p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Journal Juridisch
Meidianto, Gunawan
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Reformulasi Sistem Pemungutan Suara Dalam Pemilihan Umum di Indonesia Mulyanto, Wiwit; Meidianto, Gunawan; Junaidi, Muhammad; Arifin, Zaenal; Rizal, Arief
Journal Juridisch Vol. 2 No. 2 (2024): JULY
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/jj.v2i2.8175

Abstract

The aim of this research is to determine and analyze the position of e-voting in current election laws and regulations and the reformulation of the voting system in elections in Indonesia. E-voting can be a solution to increase voter participation, especially among voters who live abroad or in remote areas. With the existence of an electronic voting system, voters can more easily cast their votes without having to come to a physical polling place. The type of legal research used is normative. Data analysis was carried out descriptively and qualitatively. The position of e-voting in election laws and regulations is currently not regulated. This has resulted in the absence of e-voting in voting in the election system in Indonesia. The reformulation that can be carried out is by including a new article in Law Number 7 of 2017 concerning General Elections which specifically regulates e-voting in voting in future elections. Which is then accompanied by General Election Commission Regulations regarding the e-voting system in voting in elections in Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan e-voting dalam peraturan perundang-undangan pemilu saat ini dan reformulasi sitem pemungutansuara dalam pemilu di Indonesia. E-voting dapat menjadi solusi untuk meningkatkan partisipasi pemilih, terutama di kalangan pemilih yang tinggal di luar negeri atau daerah terpencil. Dengan adanya sistem pemungutan suara elektronik, pemilih dapat lebih mudah memberikan suara mereka tanpa harus datang ke tempat pemungutan suara fisik. Jenis penelitian hukum yang digunakan adalah normatif. Analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Kedudukan e-voting dalam peraturan perundang-undangan pemilu saat ini belum diatur. Sehingga mengakibatkan belum adanya pelaksanaan e-voting dalam pemungutan suara pada sistem Pemilu di Indonesia. Adapun reformulasi yang dapat dilakukan ialah dengan memuat pasal baru di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang secara khusus mengatur perihal e-voting didalam pemnugutan suara di pemilu pada masa akan datang. Yang kemudian disertai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum terkait system e-voting dalam pemungutan suara pada pemilu di Indonesia.
Restorative Justice Melalui Sanksi Adat Terangkat Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Perzinaan Meidianto, Gunawan; Amri Panahatan Sihotang,; Aan Tawli
Journal Juridisch Vol. 3 No. 1 (2025): MARCH
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/jj.v3i1.11378

Abstract

This study aims to analyze the application of Adat Terangkat customary sanctions in resolving adultery cases in Peniti Village and to examine their conformity with the principles of restorative justice. The background of this research lies in the limitations of national law in addressing adultery, while customary law remains alive and consistently practiced in local communities. The urgency of this study is based on the scarcity of research linking customary sanctions with restorative justice, as well as the importance of developing a dispute resolution model that aligns with local wisdom while remaining consistent with the rule of law and human rights. The research employs a qualitative method with a socio-legal approach through interviews, observations, and documentation analyzed using triangulation. The findings reveal that the Adat Terangkat sanction is not merely punitive but emphasizes social recovery, reconciliation, and the restoration of community balance. The novelty of this study lies in highlighting that integrating customary law with restorative justice can serve as an alternative form of criminal resolution grounded in local wisdom. The study concludes that customary law can complement national law by providing a more contextual and inclusive mechanism of resolution. The recommendation is to synchronize regulations between state law and customary law and to strengthen the capacity of customary leaders so that the implementation of restorative justice through customary sanctions is truly fair, proportional, and sustainable.   Penelitian ini bertujuan menganalisis penerapan sanksi adat Terangkat dalam penyelesaian tindak pidana perzinaan di Desa Peniti serta menelaah kesesuaiannya dengan prinsip restoratif justice. Latar belakang penelitian ini didorong oleh keterbatasan hukum nasional dalam menangani kasus perzinaan, sementara hukum adat terbukti masih hidup dan diterapkan secara konsisten di masyarakat. Urgensi penelitian ini terletak pada masih minimnya kajian yang mengaitkan penerapan sanksi adat dengan konsep restoratif justice serta pentingnya menemukan model penyelesaian yang sesuai dengan kearifan lokal namun tetap sejalan dengan prinsip negara hukum dan hak asasi manusia. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dianalisis dengan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanksi adat Terangkat tidak hanya bersifat punitif, tetapi lebih menekankan pemulihan sosial, rekonsiliasi, dan pengembalian keseimbangan masyarakat. Kebaruan penelitian ini terletak pada penegasan bahwa integrasi hukum adat dengan konsep restoratif justice dapat menjadi alternatif penyelesaian pidana berbasis kearifan lokal. Kesimpulannya, hukum adat dapat melengkapi hukum nasional dengan memberikan mekanisme penyelesaian yang lebih kontekstual dan inklusif. Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya sinkronisasi regulasi antara hukum negara dan hukum adat serta penguatan kapasitas aparat adat agar implementasi restoratif justice melalui sanksi adat benar-benar adil, proporsional, dan berkelanjutan.