Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pola Penggunaan Antipsikotik di Rumah Sakit Tersier di Provinsi Jambi 2018 - 2021 Fatihah, Anya Aulia; Dinda Mitra, Aisa; Bhakti Natari, Rifani
Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan Vol. 6 No. 2 (2023): Jurnal Ilmiah MANUSIA DAN KESEHATAN
Publisher : FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31850/makes.v6i2.2055

Abstract

Skizofrenia merupakan penyakit kejiwaan yang kompleks dan pada umumnya membutuhkan pengobatan dengan antipsikotik secara berkesinambungan. Di Indonesia, pengobatan penyakit skizofrenia ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Data klaim untuk pelayanan penyakit ini, termasuk pelayanan obat-obatan, telah direkam sejak dibentuknya BPJS Kesehatan pada tahun 2015. Penelitian terkait pola penggunaan antipsikotik dengan memanfaatkan database klaim obat-obatan dapat memberikan informasi dalam perumusan kebijakan publik dan tatalaksana penyakit. Data yang diekstraksi meliputi nomor kepesertaan, nama obat, kekuatan sediaan, dan jumlah obat. Dari data tersebut, dihitung dua variabel yang akan dianalisis, yaitu Defined daily dose/Pasien/Hari dan jumlah pasien untuk tiap-tiap antipsikotik. Grafik dari dua variabel tersebut dibuat berdasarkan golongan antipsikotik, jenis antipsikotik golongan tipikal, dan jenis antipsikotik atipikal. Penggunaan antipsikotik atipikal lebih tinggi bila dibandingkan dengan antipsikotik tipikal (7,15-9,16 vs. 1,69-3,91 DDD/Pasien/Hari). Haloperidol merupakan antipsikotik tipikal yang paling sering digunakan dibandingkan chlorpromazine dan trifluoperazine. Pada beberapa waktu, chlorpromazine dan trifluoperazine tidak tersedia. Risperidone dan olanzapine merupakan antipsikotik atipikal yang sering digunakan dengan pola yang mirip setelah Agustus 2019. Sebelum bulan tersebut, penggunaan risperidone cenderung menurun dan olanzapine meningkat. Penggunaan quetiapine dan aripiprazole berfluktuatif yang mungkin disebabkan oleh ketersediaan dan harga yang tinggi. Penggunaan clozapine tinggi dengan dosis yang rendah. Hal ini mengindikasikan clozapine digunakan sebagai tambahan untuk antipsikotik lain. Penggunaan obat dipengaruhi oleh kebijakan dan harga. Eksplorasi terhadap database pelayanan obat kronis dapat menjadi dasar evaluasi kebijakan publik dan tatalaksana klinis. Pengaitan dengan database kesehatan dan pemerintahan lainnya dapat menjadi sumber yang kuat dalam pelaksanaan penelitian kesehatan. Kata kunci: Obat antipsikotik; data kesehatan rutin; kajian penggunaan obat
Analisis Efektivitas Biaya (CEA) Penggunaan Kombinasi Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi di RSUD X Provinsi Jambi Periode Juli – Desember Tahun 2024 Bhakti Natari, Rifani; Meirista, Indri; Wulandari, Putri
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit kronis dengan prevalensi tinggi di Indoneisa yang memerlukan terapi jangka Panjang dan biaya yang berkelanjutan. Penggunaan kombinasi antihipertensi menjadi salah satu pendekatan terapi yang umum diterapkan. Oleh karena itu, diperlukan analisis efektivitas biaya untuk menentukan kombinasi terapi yang paling cost-effective dalam menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya dari dua kombinasi antihipertensi yaitu candesartan + bisoprolol dan candesartan + amlodipine pada pasien hipertensi rawat jalan di RSUD X Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross-sectional berdasarkan data rekam medis pasien rawat jalan periode Juli – Desember 2024. Analisis dilakukan terhadap efektivitas terapi (berdasarkan penurunan tekanan darah >5mmHg) dan biaya medik langsung (biaya obat dan biaya tindakan dokter). Evaluasi farmakoekonomi dilakukan menggunakan metode Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER). Hasil penelitian, kombinasi candesartan + amlodipine digunakan oleh 70,89% pasien, dengan efektivitas 87,5% dan rata-rata biaya terapi sebesar Rp 129.038. Kombinasi candesartan + bisoprolol digunakan oleh 29,11% pasien, dengan efektivitas 78,26% dan biaya sebesar Rp116.583. Nilai ACER candesartan + amlodipine lebih rendah (Rp1.474) dibandingkan candesartan + bisoprolol (Rp1.489), sedangkan nilai ICER sebesar Rp 1.347 menunjukkan bahwa tambahan efektivitas dari kombinasi candesartan + amlodipine masih tergolong cost-effective.