p-Index From 2020 - 2025
1.944
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Penataan Ruang
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pemodelan Faktor yang Mempengaruhi Sistem Housing Career Penghuni Rusunawa di Kota Surabaya (Studi Kasus di Tiga Tipologi Penghuni Rusunawa) Aisyah Nur Az Zahra; I Dewa Made Frendika Septanaya
Jurnal Penataan Ruang Vol. 19 No. 1 (2024): Jurnal Penataan Ruang 2024
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v19i1.2787

Abstract

Salah satu masalah perumahan di Indonesia adalah kemudahan akses terhadap perumahan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah, terutama di kota-kota besar seperti Surabaya. Untuk memenuhi kebutuhan akan hunian, rumah susun sederhana sewa (rsunawa) digagas sebagai solusi dari permasalahan hunian untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). MBR dapat menyewa rusunawa yang dimaksudkan sebagai tempat tinggal yang bersifat temporer sebagaimana dicantumkan dalam pasal 2 Peraturan Walikota Surabaya No. 83 Tahun 2022. Walaupun Rusunawa bersifat temporer, masih banyak dari penghuni yang telah menghuni Rusunawa hingga puluhan tahun. Ini tidak selaras dengan teori housing career yang menyatakan perubahan dalam hidup individu dapat memengaruhi keputusan berpindah. Penelitian dilakukan untuk mencari faktor yang signifikan mempengaruhi housing career penghuni Rusunawa dan memodelkannya. Menggunakan metode partial least square (PLS) sebagai alat analisis, didapatkan hasil empat variabel berperan signifikan dalam menentukan keputusan penghuni untuk pindah dari Rusunawa yaitu variabel sumber daya, gaya hidup, pasar perumahan, dan kebijakan.
Hubungan Preferensi dan Kepuasan Penghuni Perumahan Informal di Kota Surabaya Salsabila Amanda Zahra; I Dewa Made Frendika Septanaya
Jurnal Penataan Ruang Vol. 19 No. 2 (2024): Jurnal Penataan Ruang 2024
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v19i2.2798

Abstract

Seiring dengan pertumbuhan populasi perkotaan, kebutuhan akan hunian semakin meningkat, namun sering kalitidak diimbangi oleh penyediaan perumahan yang memadai. Hal ini menyebabkan munculnya permukiman informal, yang umumnya berkembang di luar regulasi formal dan memiliki kualitas infrastruktur dasar yang rendah. Kecamatan Gunung Anyar di Surabaya menjadi salah satu kawasan di mana permukiman informal berkembang pesat tanpa izin resmi, dengan kondisi infrastruktur dan lingkungan yang jauh dari ideal. Meskipun demikian, banyak penghuni yang memilih kawasan ini sebagai tempat tinggal karena faktor lokasi strategis dan aksesibilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara preferensi penghuni terhadap hunian ideal dengan tingkat kepuasan mereka dalam kondisi permukiman informal di Kecamatan Gunung Anyar. Data diperoleh melalui survei terhadap 74 responden denganskala Likert untuk menilai preferensi dan kepuasan, serta dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan regresi linier sederhana. Hasil analisis menunjukkan bahwa preferensi penghuni terhadap kondisi ideal berhubungan positif dengan kepuasan, dengan koefisien determinasi sebesar 56,2%. Hal ini menunjukkan bahwa 56,2% variasi kepuasan penghuni dipengaruhi oleh preferensi mereka terhadap hunian ideal. Meskipun preferensi penghuni terhadap kualitas hunian cukup tinggi, masih banyak aspek penting, seperti infrastruktur dasar, yang belum terpenuhi sehingga kepuasan yangdirasakan masih terbatas. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya perencanaan dan pengembangan perumahan informal yang lebih terarah untuk meningkatkan kualitas hidup penghuni.
Pemodelan Faktor yang Mempengaruhi Sistem Housing Career Penghuni Rusunawa di Kota Surabaya (Studi Kasus di Tiga Tipologi Penghuni Rusunawa) Aisyah Nur Az Zahra; I Dewa Made Frendika Septanaya
Jurnal Penataan Ruang Vol. 19 No. 2 (2024): Jurnal Penataan Ruang 2024
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v19i2.4131

