTRA. Metode pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam beberapa proses yakni tahap perencanaan, tahap asesmen, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi kegiatan. Hasil kegiatan pelatihan ini menunjukkan adanya pengaruh peningkatan karakter peduli lingkungan pada anak di RPTRA. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai pre-test post test sebesar 26% serta kemampuan anak untuk mendongeng bertemakan lingkungan. Kegiatan pelatihan ini diharapkan mampu memberikan perubahan yang baik bagi anak-anak di RPTRA dalam peningkatan karakter peduli lingkungan. Pengaruh penelitian menunjukkan peningkatan pemahaman pentingnya menjaga lingkungan, kegiatan mendongeng tidak hanya mengajarkan nilai – nilai lingkungan, tetapi juga mengembangkan kreativitas dan kemampuan komunikasi anak - anak. Dengan demikian pendekatan melalui pelatihan mendongeng dapat menjadi strategi yang efektif dalam menanamkan nilai kepedulian lingkungan sejak dini.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN FAKTOR RISIKO STROKE DI DESA NAMBO KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR TAHUN 2024 Sudarsono, Ari; Pambudi, Restu Arya; Rachma, Aulia; Khairunnisa, Faiza Khanza; Ryananda, Muhammad Rafi; Maitsa, Rheina Rifda; Maharani, Utari; Sigrowati, Wahyu
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 3 No 01 (2024): Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia
Publisher : IFI cabang Kota Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59946/jpmfki.2024.333

Abstract

Stroke merupakan suatu tanda klinis yang terjadi secara cepat atau tiba-tiba dengan perburukan fokal (atau global) fungsi otak, dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa penyebab yang jelas selain vaskular. Data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2019 menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (19,42% dari seluruh kematian). Tujuan fisioterapi komunitas ini adalah untuk mengetahui proses fisioterapi dalam pemberdayaan masyarakat terhadap faktor risiko stroke untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat Desa Nambo. Jenis kegiatan yang dilakukan berupa melakukan pre dan post test mengenai tingkat pengetahuan faktor risiko stroke, penyuluhan berupa edukasi, dan mempraktikan latihan untuk mengurangi gejala. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan di Desa Nambo, didapati masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan. Selain itu, berdasarkan pendataan sebanyak 89 orang mengidap Penyakit Tidak Menular (PTM) diantaranya terdapat hipertensi, diabetes, dan faktor risiko stroke, sehingga dilakukan screening lebih lanjut untuk mengetahui kategori faktor risiko stroke sebanyak 45 orang, dengan kategori risiko tinggi sebanyak 26 orang, hati-hati sebanyak 12 orang, dan risiko rendah sebanyak 7 orang. Setelah diberikan kuesioner dan dianalisis, tingkat pengetahuan penduduk Desa Nambo mengalami peningkatan secara signifikan dengan rata-rata (20,89%). Dengan perbandingan rata-rata tingkat pengetahuan masyarakat sebelum dilakukan pemberdayaan pada pre-test sebesar (58,89%) dan setelah dilakukan pemberdayaan pada post-test (79,78%). Dengan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa Fisioterapi Komunitas di Desa Nambo efektif untuk meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko stroke.