Zahra, Zalzabila Asnika
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

IMPLEMENTASI KONSEP IMMERSIVE EXPERIENCE PADA DESAIN MUSEUM GUNUNGAPI MERAPI YOGYAKARTA Zahra, Zalzabila Asnika; Cardiah, Tita; Widyaevan, Dea Aulia; Nabila, Ganesha Puspa
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 8 No 3 (2024): Jurnal Arsitektur ARCADE September 2024
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Implementation of the immersive experience concept in the design of the Merapi Volcano Museum in Yogyakarta to give visitors the experience of Mount Merapi to feel like they are in the real world. Because this immersive experience makes learning or providing information interesting and memorable for museum visitors. The phenomenon of museum fatigue is also one of the factors in the decline in the number of museum visitors in Indonesia, which was first put forward in 1916 by Benjamin Gilman who discussed the phenomenon of the decline in the number of museum visitors that occurred over several time periods. Problems based on the interior design components for the Merapi Volcano Museum are as follows: 1. Lack of interactive display facilities. The delivery of information is still difficult to understand because the delivery of collection information is presented in long text so that visitors rarely read the information. 2. Too much use of natural lighting in the exhibition causes visitors to be distracted from observing digital displays. Data collection for the design of the Merapi Volcano Museum used several stages, namely interviews, observation, references, perception and design. The findings from this immersive experience include the use of 3D dioramas, the use of audio in the form of eruptions from the Merapi volcano, the use of XR, VR, interactive layers and earthquake displays.Keyword: museum, immersive experince, displayAbstrak: Implentasi konsep immersive experince pada desain Museum Gunungapi Merapi di Yogyakarta untuk memberikan experience gunung merapi kepada para pengunjung merasakan berada seperti dalam dunia yang sesungguhnya. Karena dengan adanya immersive experience ini membuat pembelajaran atau pemberian informasi menjadi menarik dan juga berkesan bagi para pengunjung museum. Fenomena kelelahan museum atau museum fatigue juga menjadi salah satu faktor menurunnya jumlah pengunjung museum di Indonesia, yang dikemukakan pertama kali pada tahun 1916 oleh Benjamin Gilman yang membahas mengenai fenomena penurunan jumlah pengunjung museum yang terjadi dalam beberapa periode waktu. Permasalahan berdasarkan komponen perancangan interior untuk Museum Gunungapi Merapi adalah sebagai berikut: Pertama, kurangnya fasilitas display interaktif. penyampaian informasi yang masih sulit dipahami karena penyampaian informasi koleksi dipaparkan dalam bentuk teks panjang sehingga pengunjung jarang yang membaca informasi. Kedua, terlalu banyaknya penggunaan pencahayaan alami di dalam pameran yang menyebabkan terganggunya pengunjung dalam mengamati display yang ditampilkan secara digital. Pengambilan data perancangan Museum Gunung Api Merapi ini menggunakan beberapa tahap yaitu wawancara, observasi, referensi, perencanaan dan perancangan. Metoda pembahasan adalah perencanaan dan perancangan. Temuan dari immersive experience ini berupa penggunaan 3D diorama, penggunaan audio berupa letusan dari gunungapi Merapi, penggunaan XR, VR, layar interaktif serta peraga gempa bumiKata Kunci: museum, immersive experince, display