Abstract

Kelurahan Peneleh, yang terletak di pusat Kota Surabaya, mempunyai daya tarik wisata berupa peninggalan sejarah. Dinamika perkembangan pariwisata telah terjadi di kampung ini yang ditunjukkan melalui peningkatan jumlah kunjungan wisatawan secara bertahap setelah mengalami penurunan signifikan akibat pandemi Covid-19. Dalam mendukung pengelolaan pariwisata oleh warga Peneleh, telah terdapat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang menjadi modal utama perwujudan Community Based Tourism (CBT). CBT merupakan pariwisata yang melibatkan partisipasi aktif dan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Permasalahan ditemukan masih lemahnya keberadaan Pokdarwis serta rendahnya partisipasi warga lokal dimana dapat mengancam eksistensi Peneleh kedepannya. Dalam menjaga eksistensinya, ketahanan masyarakat sebagai pelaku industri pariwisata dibutuhkan untuk beradaptasi, pulih, dan bertahan dari dinamika pariwisata yang terjadi seperti pandemi dan modernisasi perkotaan. Adapun, masyarakat sebagai stakeholder yang berperan dalam pengembangan pariwisata, memiliki pengaruh dan kepentingannya masing-masing. Guna mendukung pariwisata berkelanjutan, perlu mengetahui kondisi keduanya (ketahanan serta peran masyarakat) sebagai dasar dalam merumuskan strategi pengembangan CBT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan strategi peningkatan ketahanan masyarakat ketika menghadapi situasi unpredictable yang mengancam eksistensi Peneleh sesuai dengan peran stakeholder masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Data penelitian diperoleh melalui studi literatur, observasi non partisipan, dan wawancara mendalam kepada responden masyarakat melalui teknik snowballing dan purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik skoring statistik dan content analysis. Pokdarwis merupakan stakeholder yang paling berkepentingan dan berpengaruh serta berperan sebagai konseptor, regulator, fasilitator, implementer, koordinator, dan akselerator. Ketahanan ekonomi paling rendah, begitu juga dengan ketahanan sosial dan kelembagaan yang ketiganya di bawah rata-rata ketahanan keseluruhan. Dengan demikian, perumusan strategi difokuskan untuk meningkatkan ketiga aspek tersebut, yakni terkait dengan: pembentukan komunitas bisnis, pembangunan balai kreatif dan koperasi pariwisata, pengadaan lokakarya kreatif, serta pengaturan monitoring dan evaluasi partisipatif.
Skenario Penyediaan Pos Pemadam Kebakaran Untuk Melayani Bangunan Tinggi di Kota Surabaya Berdasarkan Waktu Tanggap Ideal Caesaryo Arif Wibowo; I Dewa Made Frendika Septanaya
Jurnal Penataan Ruang Vol. 19 (2024): Special Edition : Jurnal Penataan Ruang 2024
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v19i.4135

Abstract

Fenomena perkembangan bangunan tinggi di Kota Surabaya mengakibatkan perlunya dukungan layanan pemadam kebakaran kota dalam waktu cepat karena karakteristik bangunan tinggi yang membutuhkan waktu evakuasi lebih panjang, akses yang sulit, maupun keamanan struktural bangunan tinggi. Meskipun demikian, faktanya layanan pos pemadam kebakaran saat ini masih belum sepenuhnya menjangkau titik bangunan tinggi (eksisting maupun rencana) dalam waktu tanggap ideal di Kota Surabaya. Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi layanan pos pemadam kebakaran eksisting dan merekomendasikan lokasi pos baru agar seluruh bangunan tinggi di Kota Surabaya dapat terlayani dalam waktu tanggap ideal. Analisis closest facility berbasis GIS digunakan untuk mengevaluasi layanan pos pemadam eksisting dan analisis location-allocation digunakan untuk merekomendasikan jumlah dan sebaran penambahan pos pemadam kebakaran baru dengan mempertimbangkan hambatan dan kecepatan lalu lintas ideal yang menentukan waktu tempuh menuju ke lokasi kebakaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 1.018 bangunan yang masuk dalam jangkauan layanan pos pemadam kebakaran eksisting dengan waktu tanggap ideal, sementara 452 bangunan di luar jangkauan. Oleh sebab itu, dibutuhkan 1 pos baru agar seluruh bangunan tinggi terlayani dengan skenario yang optimal. Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan kebijakan kota untuk memasukkan ketentuan yang lebih komprehensif mengenai kebutuhan fasilitas pemadam kebakaran, mencakup penambahan pos pemadam kebakaran di lokasi-lokasi yang strategis dan padat bangunan tinggi dan dorongan terhadap penambahan unit mobil tangga dan water supply sebagai prasarana kebakaran yang sesuai untuk bangunan tinggi.
Tingkat Kepuasan Penghuni Apartemen Kelas Menengah ke Bawah di Kota Surabaya Mayra Andrakayana; I Dewa Made Frendika Septanaya
Jurnal Penataan Ruang Vol. 19 (2024): Special Edition : Jurnal Penataan Ruang 2024
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v19i.4150

Abstract

Kepuasan berhuni adalah sebuah konsep yang merujuk pada tingkat kepuasan sebuah rumah tangga terhadap situasi hunian yang sedang mereka tinggali. Apartemen sebagai salah satu pilihan berhuni yang bisa menjadi solusi perkotaan untuk mengatasi keterbatasan lahan dan housing backlog nyatanya masih kurang diminati oleh mayoritas penduduk Indonesia. Pengaruh pandemi COVID-19 membuat masyarakat tidak puas terhadap hunian vertikal dengan kurang luasnya lahan untuk bergerak dan kebutuhan akan udara segar. Tidak terpenuhinya kebutuhan dan aspirasi penghuni apartemen menimbulkan ketidakpuasan berhuni yang dapat mendorong intensi untuk berpindah ke hunian yang dipreferensikan. Terdapat ketidakseimbangan pasar apartemen menengah ke bawah di Kota Surabaya dimana rata-rata absorption rate sebesar 21,39% menunjukkan permintaan unit yang tinggi, sementara vacancy rate sebesar 21,68% mengindikasikan jumlah unit kosong yang tinggi pula. Kondisi ini mendukung anggapan apartemen sebagai hunian transisi sebelum beralih menempati rumah tapak untuk jangka panjang. Penelitian ini berusaha meneliti fenomena tersebut menilai tingkat kepuasan penghuni apartemen kelas menengah ke bawah di Kota Surabaya. Ruang lingkup penelitian akan mencakup 41 apartemen kelas menengah ke bawah dengan rentang harga unit 175 juta hingga 2,03 milyar rupiah yang tersebar di Surabaya, dimana sebesar 56,16% dari seluruh apartemen wilayah tersebut tergolong ke dalam tipe apartemen ini. Tingkat kepuasan penghuni dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif. Penghuni apartemen kelas menengah ke bawah di Kota Surabaya umumnya merasa puas ketika meninggali unit huniannya dengan memberi rata-rata skor sebesar 3.88. Aksesibilitas menuju supermarket/pasar serta Aksesibilitas menuju fasilitas perbelanjaan menjadi indikator yang paling memuaskan sedangkan Fasilitas lift dan Fasilitas parkir memiliki kinerja yang paling kurang memuaskan. Keseluruhan proses penelitian diharapkan mampu membantu pemerintah dan pengembang untuk mengidentifikasi dan meningkatkan kinerja faktor-faktor ketidakpuasan penghuni sehingga kemauan penghuni untuk tinggal di apartemen kelas menengah ke bawah dalam jangka panjang meningkat.
Evaluasi Keseimbangan Pekerjaan dan Hunian (Jobs-housing Balance) Perumahan Bersubsidi di Wilayah Peri-Urban Surabaya Septian Chandra Susanto; I Dewa Made Frendika Septanaya
Jurnal Penataan Ruang Vol. 19 (2024): Special Edition : Jurnal Penataan Ruang 2024
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v19i.4152

Abstract

Keseimbangan antara pekerjaan dan hunian (Jobs-housing balance) merupakan konsep yang merujuk pada seimbangnya jumlah hunian dan kesempatan kerja dalam suatu wilayah geografis. Perumahan bersubsidi yang cenderung dibangun di wilayah pinggiran kota agar memiliki harga jual yang lebih terjangkau berpotensi mengalami ketidakseimbangan pekerjaan dan hunian. Penduduk perumahan bersubsidi harus mengalami perjalanan yang jauh dan waktu yang lebih lama menuju tempat kerjanya karena lokasi perumahan yang jauh dari pusat kegiatan dan perekonomian. Hal itu dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup, kesehatan, maupun lingkungan. Penelitian ini berupaya mengukur dan mengidentifikasi keseimbangan pekerjaan dan hunian di perumahan bersubsidi yang ada di metropolitan Gerbangkertasusila. Pengukuran dilakukan melalui analisis buffer menggunakan Arcmap dan menentukan rasionya berdasarkan Jobs-housing ratio. Hasilnya, di antara tiga perumahan yang termasuk dalam wilayah studi, hanya Perumahan Cerme Indah di Kabupaten Gresik yang mengalami ketidakseimbangan. Sedangkan, Perumahan Grand Kencana Bangil dan Grand Kencana Mojokerto diidentifikasi masih seimbang karena kedekatannya dengan lapangan kerja maupun pusat perekonomian regional di masing-masing wilayah. Hasil ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi dalam penyusunan kebijakan perumahan dan transportasi yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Studi Keterjangkauan Produk Hunian Badan Usaha Milik Negara Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Ardiansyah, Himawan; I Dewa Made Frendika Septanaya
Jurnal Penataan Ruang Vol. 20 No. 1 (2025): Jurnal Penataan Ruang 2025
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v20i1.3154

Abstract

BUMN sebagai penyedia layanan publik turut berperan dalam penyediaan hunian, antara lain melalui proyek Perumnas Sentraland Driyorejo di Kabupaten Gresik, Perumnas Griya Jetis Permai di Kabupaten Mojokerto, dan Apartemen Tamansari Prospero yang dikembangkan oleh PT WIKA Gedung di Kabupaten Sidoarjo. Sesuai amanat Pasal 54 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, BUMN memiliki tugas untuk membantu pemerintah dalam menyediakan hunian yang layak dan terjangkau bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Namun, harga jual hunian dari ketiga pengembang tersebut dinilai terlalu tinggi sehingga tidak terjangkau oleh MBR. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat keterjangkauan hunian BUMN di wilayah peri-urban Surabaya serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat keterjangkauan tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui metode primer berupa wawancara dan survei instansi, serta metode sekunder melalui studi literatur. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap analisis, yaitu analisis median multiple untuk menilai keterjangkauan harga jual, dan analisis konten untuk mengidentifikasi faktor-faktor penghambat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh hunian yang diteliti tidak lagi terjangkau bagi kelompok MBR. Beberapa variabel yang menjadi penghambat keterjangkauan meliputi tingkat inflasi, jumlah penduduk, biaya produksi, suku bunga pinjaman, pendapatan penduduk, tingkat pengangguran, harga bahan material, harga lahan, dan kebijakan tata ruang.
Permodelan Value Uplift Dampak Pembangunan Infrastruktur Ghulam Fajri, Fadel; I Dewa Made Frendika Septanaya
Jurnal Penataan Ruang Vol. 20 (2025): Special Edition I: Jurnal Penataan Ruang 2025
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v20iI.5063

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan model kenaikan nilai lahan (value uplift) yang dipicu oleh pembangunan Tol Akses Balikpapan–Ibu Kota Nusantara (IKN), dengan fokus pada area sekitar interchange Karang Joang hingga Kawasan Industri Kariangau (KIK). Studi ini membandingkan kondisi tahun 2017, sebelum proyek tol dimulai, dengan tahun 2025 saat pembangunan telah mencapai sekitar 80%. Melalui metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk mereduksi variabel dan regresi stepwise untuk membentuk model prediktif, penelitian ini berhasil mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap harga lahan, yakni NJOP, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), legalitas tata ruang, dan kedekatan terhadap jalan tol. Model yang dihasilkan memiliki nilai Adjusted R² sebesar 0,854, yang mengindikasikan bahwa kombinasi keempat variabel tersebut mampu menjelaskan 85,4% variasi harga lahan. Rata-rata peningkatan harga lahan antara tahun 2017 hingga 2025 mencapai 261%, dengan kenaikan maksimum hingga 481% di titik-titik tertentu. Proyeksi lanjutan hingga tahun 2033 mempertimbangkan pengaruh inflasi tahunan sebesar 3,03% untuk memprediksi dinamika harga lahan di kawasan strategis pembangunan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor regulatif dan spasial memiliki peran dominan dalam pembentukan nilai lahan di sekitar koridor tol, dengan kontribusi tertinggi berasal dari variabel legalitas tata ruang dan kedekatan terhadap infrastruktur. Implikasi praksis dari temuan ini menunjukkan adanya peluang signifikan untuk optimalisasi pendapatan daerah melalui skema Land Value Capture (LVC), terutama melalui penyesuaian NJOP dan penerapan bonus zonasi. Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional seperti UU No. 1 Tahun 2022 tentang HKPD dan Perpres No. 79 Tahun 2023 tentang Rencana Induk IKN, yang mendorong pemanfaatan kenaikan nilai lahan sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Re-Migration Decision Making: An Analysis of Push and Pull Factors Influencing People's Decision to Return to High Disaster Risk Areas Azura Calista Shafa Kamila; I Dewa Made Frendika Septanaya
Jurnal Penataan Ruang Vol. 20 (2025): Special Edition I: Jurnal Penataan Ruang 2025
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v20iI.5126

Abstract

The provision of post-disaster relocation programs aims to provide adequate shelter and ensure the safety of the community. In Lumajang, after eruption of Mount Semeru, many disaster-affected residents chose to return to their areas despite the high risks involved. Those who returned assumed that the government's relocation had not fully met their expectations and had an impact on various aspects. In addition, emotional attachments are one of the reasons for the return of the community. This shows that there are complex factors between push and pull that influence their decision to return to high disaster risk area. Using the push-pull migration framework, this study aims to analyze the factors that influence people's decision to return to their area of origin post-eruption of Mount Semeru. In this study, push factors are analyzed through housing satisfaction, while pull factors are analyzed through place attachment and risk perception. The analysis method used is descriptive statistical analysis. The results show that the factors encourage people to return to area of origin are caused by several things such as proximity to work locations (3.57), availability of integrated livestock (3.46), and availability of home utilities (3.45). Meanwhile, the pull factors that influence people's decisions are employment opportunities (3.45), availability of income sources (3.44), biodiversity of biological resources (3.43), and limited disaster information (3.35). In general, the high mean value of these indicators has the potential to encourage reluctance to stay in the new relocation location and become one of the reasons for people to consider returning to their home areas that have a higher level of disaster risk.
To Evacuate or to Stay: Understanding the Behavioral Dynamics of Evacuation Decision-Making Among Communities Affected by the Semeru Eruption Gde Abhicanika Pranata Dyaksa; I Dewa Made Frendika Septanaya; Adjie Pamungkas
Jurnal Penataan Ruang Vol. 20 (2025): Special Edition I: Jurnal Penataan Ruang 2025
Publisher : Jurnal Penataan Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v20iI.5185

Abstract

The delays and refusals to evacuate during the 2021 and 2022 Semeru eruptions indicate that multiple factors influenced the behavior of affected communities. This study investigates the drivers and constraint factors that shape evacuation decisions. Through a literature review, seven driving factors and seven constraining factors were identified. Data were collected via structured interviews with 100 residents from Supiturang and Sumberwuluh villages in the Lumajang district. Descriptive statistical analysis was employed to assess the influence of each factor on evacuation behavior. The findings reveal that all seven driving factors significantly influenced the decision to evacuate immediately, with the most prominent being the perceived threat of eruption hazards, such as seismic vibrations and volcanic ash. Conversely, only three of the seven constraining factors, concern for family safety, the evacuation behavior of neighbors, and the desire to protect personal assets, were found to contribute to delays or refusals to evacuate. These social and emotional considerations were central to postponing or disregarding evacuation orders. This research highlights critical gaps in current emergency response management, particularly in addressing the social dimensions of evacuation behavior. The results also highlight the need for targeted training and simulation exercises to enhance public understanding of eruption risks and evacuation protocols. Furthermore, the provision of appropriate facilities by authorities is essential to foster community compliance. Overall, this study contributes to a deeper understanding of the complex dynamics underlying evacuation decision-making in volcanic disaster contexts.